#01

2.2K 337 16
                                    

Tok.. tok.. tok..

Adhikari yang sedang menunggu kedatangan sang abang di atas sofa berdiri melihat siapa yang sedang berada di luar sana.

Dia melihat keberadaan arka yang sudah tidak bisa mengontrol dirinya karena jiwanya sudah di ambil alih oleh minuman haram itu.

Abang kenapa?..

Kenapa berubah?

"Adhi—kari" Adhikari membopong tubuh sang abang dengan sekuat tenang—jangan lupakan bahwa Adhikari memiliki keistimewaan.

"hahahaha" terkadang arka tertawa dan dengan gampang nya dia bisa mengubah mimik wajahny menjadi datar.

"Dhu—duk du—lu bang" nafas Adhikari sudah mulai sesak dan dadanya sudah naik turun.

Adhikari tidak kaget melihat abangnya pulang dengan keadaan seperti itu, karena ini tidak satu atau dua kalinya.

"A—dhi—kari"

Adhikari memberikan segelas air hangat untuk di minum arka. Dia memegang bagian dada kirinya karena terasa nyeri.

"Minum dulu—akhhhh" nyeri di dalam jantung sang adik kini makin terasa.

Tak lama kemudian arka berdiri lalu menarik tangan Adhikari. "Haha lu tau gak!? gw tuhh benci banget sama lu!!"

Bola mata Adhikari membesar menatap sang abang. "Bang?" Perkataan arka sangat menyakitkan melebihi sakit yg sekarang Adhikari rasakan.

"masa kecil gw, di penuhi oleh perkataan arka jaga adik ya, Arka hati-hati nanti kena adik" Arka memperagakan semua kata2nya.

"K-kak, maaf" air mata Adhikari tidak bisa terbendung lagi, titik titik air mata jatuh ke pipinya.

"JANGAN NANGIS!!! LU COWO BUKAN SI" Arka mendorong adiknya dari belakang dan membuat dada kiri Adhikari terbentur di ujung meja yang lumayan tajam.

"Akhh" sakit yang Adhikari rasakan makin menjadi-jadi. Tidak ada toleransi lagi. Sakitnya sangat amat susah di tutupi.

"SEKARANG GW MAU BEBAS, TANPA NGURUSIN LU! LU UDAH GEDE BUKAN ANAK KECIL YANG HARUS DI JAGA KAYAK DULU, STOP GANGGU GW, GW PUN PENGEN MAIN BEBAS TANPA ADA TUNTUTAN UNTUK JAGA LU!!"

"I-iya, maafin adhikari" dia mencoba menutupi semua rasa sakit.

Jangan, jangan ambil kebahagiaan bang Arka

Ya Tuhan, jangan ambil.

Ambil saja yang membuat bang arka sengsara.

Termaksud..

...aku

"sini!! Diri luuu" arka membantu sang adik berdiri lalu membawa adiknya ke kamarnya.

"jadi cowo jangan lemah, dikit2 nangis, dikit2 kesakitan" arka membantu adiknya menduduki kasur.

Jika aku bisa memilih

Aku juga ingin sepertimu bang

Terlahir sempurna

Kata dokter ini keistimewaan

Tapi..

...ini malah menyusahkan orang lain

Adhikari menggapai obat yang berada di laci meja sebelah kasurnya setelah arka pergi, dia meminum obat-obatan yang di berikan dokter, Adhikari merasa dirinya bukan makin membaik tapi makin memburuk.

[✓]adhikari || Doren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang