Dengan hati-hati Kyungsoo membawa abu kremasi adiknya yang dimasukkan ke dalam guci, eomma dan appanya sudah duduk di dalam mobil menunggu untuk mengirim abu jenasah putri tercinta mereka di sebuah pemakaman yang terletak jauh di pinggir kota.
Gedung pemakaman abu jenazah itu sangat besar, dengan dua pilar di depan pintu masuk dan tangga yang menjadi jalan menuju pintu masuk.
Kyungsoo membawa guci berisi abu jenazah, eomma membawa foto almarhum putri kecilnya dan appa membawa sekotak barang kesukaan Seo Jun.
Setibanya di tempat yang sudah dipesan, dengan hati-hati Kyungsoo meletakkan guci itu di tengah lemari kecil dan ditatanya beraturan foto, bunga dalam vas kecil, dan sebuah boneka yang menjadi kesayangan Seo Jun.
Setelah berdoa sejenak, Kyungsoo, Mr. Do dan Mrs. Do mengucapkan salam perpisahan pada putri kecilnya yang sekarang telah menghadap sang yang Kuasa.
Mrs. Do menahan tangisnya yang mau meledak. Dan Mr. Do dengan sabar menuntun istrinya untuk kembali pulang ke rumah mereka. Kyungsoo tidak langsung ikut pulang. Ia duduk di bangku depan gedung dan melihat beberapa bayangan yang mengintip di belakang pilar dan jendela.
Hari sudah berubah menjadi sore. Rasanya sangat berat berpisah dengan adiknya. Ingin rasanya bila ia bisa melihat adiknya, ah, atau cuma arwahnya hingga ia bisa menanyakan apa yang membuatnya berfikir begitu pandek dengan mengakhiri hidupnya sendiri dengan tragis.
Bayangan adiknya yang baru lulus beberapa bulan yang lalu melintas, bagaimana bahagianya Seo Jun dengan bucket bunga dan toga yang dikenakannya. Cumloude predikat yang diterima adiknya.
"Seo Jun..." Bisiknya.
Tiba-tiba Kyungsoo tersentak, ia kaget saat sebuah wajah yang menatapnya dari bawah. Wajahnya pucat dengan mata yang besar.
Kyungsoo berusaha menenangkan diri dengan menutup matanya sebentar dan mulai berkonsentrasi untuk berkomunikasi mahkluk yang berada tepat dihadapannya.
"Siapa kau?" Tanya Kyungsoo tanpa takut.
Wajah pucat itu berangsur memerah, berubah seperti manusia pada umumnya.
"Ada yang bisa membantumu." Katanya dengan mantap.
"Siapa?" Tanya Kyungsoo penasaran.
"Ikutlah aku!" Ajak wanita itu.
"Jangan mencoba menipuku!" Ancam Kyungsoo masih dengan sikap dinginnya.
"Aku tahu kau sedang bersedih." Katanya ikut sedih.
Kyungsoo membelalakkan matanya meminta penjelasan.
"Ini semua perbuatan 'gadis bergaun merah'." Jelasnya sembari berbisik.
"Kau serius?"
"Aku merasa kalau adikmu anak yang manis dan aku merasa tidak rela bila 'gadis bergaun merah' itu telah sengaja membunuh adikmu."
Kyungsoo mengangguk. "Katakan siapa yang bisa membantuku."
"Ikutlah aku!" Ajaknya.
Mereka berjalan dengan jarak yang lumayan jauh, dua meter. Kyungsoo tidak mau hantu itu mendekat dan mencoba menghirup 'yang' nya.
Setelah hampir satu jam mereka berjalan karena letak gedung pemakaman itu ada di atas bukit dan mereka berjalan menyusuri aspal menuruni bukit saat malam menjelang, tibalah disebuah kantor diantara gedung olah raga dan sebuah mini market.
Kyungsoo sudah kelelelahan dan tiba-tiba hantu itu menghilang.
Tinggalah dia di depan kantor yang bertuliskan 'Detektif Park'.Kyungsoo tidak percaya begitu saja pada hantu itu. Ia hanya mematung melihat sekitar. Setelah ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana, segera ia foto kantor yang ditunjukkan hantu itu dan kembali memasukkan ponselnya setelah selesai memotret.