Cherry Kiss

38 10 0
                                    

Kelompok 3Judul: Cherry KissGenre: Romance - Thriller1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelompok 3
Judul: Cherry Kiss
Genre: Romance - Thriller
1. Ayunda
2. Fia
3. Rahma
4. Diva
5. Tasya
6. May
7. Diska
8. Noval
9. Gilda

***

Kejam dan manis...

di waktu yang bersamaan.

Uraian kata yang menggambarkan diriku saat ini, tatkala paras anggun ini membuat diriku ragu akan tubuhku dengan lekukan yang sempurna ini. Dengan kata lain mereka lelaki bajingan yang mencintai tubuhku bukan sepenuh hati mereka cinta terhadapku.

Namun, hari demi hari t’lahku lalui, kini aku tumbuh menjadi wanita yang berbeda dengan penampilan yang dapat membuat bola mata kaum adam seketika keluar dari tempatnya.

Di tempat tidur, tiba-tiba bunyi ponselku terdengar. Menengok arah ponsel ternyata yang sedang membubungiku si Edward. Orang yang baru kukenal kemarin di taman hiburan.

“Hai... Zea,” sapanya dengan bersua namaku di panggilan itu.

“Iya... hai juga,” jawabku kembali. Aku memelintir rambut panjangku yang sedikit bervolume.

“Lagi apa? Sibuk gak hari ini?” tanya Edward itu seakan ingin tau keadaanku.

“Cuma nonton TV, tidak ada kerjaan, Ed.”

“Bolehkah aku mengajakmu kencan beberapa hari nanti?” Lagi-lagi Edward bertanya meminta izin dariku untuk mengiyakan ajakan kencannya.

“Iya, bolehlah, Ed,” jawabku lagi untuk mengiyakan ajakan itu. Aku tak sabar bertemu dengannya.

Di atas kasur aku sumringah mendengar ajakan Edward itu. Tetapi aku selalu terbayang dengan masa laluku yang amat sangat pedih jika melihat keadaan kala itu.

Aku teringat dan tak pernah bisa lupa akan apa yg dilakukan oleh mereka terhadapku. Aku difitnah oleh sahabat terbaikku.

“Haloo, Zea?” Panggilan dari Edward di seberang sana langsung menyadarkanku.

“Iyaa, kenapa? Maaf tadi aku sedikit melamun,” jawabku jujur

“Apa yg kau lamunkan, Ze? Apakah tentang apa yang akan kita lakukan nanti?” tanyanya dengan nada paling girang. Dasar.

“Ah, yaa... maybe. Hi hi,” jawabku sedikit cengegesan membayangkan apa yang akan kita lakukan nanti.

“Wahh, aku jadi tidak sabar bertemu denganmu,” balas Edward.

Aku tidak, bodoh.

“Bagaimana kalau kita percepat kencannya jadi malam ini?” sambung Edward lagi. Ah, manusia ini tak pernah sabar.

“Ahh, begitu? Apakah kau tidak sibuk?” Aku sedikit menimbang, apakah malam ini waktu yang pas atau tidak, aku tidak ingin terlalu terburu-buru terhadap mangsaku.

CTBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang