Anin terbangun bersamaan dengan rasa mual yang mendera. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu mulai duduk sambil menyenderkan punggungnya di kepala kasur. Matanya menelisik ruangan ini, dan tersadar saat menemukan Haikal yang tertidur di sofa.
Loh ini kamar Haikal, kan? pikirnya sesaat setelah membuka mata.
Ia menurunkan kakinya lalu membawa selimut yang ia gunakan tadi. Perlahan, Anin meletakkan selimut dengan posisi menimpa tubuh Haikal. Ia lansung mundur beberapa langkah saat tubuh cowok itu berganti posisi memunggunginya.
Maaf ya Haikal, aku jadi ngerepotin kamu. Sekarang malah bikin kamu terusir dari ranjangmu sendiri.
Tidak mau berlama-lama, Anin merapikan kasur bekasnya tidur tadi lalu setelah itu keluar dari kamar agar tidak menganggu ritme tidur cowok itu.
Pelan sekali, ia menutup pintu.
"Akhirnya," ucapnya lega.
Pagi ini moodnya cukup baik, jadi Anin memutuskan untuk berjalan ke arah dapur, dimana ia mau berkreasi untuk menciptakan sarapan pagi untuk Haikal. Cowok itu sudah terlalu baik padanya, bukan lagi hanya sekedar meminjamkan tempat tinggal, tapi juga membantunya melawan shock kemarin.
"Aku harus masak apa ya?" monolognya sembari melihat bahan-bahan yang ada di kulkas. Sebenarnya dengan sekali lihat saja ia sudah terbayang ingin memasak apa, tapi mengingat ia tidak tau selera Haikal sekarang malah jadi bingung sendiri.
"Ngapain lo?"
"Eh-" suara dari belakangnya membuat Anin tidak sengaja menjatuhkan bungkusan roti yang ada di genggamannya. "Haikal, kamu ngagetin aja."
Haikal- cowok itu berjalan ke arah kitchen bar lalu duduk di atas kursi. "Kenapa gak bangunin gue?"
"Aku pikir kamu gak mau di bangunin," jawab Anin sekenannya. Ia sedang sibuk membuat sesuatu dan sedang dalam mode tidak mau di ganggu.
"Terus sekarang lo ngapain?"
Ia berbalik lalu menunjukkan 2 buah butir telur dan roti gandum dalam dua genggaman tangan. "Bikin sarapan," kemudian berbalik memunggungi cowok itu.
"Akhirnya dapur gue ada fungsinya juga," celetuknya.
"Emang gak pernah kamu gunain?"
Haikal menggeleng. "Enggak. Gue lebih prefer pesen antar aja dari pada masak."
"Makanan cepat saji, ya? Kamu tau gak itu gak baik loh kalau di konsumsi terus menerus," jelas Anin yang sekarang sedang menyalakan kompor.
Di belakang sana Haikal hanya tersenyum kecil. Ternyata Anin dan Bunda memiliki satu kesamaan, yaitu suka mengingatkannya kalau fast food tidak baik walaupun sebenarnya enak. Tidak masalah sih, hanya saja senang rasanya gadis itu terlihat peduli padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral | Lee Haechan
Fanfiction[ON HOLD] "Pulang, Nin." Dan Anin-nya benar-benar pulang.