7. AWAL DAN FINAL

71 20 4
                                    

┏━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┓

𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠-!

┗━━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━━┛


.
.

Thalia berangkat ke sekolah lebih pagi hari ini. Entah kenapa setiap hari Sabtu Thalia selalu berangkat lebih pagi tanpa adanya alasan tertentu. Thalia memasuki kelasnya, sepi dan tidak ada orang lain selain dirinya. Pantas saja, ternyata masih jam enam lebih 15 menit.

Duduk di bangkunya, dia mengeluarkan manga yang baru dibelinya kemarin dan belum sempat dibacanya. Terkadang dia tersenyum-senyum sendiri, terkadang berkaca-kaca, terkadang ngakak sampai-sampai memukuli meja. Untung tidak ada orang, kalau tidak dia pasti sudah dianggap gila. Memang hanya manga yang bisa membuat Thalia bahagia atau mungkin malah sedikit gila.

Dia menggigit bibirnya sendiri karena terlalu terbawa suasana dari manga yang tengah dia baca.

"Hei!"

"Ah! Kampret ada apa?!" Refleks Thalia berteriak karena kaget. Dia bahkan tidak menyadari kalau di kelas ini sudah ada orang lain.

Orang itu adalah ... Soni. Cowok terpintar sekelas XI IPA-2. Dia sama seperti Thalia, berusaha mendapatkan ranking satu. Thalia kesal terhadapnya, bukan karena benci atau apa, tetapi gara-gara cowok ini rankingnya lebih tinggi daripada Thalia.

Seperti Penilaian Akhir Semester kemarin, Soni menyabet peringkat tiga paralel. Sedangkan Thalia menyabet peringkat empat. Padahal juga hanya beda tipis, entah kenapa Thalia merasa sangat kesal. Lebay banget emang.

Soni menarik kursi di depannya Thalia lalu mulai duduk menghadap Thalia. "Kenapa sih? Dipanggil doang sampai kaget gitu."

"Ya kaget aja, orang tadi enggak ada orang tiba-tiba ada," cibir Thalia pelan. "Mau apa? Tumben nih ngajak ngobrol, biasanya?"

Thalia menutup manga nya lalu menatap Soni sinis. Soni yang ditatap sinis dan diberi pertanyaan seperti itu hanya bisa cengengesan.

"Kemarin gua denger lo teriak ke Azalea kalau lo udah nemu jawaban soal legend, ya?" tanya Soni sambil menatap harap ke arah Thalia.

Thalia hanya menatap santai ke arah Soni. "Lah terus?" tanyanya singkat. Ingat ya, Thalia itu kalau bersama orang lain bakalan nunjukin sisi dinginnya. Apalagi teman sekelasnya, yang sudah hampir dua tahun ini menganggapnya seolah-olah hantu di kelas ini, dasar.

"Ajarin gua, please! Ya, ajarin gua satu soal itu doang!" Thalia berdecih pelan. Kalau dia memberitahu caranya ke Soni, yang ada nanti rankingnya bakalan lebih melecit lagi. Tetapi, dia bukan orang yang egois.

"Kenapa emang? Lo gak bisa cari sendiri apa? Lo dateng pas ada butuh doang ya ternyata. Ck, dasar!" cibir Thalia sambil terus menatap sinis ke arah Soni.

Baru juga Soni berniat membalas cibiran Thalia, Azalea tiba-tiba muncul dan langsung merangkul Thalia. "Hei, bukan kaya gitu caranya berinteraksi sama orang lain, Thalia."

"Hei Soni, selamat pagi. Thalia pasti bakalan ajarin kamu kok!" sapa Azalea sambil menatap Soni.

Thalia hanya menatap datar ke arah Azalea. "Ini permulaan dimana kita bakalan bersihin nama baik kamu," bisik Azalea tepat di telinga Thalia.

Thalia menghela napas. Akhirnya dia mengalah. "Iya deh iya. Sini gua ajarin!" ujar Thalia pasrah. Soni lalu berlari ke bangkunya dan mengambil satu buku dan pulpen. Azalea hanya tersenyum menatap Thalia yang menatapnya sinis.

"Kalau gitu, sekalian ajarin aku dong, Lia!" ujar Azalea santai sambil mengambil buku dari tasnya. Thalia sendiri hanya menepuk jidatnya.

"Kalian perhatikan soalnya dulu baik-baik. Cari inti soalnya, jangan terkecoh sama penjelasan lain yang malah bikin soalnya keliatan susah," ujar Thalia memberikan langkah pertama.

𝐒𝐀𝐘𝐎𝐍𝐀𝐑𝐀 [𝐄𝐍𝐃]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang