#04

1.5K 242 0
                                    

"Abang merindukan mu dek" —arka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Abang merindukan mu dek"
—arka

"Hari sudah berganti, sisa dua hari lagi, jika tidak juga sadar, maaf kami akan melepas paksa alat" jelas dokter.

Arka hanya mengangguk paham. Dia merasa seperti tidak memiliki dunianya lagi. Dunianya hancur, lebih hancur pada saat masa kecilnya di penuhi oleh Adhikari.

Dia mendekati Adhikari. "Abang merindukan mu dek" tangan kasarnya mengelus suraian rambut Adhikari.

"Jangan tidur lama-lama, kamu gak kangen sama Abang?" Baru saja satu hari adhikari tidak sadarkan diri, tapi menurut arka ini sudah sangat lama sepert menunggu 5 tahun.

"Bangun ya, Abang janji bakal jagain kamu dek kyk dulu" arka sunggu sangat menyesal.

"Hancur dek.. hancur dunia Abang ngeliat kamu begini" tangis arka memenuhi ruangan itu.

Flash back.

"Dek, Abang mau beli mainan, tapi kayaknya gak boleh sama mama" jelas arka.

"Gimana kalau kamu aja yg blg? Jadi kamu pura-pura minta mainan trs nanti mainannya kamu kasih ke Abang" suruh arka.

"Okeh" Adhikari Langsung menelepon Adi untuk minta mainan.

Tak perlu menunggu lama sudah ada suara mobil sang ayah. "Ayah pulang!!!" Teriak Adi.

Adhikari berlari ke arah Adi.

"Jangan lari dek" kata jenaka.

"Mainan, sesuai permintaan kamu" kata Adi.

"Makasih ayah" Adhikari mengecup pipi ayahnya.

Dia berjalan menuju kamarnya. "Abang" dia melihatkan mainan yang ada di tangannya.

"Wiiii, makasihhh" arka berteriak bahagia.

"Iyaa.." jawab Adhikari tersenyum.

"Kamu bohong sama ayah?" Tiba-tiba terdengar suara yang mereka sangat kenal. "Sini kamu" untuk pertama kalinya arka melihat adiknya di marahi oleh ayahnya.

"KAMU BOHONG? KATANYA MAINANNYA UNTUK KAMU?" Adi membentak Adhikari.

plak!

Dan untuk pertama kalinya di umur 13 tahun Adhikari mendapat pukulan. Matanya memerah dan melihat kearah sang abang—arka. Namun yang dia dapatkan hanyalah senyum senang dari arka.

"KAMU UDAH MULAI NAKAL YA SEKARANG!!!" Adi mencubit tangan kanan Adhikari.

"M-maaf" kedua tangan Adhikari di satukan dan memohon maaf ke ayahnya.

"Mas, kamu apain Adhikari!!" Teriak jenaka.

"Sini nak, ayo sama mama" jenaka menarik tangan Adhikari yang dingin.

"c-coba ceritain ke mama gmn ceritanya" tanya jenaka.

Adhikari menatap Arka. "E-engga, emg aku bohong ma, td aku liat bang Arka mau mainan, trs aku nelepon ayah, jadi ini emg salah aku" bohong Adhikari.

"Yaudah, jangan di ulang ya.." kata mama.

"Iya ma" jenaka meninggalkan anaknya.

Adhikari menatap sang abang dan berharap dia akan berminta maaf, tapi harapan tetap harapan, tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut arka.

Adhikari memutuskan untuk membaringkan dirinya, dan menutup seluruh badannya dengan selimut. Dia lupa akan minum obat. Membuat tangannya kembali bergetar, dan jantungnya berdebar kencang.

"Dek? Kamu gpp?" Arka melihat ke arah adiknya kebingungan. Dia mendekati adiknya.

"Dekk!!! K-kok?" Arka bingung melihat tangan adiknya bergetar kuat.

"J-jangan blg sama ayah mama bang" mohon Adhikari.

"Knp?"

"Jangan ya, Abang tidur aja" kata Adhikari.

"I-iya" arka membaringkan badannya di sebelah Adhikari.

Pukul 03.00 pagi arka terbangun akibat adiknya bergerak terus. Dia melihat adiknya yg masih bergetar bedanya wajahnya sangat pucat dan sudah lemas.

"MAMA!!!" Teriak arka.

"dek.. kamu knp?" Arka memeluk adiknya.

"A-ku t-idak apa-apa"

"Ya tuhan, Adhikari kamu knp?" Jenaka memeluk Adhikari.

"Kenapa?" Tanya Adi tiba-tiba masuk.

"YA TUHAN ADHIKARI!! Ma, gendong! Ayah mau diapain mobil" jenaka menggendong Adhikari.

"Mama, aku mau ikut" kata Arka.

"Ywdh ayok"

Mereka semua berada di dalam mobil. Adi dan jenaka duduk di depan sedangkan arka menyuruh Adhikari tidur di atas pangkuannya.

"A-yah.. sebenernya yg nyuruh beli m-mainan itu a-aku" Arma mencoba berterus terang.

"KAMU NIH YA—"

"A-yah, u-dha.. ja-ngan marah-in a-bhang" Adhikari memohon.

Flashback end.

"kuat ya? Harus kuat, Abang mohon" arka masih tetap mengelus kepala adhikari.

"Benar kata ayah, Abang bukannya jaga kamu tapi malah nyelakain kamu"

Adhikari membuka matanya perlahan, melihat sang abang yang menangis sungguh dia sangat kecewa.

"B-bang?" Panggil pelan Adhikari.

"Dekk!!" Arka spontan memeluk adiknya.

"Ada yang sakit?"tanya arka.

"b-badan ku tidak terasa apa-apa, Abang memeluk ku saja aku tidak meras—" detik itu juga Adhikari tidak sadarkan diri lagi. 

"dek?"

"Dekk!!!!" Arka berteriak memanggil adiknya






( ꈨຶ ˙̫̮ ꈨຶ )

Chapternya pendek-pendek gpp ya?
Jangan lupa vote dan komen
Happy reading 💚

[✓]adhikari || Doren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang