9. 18++

13 0 0
                                    


"Aku akan bersikap lembut," Bisik Matthew mencoba menghilangkan kegugupan Aluna. Suaranya rendah dan menenangkan. Matthew bisa melihat ketakutan di mata Aluna, ketidakpastian, dan untuk pertama kalinya, hal itu membuatnya ragu. Matthew terbiasa mendapatkan apa yang diinginkannya tanpa akibat apa pun, tapi ini berbeda.

"Matthew..."

"Katakan lagi, Aluna, panggil nama Saya..."

Jaringan gairah dan keinginan. Bibir Matthew menelusuri tubuh Aluna meninggalkan jejak ciuman yang membuat kulit gadis itu tergelitik. Pria itu meraih perut istrinya jari-jarinya mengaitkan celana dalam Aluna, menariknya ke bawah kaki gadis itu.

Mata Aluna terbuka ada sedikit binar keterkejutan dimatanya saat Matthew hampir mencapai inti permainan mereka. Gadis itu tidak sadar kapan Matthew melepaskan pakaiannya.

"Akh!" Mata gadis itu melotot merasakan sesuatu memasukinya.

Matthew menatap lapar ketika jari panjangnya mengenai titik di dalam diri Aluna yang membuat gadis itu terkesiap dan menggeliat lebih jauh. Kontrol yang Matthew miliki atas tubuh Aluna, kesenangan yang bisa dia berikan padanya sangat memabukkan.

"A-ahh... J-jangan disana..." Aluna mencoba menarik surai hitam Matthew saat Pria itu menurunkan tubuh, mengubur diri ke dalam selimut.

"T-tidak..." Gugup Aluna merasakan sesuatu yang terasa begitu luar biasa, rasa yang asing namun begitu menyenangkan.

Matthew memposisikan dirinya di antara kedua kaki Aluna, wajah Pria itu hanya beberapa inci dari bagian paling intim tubuh istrinya. Dia menghirup aroma Aluna dalam-dalam, matanya terpaku pada tempat itu beberapa saat sebelum dia mencondongkan tubuh, lidahnya menjulur keluar untuk mencicipi rasa Aluna.

Aluna menghela nafas pelan, jari-jarinya mencengkeram rambut Matthew saat Pria itu membawa Aluna semakin dekat ke tepi. Bibir dan lidah Matthew bekerja secara harmonis, setiap jentikan dan jila*tan membuat tulang punggung Aluna merinding.

"H-hentikan..." Aluna menghela nafas pelan.

Matthew bisa merasakan batas Aluna meningkat, dan saat gadis itu berteriak, dia meningkatkan langkahnya, mendorong Aluna ke tepi jurang. Matthew terus menyenangkan Istrinya, lidahnya mendorong Aluna untuk pelepasannya.

"Akhh!" Aluna terengah-engah saat dia mencapai batas.

Setelah Aluna tenang Matthew memundurkan tubuh matanya menatap dengan penuh rasa lapar dan naf*su. Dia naik kembali ke tubuh Aluna, kekerasannya menekan paha gadis itu yang mungkin hanya berlaku beberapa saat lagi, karena setelah ini Aluna bukan gadis lagi. Malainkan wanita milik Matthew Benjamin.

"Saya mendapatkan pelu*mas Alami..." Matthew berbisik dengan seringai nakal.

"Hentikan..." Lirih Aluna merasa dia tidak sanggup menangani Matthew.

"Kamu tidak bisa berhenti ditengah jalan, Sayang..."

"T-tapi, itu tidak akan muat..."

"Apa maksudmu dengan 'itu'?" Tanya Matthew membelai lembut sisi wajah Aluna yang berkeringat.

"I-itu..."

"Itu? Apa, hm?"

"AYAMMU!" kesal Aluna.

"Haha!" Matthew mengangkat tubuh untuk tertawa. "Sweetheart, ini terlalu besar untuk Ayam, mungkin Angsa?"

"Aku tidak peduli jikapun kau sebut itu bangau! yang aku pedulikan itu tidak akan masuk!"

"Ini masuk."

"T-tidak!"

"Kenapa tidak mencoba dulu? ini tidak akan membu*numu, Sweetheart..."

Matthew My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang