Awan gelap merata di langit-pertanda hujan akan turun sebentar lagi. Mendung di sore itu - seolah memperkuat kesan suram di tengah mereka yang tengah berduka. Satu persatu pelayat perlahan-lahan beranjak meninggalkan makam. Menyisakan dua pengawal yang menjaga sang Tuan, sepasang orang tua yang kehilangan putranya, kakak yang kehilangan adiknya, dan seorang gadis yang kehilangan tunangannya. Dalam diam, Evelyn menatap nyalang makam dihadapannya dan kembali merasa sesak. Untuk Dave, kekasihnya. Evelyn tak bisa berhenti menangis. Angin bertiup semilir mempermainkan rambutnya dan diabaikan, wanita itu membiarkan surainya kusut tak beraturan. Tidak ada yang bisa Evelyn pedulikan selain pukulan berat yang menghantam. Evelyn merasa sangat miris, tenggelam dalam pedih. Terlalu kalut baginya untuk sekedar peka -bahwa sedari tadi, satu dari lima orang yang masih bertahan, terus mengawasinya dengan kilat tajam yang tak pernah beranjak. Eizer, kakak laki-laki Dave, berdiri di sisi makam dengan rasa duka yang mati. Dibalik kacamata hitamnya, sepasang manik abu-abu gelap milik pria itu mengintai Evelyn dengan tatapan penuh perhitungan dan... hasrat gelap.