Akhir

8 3 0
                                    

Jisung ikut mendekati Jaemin dan mengguncang-guncang kedua pundaknya. "Jaemin-hyung! Bangunlah! Ada apa denganmu?!"

Jaemin tidak membuka matanya. Dia menunjukkan raut wajah kesakitan. Dia terjatuh setelah meminum kopinya untuk kesekian kali.

"Panggilan penerjemah tadi!" Renjun langsung berseru. Mark pun langsung bergegas pergi mencari penerjemah tersebut. Belum sempat dia pergi, sang penerjemah telah berada di depannya.

"Aku harus menghubungi polisi tadi!" Dia langsung mengeluarkan ponsel dan mengetikkan sesuatu.

"Jangan-jangan ada racun di kopinya." Chenle mengambil gelas Jaemin yang isinya tinggal sedikit karena tumpah ketika Jaemin bertingkah aneh.

"Jangan sentuh itu, Chenle!" Seru Renjun dengan marah. "Kalau memang ada racun, kau akan kena juga."

"Tapi, tadi aku juga meminumnya sedikit. Aku baik-baik saja." Ujar Jisung.

"APA?!" Semua terkejut mendengar pernyataan Jisung.

"Kau benar-benar baik-baik saja?" Renjun langsung memegang kedua pundak Jisung. "Perutmu sakit? Kepalamu bagaimana? Atau kau ada perasaan aneh di tubuhmu."

"Aku benar-benar baik-baik saja." Balas Jisung.

Beberapa menit kemudian, polisi tadi datang. Jaemin pun diangkut seperti Jeno menuju ambulan. Renjun kembali menjelaskan keadaan yang langsung diterjemahkan oleh penerjemah.

"Setelah diperiksa, ada racun di kopinya. Tapi kau baik-baik saja padahal  kau juga sedikit meminumnya?" Tanya polisi itu sambil menatap Jisung. Jisung hanya mengangguk pelan.

"Ini aneh. Bahkan tidak ada racun di bibir gelas maupun sedotannya. Bagaimana bisa ada yang selamat setelah meminum kopi yang ada racunnya?" Gumam sang polisi yang juga diterjemahkan oleh penerjemah. "Cepat periksa juga karyawan kafe ini terutama yang menyiapkan kopi tersebut." Perintah sang polisi pada tim forensik.

Tiba-tiba saja Mark melihat sesuatu di bawah piring kue. Dia langsung menariknya dan rupanya itu adalah sebuah kertas putih yang terlipat. Dia membuka lipatan tersebut dan terlihat tulisan Korea sama seperti sebelumnya. Haechan yang berdiri di sebelahnya ikut membaca tulisan tersebut yang isinya :

Sebelumnya aku lupa memperkenalkan diri. Aku akan melakukan perkenalan sekarang. Aku Asaki. Kau ingat nama itu? Jika ingat, temuilah aku dan semua ini akan berakhir.

Jangan berikan kertas ini pada polisi. Urusanku hanya dengan kalian tidak dengan polisi. Tidak usah libatkan polisi lebih jauh dari ini. Aku menunggu kalian.

Semangat, NCT Dream!

Mark langsung menepuk cepat pundak Renjun kemudian memberikan kertas tersebut. Chenle dan Jisung ikut membacanya. "Siapa itu Asaki?" Tanya Chenle setelah selesai membaca.

"Aku tahu dimana dia!" Seru Mark dengan sangat yakin. "Kita akan pergi atau tidak?" Tanyanya.

"Kau benar-benar yakin, hyung?" Jisung tidak percaya.

"Iya, tempatnya tidak terlalu jauh dari sini. Itu tempat tujuan akhir kita." Jawab Mark.

"Sebentar, tujuan akhir kita makam, bukan? Kau yakin dia ada di sana?" Balas Chenle.

"Sudahlah, ayo kita langsung pergi. Kita hentikan ini." Ujar Renjun yang masih marah karena orang yang sudah menyakiti teman-temannya. Dia langsung keluar diikuti dengan yang lainnya.

Mark menunjukkan jalan sambil melihat peta di ponselnya. Mereka tiba beberapa menit kemudian.

Mereka menjelajahi pemakaman tersebut dan akhirnya menemukan batu nisan dengan sebuah kertas di atasnya yang bertuliskan 'Asaki' dalam bahasa Korea.

"Mana mungkin pelakunya orang yang sudah mati." Celetuk Jisung.

"Tapi, ini memang benar tempatnya. Mungkin ada orang lain di sekitar sini yang merupakan pelaku aslinya." Mark melihat sekeliling.

"Menurutku tempatnya benar di sini." Haechan akhirnya ikut bersuara. "Kita saat ini ada di Jepang. Kita juga tidak bisa membaca huruf Jepang. Dia meletakkan itu dengan sengaja agar kita bisa membacanya. Kita coba lihat sekeliling dengan tetap waspada. Kemungkinan dia masih memiliki panah."

"Apa kalian tidak merasa aneh?" Mark akhirnya terpikirkan sesuatu. "Kenapa kita tiba-tiba diserang dan pelakunya memberikan tanda dengan bahasa Korea."

"Jika dia tau kita dari Korea bukankah dia bisa merencanakannya. Mungkin dia salah satu penggemar kita yang tinggal di Jepang." Ujar Chenle.

"Kalau ini ulah penggemar, bukankah ini sudah keterlaluan. Dia seperti ingin membunuh kita." Renjun ikut buka suara.

Mereka sibuk berdiskusi memikirkan tentang kejadian-kejadian yang sudah terjadi sehingga tidak sadar bahwa di dekat mereka sudah berdiri seorang perempuan dengan baju putih bertuliskan 'NCT Dream' dan rok selutut berwarna hijau cerah.

Perempuan itu berdiri di belakang Mark dan Haechan yang menghadap ke batu nisan yang tadi ada kertas di atasnya. Dia hanya diam mendengarkan diskusi mereka sedari tadi sambil mengulas senyum bahagia dan sedikit berusaha menahan tawa.

Setelah mereka berhenti berdiskusi dan sibuk dengan pikiran masing-masing, perempuan itu menyiapkan diri untuk berbicara. Dia menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya agar tidak kelepasan tertawa.

"Halo, apa kabar, NCT Dream?" Sapa perempuan itu.

Para member NCT Dream terkejut bukan main ketika melihat sosok perempuan itu yang sudah berdiri di dekat mereka tanpa mereka sadari.

"Diskusi kalian sangat menarik untuk didengar jadi aku hanya mendengarkan saja." Ujar perempuan itu lagi karena tidak mendapatkan tanggapan dari salam yang ia lontarkan. "Ayo kita berbicara lebih banyak lagi di taman di sebelah sana. Aku tidak ingin mengganggu makam." Ujarnya sambil menunjuk ke sebuah taman dengan air mancur di tengahnya yang tidak terlalu jauh dari makam tersebut kemudian pergi.

"Kau anak yang tadi!" Seru Haechan tiba-tiba saat perempuan itu sudah menjauh 1 meter dari mereka.

Perempuan itu tersenyum kemudian berbalik menghadap para member. "Itu benar. Maka dari itu, ayo kita bicarakan di taman. Jangan mengganggu orang-orang di makam ini."

Mereka semua terkejut. "Jadi, dia pelakunya?!" Renjun langsung meletakkan tangan kirinya di pundak kanan Haechan sambil melihat jawaban Haechan yaitu anggukan.

Renjun langsung mendekati dengan cepat perempuan itu. Namun, sebelum dia sampai, perempuan itu sudah berlari menuju taman. Para member lainnya ikut mengejar perempuan itu menuju taman.

Setibanya di taman, perempuan itu langsung berdiri di atas tepian air mancur. Para member hanya berjarak 1 meter di depannya sekarang. Mereka terlihat kelelahan padahal mereka tidak terlalui jauh berlari.

Mereka memfokuskan diri pada perempuan itu hingga tidak sadar beberapa orang dari kanan dan kiri mereka mulai mendekat dengan memegang sesuatu.

Kemudian, perempuan itu berseru dengan senyum bangga terpampang di wajahnya, "Sekarang!"

Para member terkejut mendengarnya dan langsung menyadari bahwa sudah ada banyak orang yang mengelilingi mereka.

DUAR!
.
.
.
Udah mau selesai nih. Cuman satu part terakhir nanti. Semuanya akan terungkap. Silahkan ditunggu.

Jika menyukai FF ini, silahkan tinggalkan komentar ataupun tanda bintang untuk membangkitkan semangat Author.

See you next time!

HOLIDAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang