⁴³ ungkap

975 163 65
                                    

Meski pikiran kalut akan ketidakinginan untuk percaya pada kabar yang ramai di media — Jaehyun nekat menunggang kuda besi di gelap malam dalam pikiran yang kacau. Sekali bayangan itu menghantui otak, Jaehyun berusaha menepis supaya tetap terpaku untuk melihat jalanan. Sayang saat motornya harus berhenti sejenak di lampu merah, embusan kabar tentang Siwon datang menghantui. Jaehyun kembali terombang— ambing dalam keinginan untuk tidak percaya meski hasil tes Siwon menyatakan ia positif adiktif terhadap Amfetamin.

Klakson mobil di belakangnya terus bersahut, namun Jaehyun seolah tuli — tak mendengar bunyi nyaring klakson mobil. Lambat kecepatan motor Jaehyun menaikkan tensi mobil di belakangnya untuk menyalip. Jaehyun sadar ada yang akan menyalipnya, ia menepikan sedikit motor ke bahu jalan. Namun sebelum motornya menepi sempurna — mobil di belakang terlanjur menghantam dirinya terpental jatuh dari motor.

Tak ada niatan baik menolong raga Jaehyun yang terkapar di tepi jalan. Sekian lama raganya tak sadarkan diri — sampai salah seorang warga melihat tubuhnya tergeletak di jalan. "Tolong... tolong — ada kecelakaan!" Selaras dengan pekikan panik orang itu, banyak warga sekitar berdatangan. Dan kini berlarian tenaga medis rumah sakit membawa tubuhnya masuk ke unit gawat darurat. Sehun ikut mengantar sampai di depan ruang gawat darurat — menunggu penanganan dokter membuahkan hasil.

"Sehun... gimana keadaannya abang?"

Ibu mana yang tidak resah mendengar kabar seperti ini. Ditemani Jaemin yang ikut bersamanya — Yoona juga khawatir dengan anak sulungnya. "Di mana Jaehyun kecelakaanya? Apa penyebabnya? Dia baik — baik aja kan?" Berbagai pertanyaan keluar tanpa jeda dari bibirnya. Yoona dilanda kepanikan yang hebat. "Jawab Hun — Abang baik-baik aja kan hm?" Sehun sendiri tidak tahu — ia juga menantikan jawaban kalau Jaehyun baik- baik saja.

"Apa pihak keluarga dari saudara Jaehyun ada di sini?" Pria berjas putih keluar dari pintu.

"Saya ibunya Jaehyun, dok." Yoona mengacungkan tangan dalam kabut kekhawatiran. "Bagaimana kondisi anak saya, dok?"

"Jaehyun masih belum sadarkan diri pasca hantaman tubuhnya yang jatuh membentur tanah."

"Ia harus segera dipindahkan ke kamar inap, apa ibu sudah mengisi data lengkap pasien?"

"Baik dok saya akan mengurusnya sekarang." Sehun hendak mengikuti kemana Yoona pergi — Yoona mencegahnya melakukan itu. "Kamu gak usah ikut saya, Hun." Katanya menghentinkan langkah Sehun.

"Tapi gimana..."

"Udahlah biar saya sama Nana yang jagain Jaehyun — kamu pulang aja, kasian ibu kamu nunggu di rumah."  Ada benarnya juga apa yang Yoona katakan.

"Ya sudah kalo gitu — beneran nih saya pulang, gak apa-apa?" Yoona mengangguk.
Sehun tak bisa memaksa dirinya tetap di sana. Yoona menyuruhnya pulang — maka itu yang harus dilakukannya sekarang. Dalam langkahnya meninggalkan tempat ini, Yoona tiba-tiba menahan lengan Sehun sebelum lelaki itu pergi.

"Makasih udah nolong Jaehyun." Ucapnya lirih dibalas senyum tipis Sehun.

"Sama-sama..." Sehun melepas tangan Yoona dari lengannya dengan gerakan yang lembut.

☆☆☆

Seperti pagi yang lain, Jaemin berjalan di lorong menuju kelasnya. Ada yang aneh — mengapa banyak murid yang menatapnya seperti itu. Jaemin merasa ada aura yang membuatnya tak nyaman di sini. "Heh!" Bola gulungan kertas terlempar mengenai punggungnya. Jaemin menoleh ke belakang — ada orang mendekatinya dengan langkah yang angkuh.

"Lo Jaemin kan?" Jaemin mengangguk.

"Oh jadi ini anak pilot yang lagi rame diberitain hah?" Tatap intimidasi siswa bertubuh lebih besar darinya terasa tak bersahabat. Kerah seragam Jaemin juga ikut ditarik beserta tubuhnya yang dipaksa menatap tatap amarah si tinggi besar.

Antara Bunda, Aku, dan Abang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang