Putri Terkutuk

25 8 0
                                    

Kelompok 3:1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelompok 3:
1. Firli
2. Fuad
3. Fika
4. Lina
5. Irma
6. Rizal
7. Nova
8. Ajeng
9. Zahra

Genre: fantasy-romance
Judul: Putri Terkutuk
**

_Tik tik tik_

Terdengar suara rintikan hujan di luar sana, seorang gadis bangsawan terlihat menikmati suara hujan dengan secangkir teh hangat yang menemani.

"Entah mengapa aku merasa kasihan terhadap gula Nandin," ucap gadis itu kepada pelayannya.

"Mengapa seperti itu, putri?" tanya pelayan itu.

"Karena walau tak dianggap dia tetap memberikan manfaatnya untuk kita--" gadis itu menggantungkan ucapannya dan memandang teh itu dengan intens, sedangkan Nandin sang pelayang mengerutkan dahinya bingung. "Coba lihat teh ini, ia terasa manis dan kita berucap 'wah... teh ini sangat manis' kita memuji teh padahal gula yang membuatnya manis. Disaat hal baik yang ia buat kita melupakannya, namun saat hal buruk yang ia lakukan kita langsung mengingatnya," lanjut gadis itu.

"Apa hal buruk yang dilakukan oleh gula, Putri?" tanya Nandin menatap tuannya kagum.

"Penyakit gula."

Dan yah... benar apa yang dikatakan oleh gadis itu. Siapa gerangan putri bangsawan cerdas itu?

Dia adalah putri Liana Odelia Wily, dan biasa dipanggil Liana. Keturunan bangsawan, dia dikenal berotak cerdas, dan diramalkan akan memecahkan persaudaraan antar anggota kerajaan dan sumber kehancuran kerajaan.

Hari ini adalah hari terakhirnya bersantai di istana ini, karena besok dia akan diserahkan... ah ralat, dijual oleh orang tuanya sendiri.

Gadis kecil itu tidak tahu bahwa besok adalah hari di mana hidupnya akan dipenuhi oleh kesepian, kesendirian dan tak ada kebebasan. Bahkan tidak akan ada lagi kebahagiaan, karena hanya itu yang dapat dilakukan orang tua Liana demi kesejahteraan kerajaan.

Dan di sini, lah, ia menghadap ke cermin dengan berbagai jenis kosmetik dan aksesoris yang begitu mewah khas anggota kerajaan.

"Wow... Liana, hari ini kau terlihat begitu cantik lebih dari biasanya," ucap seorang pemuda yang tak lain adalah adiknya sendiri sedang bersandar pada dahan pintu kamarnya.

Liana melirik melewati kaca di hadapannya, adiknya itu memang perlu sedikit wejangan moral. Seraya membenarkan gaun panjangnya, Liana kemudian beranjak dari meja rias.

"Kau tau tata krama kan, Adison? pantas saja nilai pendidikan moralmu tidak lebih dari kata... cukup," sindiran Liana yang sangat tajam dan menusuk tidak berarti apa-apa bagi pemuda seperti Adison. Buktinya kini ia tanpa dosa merebahkan diri di atas dipan kakaknya itu.

"Liana... kenapa kau mau-mau saja disuruh Ayah? Kenapa tidak menikah saja dengan pangeran mahkota kerajaan lain, sehingga kau bisa menjadi ratu?" ucap Adison sembari memperhatikan gerak-gerik kakak perempuan yang hanya terpaut usia satu tahun dengannya itu.

CTBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang