"VIOLA..." teriak Erza dan Karin dari halaman rumah.
"VIO... VIOLAA..." teriak Karin
"IYA BENTAR..." teriak Viola dari dalam rumah sebagai jawaban.
Saat Karin mau teriak lagi tiba-tiba jari telunjuk Erza mendarat di bibir mungil nya, "shtttt... Udah dia kan tadi jawab jangan teriak lagi pusing gue dengernya." Erza menatap Karin sahabatnya, Karin hanya berdecak malas.
Lalu dengan wajah ceria Viola berlari kecil kearah mereka, "yuk berangkat lets go" Viola merangkul kedua sahabatnya dengan posisinya ditengah diantara Erza dan Karin.
"Kita mau jalan kaki apa naik bus?" tanya Karin
"Naik bus aja deh lagi males jalan kaki." jawab Viola
"Oke" jawab Karin sementara Erza hanya mengangguk.
Mereka pun naik bus menuju kesekolah, Karin dan Vio duduk berdua sedangkan Erza berdiri karena tempat duduk sudah terisi penuh. Erza selalu mengalah pada kedua sahabat perempuan nya itu. Karena ia sudah menganggap mereka adik yang harus ia lindungi.
Mereka akhirnya sampai juga di sekolah, kedua sahabat nya sudah turun sementara Vio masih didalam bus sedang mencari uang untuk bayar tapi ia tak menemukan dompet nya.
"Dompet gue mana ya tadi? Aduh apa gue lupa bawa ya? Terus gimana bayarnya coba? Karin sama Erza udah keluar lagi." tanpa sadar seseorang dibelakangnya mendengar Viola yang mengomel sendiri karena tidak bisa membayar, akhirnya orang itu memanggil Viola, "Heh udah gue aja yang bayarin" ucapnya sambil berlalu, lalu orang itu terlihat membayar pada sopir sambil menunjuk Viola yang masih diam.
Viola memperhatikan orang itu sampai bengong dan tersisa hanya dirinya saja yang didalam bus. Ia pun sadar kembali akibat sopir bus yang memanggilnya, "Neng udah nyampe turun atuh, kenapa malah bengong?"
"Eh iya, Pa tadi orang itu udah bayarin saya ya?" tanya Viola sambil nunjuk orang yang ada diluar.
"Iya Neng, dia pacarnya atau kakaknya Neng?" Pa sopir malah balik nanya.
"Bukan dua-duanya Pa, saya nggak kenal." Viola pun turun dari mobil, ia menemukan dua sahabatnya tengah menatapnya kesal.
"Lo pacaran ya sama Pa supir?" tanya Erza yang berlangsung mendapat jitakan dari Viola di kepalanya. Mereka ngobrol sambil berjalan.
"Isshhh, sakit tau Vi." rengek Erza sambil mengusap kepalanya.
"Lagian lo kalo ngomong sembarangan aja, gue tadi hampir nggak bayar tau nggak sih? Dompet gue kayaknya nggak gue bawa dan untungnya ada cowo ganteng yang tiba-tiba bayarin gue." ucapnya mengedip-ngedipkan matanya sambil senyum-senyum sendiri. Kedua sahabatnya malah memandang Viola aneh.
"Kayaknya lo udah gila ya Vi?" tanya Erza masih memandang aneh kearah Viola.
"Lo kali yang gila dan nggak waras, lo kan belum pernah suka sama cewe hahaha." ucapan Viola tadi membuat Erza terdiam.
"Vi, berarti lo nggak bisa jajan dong ntar?" tanya Karin
"Iya tapi kan ada kalian jadi aku hari ini ditraktir sama kalian yeahh." jawab nya sambil lari kedalam kelas.
"Vio, tetep aja lucu ya kaya anak kecil." Erza sambil tersenyum, membuat Karin yang berjalan disampingnya memandang wajah Erza dengan tatapan datar.
Viola sudah duduk dibangkunya yang dekat jendela, lalu sampingnya sudah pasti Karin yang duduk disitu, kalo Erza dibelakang bangku mereka tapi dia duduk sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love My Brother
FanfictionRasa yang perlahan hadir diantara kita membuat kita bersama, tapi sebuah kenyataan yang tak terduga terjadi diantara kita membuat semuanya hancur.