🌈 Happy Reading 🌈
Hari ini sudah terhitung seminggu sejak Alana dinyatakan koma dan selama tujuh hari juga Reyhan selalu menjaga Alana di depan ruangan rawat gadis itu, Reyhan sama sekali tidak memiliki keberanian untuk masuk ke dalam.
Reyhan tak sanggup melihat tubuh Alana yang kini terlihat lebih kurus serta banyaknya alat medis yang terpasang pada tubuh Alana, Alana pasti tengah menahan rasa sakit saat ini.
Sebuah tepukan di bahu Reyhan, membuatnya menoleh ke samping. Di sana terdapat Bundanya yang baru saja datang membawakan makan siang untuknya.
"Kamu masih gak mau masuk ke dalam?" tanya Anna dan Reyhan hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
Reyhan terlihat sangat frustrasi, bahkan kondisi Reyhan bisa dikatakan tak jauh dari kondisi Alana, berat badannya menurun drastis karena tak memiliki nafsu makan, pakaian yang acak-acakan, dan kini ia sering sekali melamun.
"Reyhan gak bisa lihat Alana dalam kondisi seperti itu Bun, Reyhan takut nanti Reyhan nangis di dalam dan buat Alana semakin sedih,l." Reyhan memposisikan dirinya bersandar pada pundak Anna, Reyhan telah berusaha menerima keadaan meski Anna bukan ibu kandungnya, Anna adalah orang yang selama ini merawatnya dengan kasih sayang, berbeda dengan ibu kandungnya yang entah di mana keberadaannya, yang tega menaruhnya di panti asuhan.
"Alana akan sembuh kan, Bun?" tanya Reyhan dengan nada lirih.
Anna mengangguk. "Alana pasti akan sembuh, kamu harus yakin itu." Anna mengelus rambut serta bahu Reyhan secara bergantian.
"Makan ya, Bunda bawa makanan kesukaan kamu. Kalo kamu gak makan kayak gini, siapa yang bakalan jaga Alana kalo kamu sakit." Tanpa sadar air mata Anna ikut tumpah mengucapkan itu, namun dengan cepat Anna menghapus air matanya.
Reyhan mengangguk pelan, Anna tersenyum merasakan anggukan Reyhan yang bersandar di pundaknya. Ia lalu membuka sebuah kotak bekal yang telah ia persiapkan lalu memberikannya pada Reyhan.
Meski merasa tak memiliki nafsu makan, Reyhan mulai meyguapkan makanan itu pada mulutnya. Ia juga harus memikirkan tubuhnya yang sudah mulai lemas tak memiliki tenaga.
Lagi-lagi air mata Anna ikut turun melihat Reyhan memakan makanan itu tanpa nafsu, dulu saat ia memasak menu masakan itu, Reyhan akan terlihat semangat untuk memakannya. Namun sekarang? Untuk sekedar makan saja Reyhan harus dipaksa dulu.
Anna tidak mau menangis di hadapan Reyhan, itu akan membuatnya ikut bersedih, akhirnya Anna memilih pamit ke kamar mandi untuk mengeluarkan tangisnya yang sendari tadi ia tahan.
Saat Anna pergi ke kamar mandi, Bianca datang dengan masih lengkap memakai seragam sekolahnya, lalu duduk di samping Reyhan.
"Lo bolos lagi, Rey?" tanya Bianca yang dibalas anggukan oleh Reyhan.
Bianca membuang napas panjang, ada rasa bersalah dan gugup saat ia berbicara dengan Reyhan.
"Lo tau gak? Di sini gue merasa jadi orang paling jahat," ujar Bianca. "Gue beberapa kali sakitin Alana supaya dia menjauh dari lo, tanpa gue tau kalo Lo yang selama ini buat Alana kuat. Gue adek yang brengsek banget ya," lanjut Bianca sambil tersenyum kecut.
"Gue selalu menganggap Alana sebagai pembawa sial, yang menjadi perebut dan penghancur kebahagiaan orang, tapi gue gak sadar kalo julukan itu sepantasnya di ucapkan buat gue. Seharusnya gue sadar, di balik sikap dingin dan tegarnya ia menutupi banyak kerapuhan yang ia rasakan, bahkan mungkin gue udah mengakhiri nyawa gue sendiri kalo gue jadi Alana." Bianca mulai meneteskan air matanya mengingat semua perbuatan jahat yang ia lakukan pada Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi di penghujung hari [Revisi]
Teen Fiction"kita beda, dunia tidak mentakdirkan kita untuk terus bersama, duniamu penuh dengan warna bagaikan pelangi. Sedangkan duniaku hitam, seperti gelapnya malam, aku pamit." 🌈🌈🌈 Ketika semua orang menganggap rumah adalah istana, dengan keluarga yang s...