Tidak ada hidup yang sempurna, ya itu yang harus Kelabu yakini. Ketidakmampuan memiliki keturunan membuat dirinya dicerai dengan cara yang tidak manusiawi, bahkan tatapan hina itu selalu teringat di benak Kelabu. "Aku harus nikah sama Anggi." Ucap Aldo menatap wajah Kelabu yang pucat. "Semua urusan perceraian akan aku urus, kamu tinggal tanda tangani semuanya." Aldo mengambil koper dan memasukan semua bajunya ke dalam. Aldo sudah lelah hidup bersama dengan Kelabu. "Nggak bisa ya kamu urus perceraian setelah aku sembuh." Pinta Kelabu menatap nanar pria yang telah berjanji di hadapan Tuhan untuk setia sampai maut memisahkan. "Kapan kamu sembuh?" "Tidak ada jaminan kamu sembuh." Lanjut Aldo dengan tergesa-gesa keluar dari rumah. "Baiklah kalau itu maumu, aku tidak akan menghalangi. Selamat berbahagia semoga rasa sakit ini tidak sia-sia untuk hidup kalian." Kelabu tidak bodoh, selama ini ia tahu jika suaminya menjalin hubungan dengan patner bisnisnya. Awalnya Kelabu pikir semua akan baik-baik saja tetapi perubahan Aldo semakin hari membuat Kelabu sadar bahwa pria yang telah ia nikahi sudah berubah. "Masalah harta gono gini aku tidak menuntut. Silakan ambil semuanya." Kelabu bukan perempuan miskin, ia bisa berdiri di kakinya sendiri. Aldo yang mendengar itu, sontak menoleh. "Jangan hina aku." Karena kekayaan Kelabu jauh lebih banyak. "Aku tak menghina, hanya ingin melindungi harga diriku." Dan itu adalah akhir dari rumah tangga mereka selama lima tahun ini. Memang benar jika restu orang tua sangat berpengaruh dalam menjalani rumah tangga, dan Kelabu baru sadar. Lantas kehidupan apa yang menunggu Kelabu di depan sana? Tbc