"Gimana? Bisa lo handle??"
Yang ditanya menghela napas, kemudian menggeleng pelan, "Udah di luar kuasa gue, meskipun gue yakin semuanya rekayasa. Kali ini, dia bener-bener gak main-main."
Keheningan panjang pun tercipta. Para pemuda itu mengurut kuat dahi mereka; tubuh mereka merosot, menyandar tanpa tenaga pada tembok usang bekas bangunan lama. Catnya sudah mengelopek di sana-sini, air tergenang di beberapa bagian, membuat beberapa sudut tembok pula berlumutㅡsedikit lembab.
"Ngomong-ngomong, gimana anak-anak? Udah ada tanda-tanda?"
"Lo tau sendiri, gue udah gak punya hak buat handle anak-anak. Cuma ada satu 'telinga' gue di sana, itu pun bukan jabatan yang tinggi. Gue gak bisa megang ketuanya,"
"Ah," mulutnya mengecap, penuh rasa khawatir, "gue takut The Lost juga kena."
Tanpa ada firasat apa-apa, kelima anggota The Lost berangkat ke sekolah seperti biasa. Guanlin dan Alejandro tetap mampir ke rumah Nakyung, Haechan tetap racing, Jeno tetap mampir ke warkop, dan Jinyoung pun tetap berkendara santai dengan motor matic-nya. Mengenai gosip Jeyu tadi malam, tiga bujangㅡGuanlin tidak terhitung karena tidak ikut jajan jagung dan sudah taken, asoyㅡsepakat untuk tetap diam, setidaknya sampai berita resmi muncul ke permukaan.
Ternyata, namanya gosip, apalagi menyangkut "orang tinggi", pastinya menyebar secara cepat dan sporadis. Malam kemarin grup angkatan bisa jadi masih damai, tetapi tidak untuk pagi ini. Mendadak ada banyak sekali sebutan (tag) di grup angkatan, khususnya bagi si anak senja, Jeno.
Satu tahun menjadi "The Lost" pun agaknya makin membuat kelima remaja itu saling bisa membaca pikiran satu sama lain. Tanpa ada satu patah kata pun dari Jeno maupun anggota lain, kelima remaja itu secara kompak melangkahkan kaki mereka menuju markas, alih-alih ke kelas masing-masing. Dari Jinyoung yang datang pertama, tiba-tiba muncul Jeno, lalu Guanlin dan Nakyung, serta tentunya yang terakhir,
"Selamat pagi, jiwa-jiwa yang sedang tertekan!!" seru Haechan dengan kurang ajarnya.
Sambil tersenyum lebar, Haechan yang baru datang itu melangkahkan kakinya dengan riang menuju kursinya. Ia menyandarkan tasnya begitu saja pada punggung kursi, lantas menyedot chocolate float-nya dalam damai. "Anjay," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEGORI: The Lost
FanfictionLayaknya sebuah koin dengan dua muka yang berbeda, ada bayangan hitam yang kerap terlupa, menanti waktunya untuk berbicara. Part of The Lost Universe, the final. Penguanlin, 2020.