Das Killerspiel

11 8 0
                                    

Judul: Das KillerspielGenre: Thriller-Misteri-Action

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Judul: Das Killerspiel
Genre: Thriller-Misteri-Action

Kelompok 1:
1. Angel
2. Anggi
3. Bii
4. Dina
5. Intan
6. Mariam
7. May
8. Nabilla
9. Nafilah
10. Nova

****

Di bawah langit malam, sosok lelaki itu hanyut dalam gelap. Langkah kedua kakinya nampak santai, seolah-olah gelap bukan hal baru untuknya. Tubuhnya ia sandarkan sejenak di tiang lampu yang nampak redup pencahayaannya. Sesekali angin malam menusuk kulitnya, yang dibalut pakaian serba hitam. Lelaki itu diam dalam gelap, namun detik selanjutnya senyumnya terbit, saat menemukan mangsa baru.

Masih dengan tubuh bersandar, ia mulai menulis catatan di lembaran kertas putih, yang senantiasa tersimpan rapi di saku bajunya. Tangan kanannya dengan lihai mencoret-coret, lalu nampak sesekali terhenti saat terpikir sesuatu, dan kembali cepat lagi. Begitu dan seterusnya....

Lelaki itu berlari untuk mencapai sebuah rumah, yang terletak di seberang jalanan. Mata kelamnya menatap pintu rumah itu sejenak. Dapat ia dengar, tawa anak-anak di dalamnya mengalun sangat merdu, disusul dengan tepukan tangan dari sepasang manusia.

Lelaki itu menghela napasnya ringan, ia kembali menyelipkan lembaran tadi ke pintu rumah di hadapannya. Sedetik kemudian, lelaki itu kembali merapatkan syal yang membalut lehernya. Dilanjut dengan menekan bel rumah yang terletak di dekat pintu.

Menekan sebanyak 3 kali, ternyata tak mampu menghentikan tawa mereka. Mungkin bagi mereka, dunia cukup mendengar tanpa perlu menggangu. Lelaki itu mengangguk tanda paham, ia merapatkan syalnya lagi lalu bergegas berbalik.

"Tawa takkan berlangsung lama, jadi nikmati dunia kalian hari ini. Mungkin, takdir sedang berpihak pada kalian. Namun, tidak untuk hari esok. Sampai jumpa untuk jeritan besok," gumam lelaki itu lalu melangkahkan kakinya keluar.

Lelaki itu membuka pagar yang seukuran dada manusia dewasa. Langkah kakinya kembali menelusuri jalanan yang makin gelap. Sesekali,  bibirnya menyunggingkan senyum, lalu dilanjut dengan bersiul pelan.

Salah satu keluarga itu pun mengetahui jika ada yang menekan bell rumahnya. Namun, ia tak menghiraukan sama sekali. Ia sangat senang dapat bersenda gurau dengan keluarganya. Tetapi, ia berfikir harus memberitahukan hal ini. Pasti ada hal penting dari orang yang menekan bell tadi.

"Ayah, tadi kakak mendengar ada orang yang menekan bell," ucap Sinta kepada ayahnya.

"Oiyakah? mengapa kamu baru bilang sekarang kak?" jawab ayahnya karena, anaknya begitu tak peduli.

"Maaf ayah, soalnya tadi kakak keasikan ketawa sihh hehe," ucap Sinta lagi dengan berjalan didepan pintu.

Saat berjalan kearah pintu, Sinta melihat ada selembar kertas menyelip dipintu kayu rumahnya. Ia pun mengambil kertas itu hendak membacanya namun, ayahnya melihat itu dan mengambil dari tangan Sinta.

CTBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang