"Apa aku tidak salah dengar? Ayah aku bahkan belum menyelesaikan kuliahku, bagaimana mungkin..." Ucap seorang gadis menatap pada pria yang memiliki status sebagai Ayahnya.
"Sayang, Mamah mohon, Kakakmu sudah memiliki kekasih, jika dia yang menikah dia akan hancur..."
"Lalu bagaimana denganku? Apa anak Mamah hanya Viona?"
"Hentikan Aluna! Kamu tidak memiliki suara untuk menolak, lagipula ini juga untuk perkembangan perusahaan kita!" Geram Jordan menatap tajam.
Aluna menoleh pada sosok yang dia sebut Ayah, atau mesin penuntut yang tidak pernah mau mengerti dirinya? "Ini untuk kepentingan Anda, bukan untuk Saya..." Lirih Aluna.
"Jika kamu tidak menerima, maka keluar dari keluarga saya! Saya tidak butuh anak pembangkang!" Tekan Jordan.
Aluna menatap tidak percaya, apa hanya sebatas ini hubungan mereka? "Ayah?"
"Sayang, Aluna pasti menurut, jangan membuat keputusan terburu-buru," Ucap Lyna menenangkan sang suami.
"Ini sulit untuk kupercaya," Lirih Aluna mencoba menahan air mata yang memberontak ingin dijatuhkan.
"Pergi ke kamarmu! jangan keluar sampai Benjamin datang!"
"Ayah..."
"Aluna, sudahlah, menurut saja dengan Ayahmu," Sela Lyna, menarik Aluna untuk memasuki kamar gadis itu.
Aluna menghela nafas, duduk didepan meja rias untuk menatap wajahnya sendiri. Mengingat perlakuan kedua orang tuanya mampu membuat air mata gadis itu kembali turun, dia memang terlahir tidak secantik Viona. Viona lebih segalanya, dia pintar, dia cantik bahkan cukup sukses dalam usia muda.
Sedangkan Aluna? gadis itu menyukai hal-hal yang berbau olahraga, kegiatan fisik hingga wajah tak begitu dia pedulikan. Aluna menghela nafas, dia hanya berharap Pria dari Benjamin itu menolak dirinya yang jelek ini.All Rights Reserved