6. kasus-kasus lampau

2.5K 614 38
                                    

Kelima remaja itu sampai di markas mereka dengan selamat, sejahtera, dan sentosa. Untuk Nakyung, Jinyoung benar-benar memberinya tumpangan sampai ke markas tanpa mengeluh sama sekali. Kesampingkan saja ocehan Guanlin, toh pemuda jangkung itu tidak banyak membantu.

Sepetak ruangan di lantai ke-dua gedung E kembali terisi dengan hadirnya lima remaja, sekaligus suasana tegang yang ikut Guanlin hadirkan kembali dalam forum diskusi The Lost. Baru beberapa hari mereka menyandang status sebagai pelajar tingkat tiga, memang, tetapi kelimanya bagai dilanda rindu tak berujung dalam hal berdiskusi secara serius di bawah nama "The Lost".

Untuk pertama kalinya di tahun ketiga mereka, laptop Guanlin kembali terbuka di atas meja, jurnal kasus kembali tergenggam di tangan Nakyung, pena serta kertas kembali tersedia secara utuh di hadapan mereka. Suasana dingin penuh asumsi kembali muncul. Opini abu-abu kembali menunggu waktunya berbicara.

"Oke lah, kita lanjut aja," Guanlin memulai pembicaraan, "gue lupa sejak kapan teror-teror kecil mulai nyerang laptop gue, tapi apa yang bikin gue berpikir kalo semua percobaan hacking itu berhubungan adalah, laptop gue gak pernah di-hack sebelumnya, setidaknya sebelum laptop ini gue pake buat nyari data macem-macem.

"Dan kenapa gue bilang hacking itu berpola, logikanya kalo perangkat kalian diretas, kalian bakal ningkatin sistem keamanannya, kan?" tanya Guanlin, dijawab anggukan serempak oleh keempat temannya, "Dari situ gue mikir, tikus-tikus kecil itu cuma sekadar umpan buat ngecek seberapa kuat sistem keamanan laptop gue dan siapa pun orang di balik semuanya, it learns by failure, makanya bisa hampir disikat. Tapi gak apa-apa, gue udah konsultasiin masalah ini ke Om Seongwoo dan ngubah banyak hal."

"Lo belom jawab pertanyaan gue yang tadi di UKS. Apa lo tau siapa pelakunya?" tanya Jeno.

"Sebenernya gue masih sedikit denial buat nyebutin nama, karena titik pelakunya itu selalu berubah-ubah. Kebetulan pas itu kita ngomongin Pak Lee, jadi, yah, jujur gue sedikit curiga sama beliau," jawab Guanlin.

"Gue setuju sih, soalnya siapa lagi selain Pak Lee yang tau banyak tentang Guanlin dan kalo bukan beliau, buat apa orang random tiba-tiba cari gara-gara sama Guanlin?" sahut Haechan.

"Tapi kenapa tiba-tiba banget, woy? Kita semua udah putus kontak dari Pak Lee dari lama banget??" timpal Jinyoung.

Di posisinya, pikiran Jeno melayang jauh ke dalam ratusan asumsi serta opini yang pemuda itu miliki. Memusingkan sekali, berusaha mencari-cari benang merah dari semua yang terjadi setahun ke belakang. Tak hanya telah pudar oleh waktu, mencari hubungan atas beberapa kasus yang baru saja terjadi pun sudah sangat membingungkan.

"Gue kepikiran sama Pak Lee. Kalian inget kan obrolan kita beberapa hari yang lalu, tentang kemungkinan ada banyak kejahatan yang 'mulus' karena campur tangan Pak Lee? Dan, beliau juga programmer, jadi kalo beliau bisa nge-hack laptop Guanlin," ujar Jinyoung.

"Tapi buat apa gitu loh Pak Lee masih ngusik Guanlin? Toh bukan karena Guanlin beliau kehilangan pekerjaan, kan? Kalo karena merasa tersaing, gue ketawa sih, toh tahun depan kita berlima lulus," sahut Haechan.

"Barangkali ada sesuatu yang belom beliau dapet, entah apa," gumam Jeno. "Tapi apa pun keinginan beliau, apa hubungannya sama Guanlin? Apa yang bisa beliau dapet dari Guanlin, dari laptopnya juga?"

"Kyung, pinjem jurnal kasus,"

Nakyung mengoper jurnal kasus di genggamannya pada Jinyoung. Pemuda itu tiba-tiba menyambar beberapa batang spidol berbeda warna dari tengah meja dan bangkit begitu saja, berjalan mendekati papan tulis.

"Ngapain?" tanya Jeno.

Jinyoung tidak menjawab. Di papan tulis putih itu, Jinyoung menorehkan spidolnya, menulis kesebelas kasus yang telah mereka kerjakan secara urut, sekaligus keterangan singkat tentangnya. Ia bahkan menuliskan kasus diretasnya laptop Guanlin sebagai kasus ke-dua belas.

ALEGORI: The LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang