"Kak Earth!!'' Earth dapat merasakan lehernya dipeluk dari belakang bersamaan dengan suara Prim yang ceria.
"Hei Princess!'' Earth menoleh ke belakang dan melihat seorang anak perempuan sedang tersenyum kepadanya.
"Prim, biarkan dia pakai sabuk pengaman dulu.'' Godt yang melihat interaksi mereka dari tempat duduk kemudi memperingatkan.
"Maaf, Papa...'' Prim memundurkan badannya dan duduk dengan benar. Earth masih tersenyum kepada Prim agar Prim tidak jadi murung kemudian menatap Godt dengan tatapan tajam.
"Emangnya kenapa sih Prim mau sapa bentar?'' tanya Earth tidak suka.
"Biar kita segera berangkat. Ayo!'' Godt mulai menyalakan mesin mobil namun masih belum menginjak gas karena Earth belum memakai sabuk pengamannya. "Bocil...''
"Iya Om, sebentar!'' sahut Earth lalu mengunci tubuhnya dengan sabuk pengaman. Godt menjalankan mobil dan perjalanan mereka pun dimulai. ''Nanti disana sampai berapa lama?'' tanya Earth untuk mengisi kesunyian mobil yang sudah berlangsung selama 10 menit.
"Sampai A Ma sembuh.'' jawab Godt masih fokus dengan jalan raya di depan.
"Hmmm.." sahut Earth kemudian kembali terdiam. Kini ia menoleh ke belakang dan melihat Prim sudah tertidur. Tanpa sadar Earth tersenyum melihatnya.
Godt melirik ke arah Earth karena cukup lama Earth melihat Prim. "Ngapain lihat-lihat?"
"Hm? Hanya berpikir kenapa setan kayak lo bisa punya anak malaikat kayak Prim..."
"Entahlah... Mama nya sendiri juga kayak setan jadi gue gak paham..."
Earth membenarkan posisi tempat duduknya, baru kali ini Godt berbicara tentang Mama nya Prim. "Gue boleh tahu Mama nya kemana?" tanya Earth berhati-hati.
"Neraka." jawab Godt singkat. Earth terdiam mendengarnya karena dari nada bicaranya Earth tahu Godt tidak suka membicarakannya. "Tapi kemarin nyokap gue bilang dia dulu suka dengerin permainan piano lo buat nidurin Prim juga... tapi mungkin Prim udah lupa karena udah lama banget."
"Berarti lo juga pernah dengerin?" tanya Earth penasaran.
"Gak pernah, gue gak suka dengerin instrumental doang. Jadi gue gak pernah dengar. Sorry ya..."
"Gak apa-apa..." Earth kini melihat pemandangan di luar mobil, berusaha menghilangkan rasa sedihnya karena tadinya Earth berharap Godt adalah salah satu orang yang mendengarkan permainannya.
"Sekarang gantian..." saat mobil berhenti karena lampu lalu lintas berwarna merah, Godt bertanya. "Kenapa lo lagi rehat sekarang?"
"I lost my muse.." jawab Earth dengan bahasa asing yang Earth yakin Godt mengerti. "Selama ini aku bermain sambil memikirkannya dan saat ia pergi, menyakitkan bagiku untuk bermain karena mengingat dirinya..."
"Gue gak nyangka kita sama sama kehilangan pasangan..." kini Godt menatap Earth dan Earth ikut menatap Godt. Tak adanya suara dari radio membuat suasana mobil sunyi dan untuk pertama kalinya Earth merasakan sunyi kali ini adalah sunyi yang nyaman. Baru saat suara klakson mobil berbunyi keras, mereka memutus pandangan mereka.
"Nasib kita sama tapi bukan berarti gue akan kasihan sama lo..." komentar Earth.
"Gue gak perlu dikasihani juga,makasih..." Godt kembali melanjutkan mengemudikan mobilnya tanpa suara. Earth akhirnya memutuskan untuk menyalakan radio supaya ia tidak terlalu bosan menemani Godt menyetir. Saat radio memutar lagu yang Earth tahu, Earth tak sungkan untuk menyanyikan penggalan liriknya begitu pula Godt. Terlebih saat radio memutar lagu F4 asal Taiwan, Godt dan Earth bernyanyi bersama diakhiri dengan tawa bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertemuan
Teen FictionBook 3 of Starlight Dimana Godt butuh pasangan agar bisa pulang dan rela membayar Earth, pianis muda yang tasnya tertukar dengan tas milik anak Godt di Bandara. "Jadilah suamiku, akan kubayar 10 jt.'' "Kau pikir aku murahan?'' "30jt.'' "Deal.''