1. hari pertama sekolah

4.2K 792 90
                                    

Libur kenaikan kelas telah berakhir, saatnya menyambut masuknya tahun ajaran baru. Lima pelajar yang kini berbaris rapi di ujung kanan barisan upacara itu pun telah sampai di titik terakhir masa putih abu-abu mereka, menyambut datangnya hari-hari sibuk khas pelajar tingkat tiga.

Menurut peraturan, semua organisasi beserta ekstrakurikuler tidak boleh beranggotakan siswa-siswi kelas 12. Secara teknis, ya, The Lost bukanlah sebuah organisasi yang seratus persen dikontrol oleh kepala sekolah, meski mereka mendapat perlakuan yang sama seperti organisasi sekolah. Sekolah tidak punya andil dalam mengatur jam terbang The Lost, semua keputusan murni ada di tangan kelima pelajar tersebut.

Selesai dengan upacara bendera sekaligus upacara penyambutan siswa-siswi baru kelas 10, The Lost kembali berkumpul di markas mereka. Ruangan dan pengunjung yang sama, tetapi dengan suasana yang berbeda.

"Kata Pak Siwon gimana?" tanya Haechan.

"Markas tetep kita pegang sampe lulus. Pak Siwon gak bilang secara langsung kalo kita purna tugas, tapi kita harus membatasi kegiatan," jawab sang pemimpin, Jeno.

"Jelas lah, biar pun nilai kita setahun kemaren gak anjlok, pasti kita gak dibolehin seaktif dulu lagi," sahut Jinyoung.

"Gimana liburan kalian?" Guanlin inisiatif bertanya.

"Liburan???" Haechan tertawa keras, "lo aja kali liburan, gue mah kagak."

Ucapan Haechan dibalas dengan anggukan ketiga anggota lainnya. Liburan, entahlah, apakah bisa disebut liburan karena mereka hanya memiliki beberapa hari tersisa setelah urusan dengan Yena tempo hari. Itu pun masih berkurang karena lagi-lagi Jeno dan Guanlin perlu bolak-balik ke kantor polisi sekaligus agen asuransi untuk mengurus mobil Eric.

Nakyung menyangga kepalanya dengan tangan kanannya. Gadis itu menghela napas, "Gak kerasa, waktu berjalan cepet banget ya. Rasanya masih belom rela gue jadi anak kelas 12, belom pengen sibuk."

"Apalagi gue, sepanjang tahun ngapel ke Bang Moonbin mulu," balas Jeno. "Ibu-ibu catering di kepolisian sampe hafal sama gue."

Guanlin terkekeh, "Dah lah, cocok banget lo jadi penerusnya Bang Moonbin."

"Dih, kagak ya," Jeno menggeleng tegas, "tapi bisa lah dipertimbangkan."

"Kalian ngerasa gak sih, kayak ada sesuatu yang ilang, entah apa," ucap Jinyoung tiba-tiba, membawa keheningan memenuhi markas. Pemuda itu menegakkan punggungnya dan menatap teman-temannya intens, "masih banyak benang kusut yang belom kita benerin."

"Apa sih, A', elah baru masuk sekolah juga," keluh Haechan. "Perasaan lo aja kali."

"Kalian pernah mikir gak sih, dalam setahun kemaren itu bisa-bisanya muncul masalah bertubi-tubi? Maksud gue, ayolah, setahun kemaren kita nyelesaiin kasus banyak banget loh?" lanjut Jinyoung.

"Sebelas," Nakyung menyahut setelah mengecek jurnal kasus mereka, "sepuluh kalo yang Soobin gak diitung."

"Tuh, sepuluh. Anggep aja ada satu kasus per bulan, lo gak ngerasa aneh gitu??" ucap Jinyoung lagi.

Pemuda yang kerap disapa Aa' itu mengambil alih jurnal kasus dari tangan Nakyung dan meneliti lembar demi lembar jurnal tersebut. Mata elangnya bergerak cepat memindai beberapa hal yang menurutnya terasa ganjil.

"Dari sepuluh kasus ini, banyak dari mereka yang saling berhubungan. Gue yakin, salah satu dari kasus ini pasti punya jawaban kenapa ada banyak banget masalah di tahun kemaren," jelas Jinyoung.

"Jujur, gue paling curiga sama Pak Lee sih, apalagi setelah kasus kemaren," Nakyung menjawab, "kenapa Kak Yena bisa kepikiran buat kontak Pak Lee dan kenapa Pak Lee bisa semudah itu masuk ke rencananya Kak Yena, padahal beliau pasti tau namanya bakal keseret."

"Sebentar," Guanlin menginterupsi, "emang Pak Lee ditangkep polisi? Bukannya Kak Yena doang??"

"Anjeng, bener juga," sahut Haechan. "Pak Lee udah ilang gak tau ke mana. Eh, tapi justru karena ilang bisa-bisa Pak Lee 'basah' di bisnis gelap."

"Pak Lee ngebantuin rencana jahat Kak Yena, gak menutup kemungkinan bakal ada kejahatan lain yang 'licin' karena campur tangan beliau," balas Nakyung. "Btw gue gak ngajak kalian nyari Pak Lee ya, yakali buat apa juga."

"Sebenernya kalo mau diurut-urutin mah emang banyak banget yang janggal, tapi biar kita diskusinya gampang, kita bahas kasusnya Kak Yena dulu," Jeno menegakkan punggungnya, "coba kalian inget-inget, Eric sempet nabrak gue, dia bahkan masukin suster palsu ke rumah sakit. Gue yakin Eric punya koneksi."

Jeno mengetuk-ngetuk meja kayu menggunakan jari telunjuknya, "Anehnya tuh di sini; sebenernya Eric bisa aja jalan sendiri ke polisi buat bela kakaknya, tapi buat apa dia pake bawa-bawa kita?"

"Bener juga," Guanlin menepuk dahinya keras, "Eric punya CCTV asli, sebenernya itu doang udah cukup buat jatohin Kak Yena."

Jeno menjentikkan jarinya, "Betul. Pertanyaannya, dari mana dia dapet CCTV itu?"

Atensi seisi markas mendadak memusat pada Haechan. Pemuda itu sontak mengerutkan dahinya, "Ngapain pada ngeliatin gue? Mana gue tau lah, gue kan Haechan."

"Iiih bukan gitu, Chan!" omel Nakyung, "maksudnya, Eric tuh emang bisa hacking atau dia bayar orang buat nyari CCTV-nya."

"Ck, pas itu kan dia udah pernah bilang, dia dapet dari temennyaㅡ" mata Haechan membulat sempurna, "temennya Eric siapa anjir????"

"Ck, pas itu kan dia udah pernah bilang, dia dapet dari temennyaㅡ" mata Haechan membulat sempurna, "temennya Eric siapa anjir????"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

note.
ya mana gue tau lah chan kan lo yang temennya si eric 😭

ALEGORI: The LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang