“Yaaa…palliwa…oppa…” seru Rae In pada Jae Ho, sang kakak. Hari ini hari pertama baginya masuk kuliah. Jae Ho berjalan santai tak menghiraukan rengekan sang adik yang menyuruhnya untuk berjalan lebih cepat. “Aish…yaa…oppa, palli…” serunya kesal, karena tidak sabar ia menarik lengan sang kakak untuk berjalan lebih cepat.
“Raein-a, keumanhae…kau bisa ‘kan masuk sendiri?” ucap Jae Ho menyingkirkan tangan Rae In yang menggelayuti lengannya.
Rae In merengut kesal saat sang kakak lebih memilih pergi meninggalkannya. “Aish…menyebalkan. Apa salahnya sih, mengantar adiknya kuliah dihari pertamanya?” protesnya.
Walaupun Rae In kesal, ia tetap saja melanjutkan perjalanannya menuju kampus. “Akhir-akhir ini dia kenapa? Apalagi minta pindah rumah segala, perasaan rumahnya juga biasa saja, apanya yang menarik coba? Buang-buang uang saja” gerutu Rae In di sepanjang perjalanan menuju kampusnya.
“Hei” seru seseorang kearahnya. Rae In tak menoleh karena ia sibuk dengan suasana hatinya yang demikian kesal. Orang itu berlari mendapatkan Raei In dan berhasil. “Jung Rae In” ucapnya ngos-ngosan.
“Eo....Lee Soo oppa?” ucapnya heran. Pemuda itu tersenyum manis kearahnya. Mata sipitnya seakan hilang bersamaan lekuk senyum dibibirnya. “Wae yeogiesseo?” tanyanya heran.
“Aku kan kuliah di sini, di Fakultas hukum” jelas Lee Soo singkat.
“Aa..araseo, geundae…kenapa ada di sini, ini kan Fakultas Ilmu Budaya?” tanya Rae In lagi.
“Geunyang…aaa…matta, mian. Na halkke, ittabweoja” ucap Lee Soo kembali berlari ketika mengingat sesuatu.
“Eo…geurae…” sahut Rae In sekilas.
Raein memang gadis paling cuek di peradaban yang pernah ada, meskipun Lee Soo pernah menyatakan cinta padanya, ia tetap saja tak menganggap pernyataan itu sebagai beban untuknya. Ia hanya berkata. “Mian, aku belum berpikir sampai kesitu. Tunggu saja sampai aku siap, itupun jika oppa mau menungguku”.
* * *
“Apa ini rumahnya oppa??” tanya Rae In ketika memasuki halaman rumah yang teduh namun terlihat sedih itu. Jae Ho mengangguk terpancar kesedihan diraut wajahnya. Ia teringat semua kenangan yang terjadi di tempat itu. Rae In melihat heran sang kakak yang benar-benar berbeda dari kakaknya yang dulu. Ia sebenarnya tidak ingin mengatakan apapun namun, tiba-tiba mulutnya berucap, ”Waeyo oppa?”.
“Aniyo…ayo masuk” ucap Jae Ho sambil mengangkat koper dan ransel bawaannya. Mereka memasuki rumah itu, masih begitu jelas dalam ingatan Jae Ho kenangan saat berada di rumah itu. “Joon Hee” ucapnya seakan-akan melihat bayangan Joon Hee berdiri di tangga dan tersenyum ke arahnya seperti setiap kali ia mengunjunginya. Tak terasa airmatanya menetes.
“Oppa…Joon Hee, nugu?” tanya Rae In penasaran.
Jae Ho terhenyak dari lamunannya, ia menyeka airmatanya. “Eo…” celetuk Rae In terkejut melihat sang kakak menangis.
“Waeyo?” tanyanya.
“Aniya..sekarang kita tinggal di sini, kau pilih saja kamar mana yang mau kau tempati” ucap Jae Ho menyembunyikan sesuatu.
“Geurae” sahut Rae In cepat. Ia meninggalkan koper dan tasnya di lantai dan berjalan berkeliling melihat setiap sudut rumah itu. Sampailah Rae In di sebuah kamar. Ia membuka kamar itu, anehnya Rae In yang selalu perlu adaptasi dengan tempat baru merasa nyaman dikamar itu. “Isanghae, kamar ini nyaman sekali. Oppa, aku mau kamar ini” seru Rae In kemudian.
Jae Ho yang berada di lantai satu terkejut. Kalau Rae In bakalan memilih kamar milik Joon Hee. Ia berlari menaiki tangga menuju kamar Joon Hee. “Neo?”
“Wae? Aku suka kamar ini. Oppa, bolehkan aku pakai kamar ini?” tanya Rae In.
“Mwo? Eo..ne” ucap Jae Ho pasrah. Sebenarnya ia yang ingin berada di kamar itu, tapi itu lebih baik. Jae Ho tidak akan lagi berlarut-larut dalam kesedihan.
Singkat cerita Rae In akhirnya menempati kamar bekas milik Joon Hee. Rae In melihat kamar itu dengan penuh keheranan. “Aneh, kenapa kamar ini bisa membuatku nyaman ya?” tanyanya dalam kesendirian. Ia berjalan menuju balkon kamarnya ia melihat kakaknya dan seseorang sedang berbicara di taman. “Eo..geu namja nuguya? Kenapa aku baru melihatnya? Oppa chingu? Oppa!!” seru Rae In memanggil sang kakak.
Joon Hee dan Jae Ho menengadah ke arah Rae In. Joon Hee dan Rae In saling memandang heran. “Katchi meokja” ucapnya mengingatkan sang kakak untuk makan malam. Jae Ho menyahut dan berjalan memasuki rumah diikuti Joon Hee.
Saat di meja makan….
Rae In hanya bisa diam dan bingung melihat tingkah dua pria di hadapannya. “Mereka kenapa diam seperti ini?” tanyanya dalam hati. “Oppa” panggil Rae In pelan. Jae Ho melihat ke arah Rae In. “Geu namja nuguya?” ucapnya lirih.“Ne?” ucap Jae Ho sedikit kurang jelas.
“Geu namja, nugu?” ucap Rae In menunjuk pemuda di samping kakaknya.
Jae Ho menoleh ke arah yang ditunjuk Rae In ia bingung, ia tidak melihat siapa-siapa di sebelahnya namun adiknya menanyakan siapa yang berada di sebelahnya sekarang. “Siapa maksudmu? Tidak ada siapa-siapa di sini kecuali kau dan aku”
“Ne?” kini Rae In yang bingung dan heran, ia jelas-jelas melihat seseorang di samping Jae Ho tapi Jae Ho berkata tidak ada siapapun kecuali mereka berdua.
Joon Hee melihat ke arah Rae In. Mata mereka bertemu penuh kebingungan dan keheranan terpancar jelas di wajah mereka berdua.
#####
Annyeong readernim....

KAMU SEDANG MEMBACA
21 Day's I Can't
Romansa"Neo..nuguya?" tanya Rae In saat melihat Joon Hee duduk di sofa sendirian. "Na? Aku pemilik rumah ini, kau siapa? Kenapa kenal sama Jae ho hyung?" Joon Hee berbalik menanyai gadis yang kini menatapnya penuh keheranan. "Hyung? Jae ho oppa arayo? Na...