"Reporter bajingan!" Haikal meminum segelas wine miliknya, lagi. Entah sudah berapa kali, yang jelas pelayan bar saja sampai memberinya peringatan untuk menyudahi aksi minum-minum ini.
Beruntung ia memiliki toleransi tinggi terhadap alkohol. Jadi mau sebanyak apapun, ia tidak akan benar-benar kehilangan kendali.
"Mas, sudah botol yang ketiga ini. Apa enggak sebaiknya-"
"-lo tuh gue bayar. Jadi gak usah banyak omong!" Haikal memperingatinya lagi. Alhasil si pelayan tadi kembali diam sambil mengelap gelas yang masih basah.
Mengingat kekacauan siang ini, kepala Haikal rasanya mau pecah saja. Bagaimana tidak? Ia tiba-tiba saja digosipkan menyukai rekan duetnya sendiri hanya karena mereka bermalam di kamar yang sama, juga pergi ke tempat yang sama beberapa kali. Itu bukan masalah serius jika yang digosipkan adalah wanita, tapi ini pria. Apa maksudnya ia digosipkan menyukai pria sedangkan dia sendiri adalah seorang pria?
Di tengah kalutnya perasaan, tiba-tiba saja seorang wanita dengan pakaian minim mendekat ke arahnya. Dengan sekonyong-konyong mengelus dadanya, dan tersenyum miring. Menguji iman gue aja. Batinnya.
"Hai ganteng, keliatannya lo lagi banyak masalah, ya?" katanya dengan nada manis yang dibuat-buat. "Gimana kalo gue bantu buat ngelupain masalah lo?"
Haikal sama sekali tidak berminat untuk menjawab. Bahkan hidungnya seperti mati rasa saat mencium bau parfum menyengat wanita itu. Cantik sih, tapi sayang jual diri. Gumamnya dalam hati.
"Kalo gak jawab, gue anggap lo setuju," tungkas wanita itu.
Baru saja Haikal ingin menenggak gelasnya, wanita itu sudah menyerang tengkuknya dengan nafsu membuas. Tidak hanya sampai situ, tangan wanita itu ikut menjajahi dadanya dengan membentuk pola-pola abstrak yang bukannya membuat terangsang malah bikin geli.
"Percuma lo grepe-grepe, gue gak doyan cewek," tungkasnya yang langsung membuat wanita itu menarik diri dengan wajah kesal. "Service lo juga gak semenarik itu dan kayaknya masih harus banyak belajar lagi deh. Pakaian seksi lo ini juga, duh apaan sih, cuman nongolin bokong sama dada lo doang. Nggak ada bedanya sama temen-temen lo yang lain, selera kok samaan."
Haikal bisa melihat wajah kusut sekaligus malu dari wanita itu. Ia mengeluarkan dompet dan mengeluarkan beberapa uang pecahan seratusan untuk membayar minumnya.
"Ini kelebihan, Mas," ucap sang bartender.
"Sisanya kasih aja ke cewek ini, walaupun gak menarik minat gue, tapi tetep aja harus diapresiasi keberaniannya," Haikal mengedipkan mata kanannya sebelum pergi dari hadapan wanita itu.
Malam itu, bersama rasa frustasi yang belum usai ia berjalan menuju parkiran. Ia sama sekali tidak oleng, bahkan bisa di bilang ia sadar 100% dan bisa menyetir mobil sendiri.
Ditemani angin malam yang menusuk tulang karena baru saja selesai hujan, Haikal melajukan mobilnya keluar dari area club dan membelah jalanan Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral | Lee Haechan
Fanfiction[ON HOLD] "Pulang, Nin." Dan Anin-nya benar-benar pulang.