4. sekelebat penglihatan

2.4K 648 69
                                    

"Hhhhh..."

Petualangan Haechan di lantai dua gedung C mendadak terhenti di depan toilet perempuan. Pemuda itu menghentikan langkahnya, lantas mempertajam pendengarannya. Tidak, bukan suara-suara "aneh" yang ia dengar, tentu saja bukan, tetapi suara helaan napas yang terdengar begitu berat serta isakan. Sepertinya ada yang menangis di toilet.

Di posisinya, Haechan menimbang-nimbang, haruskah ia mengecek ke dalamㅡbarangkali orang di dalam sana butuh bantuan. Namun, hey, ini toilet perempuan! Ia bisa dicap macam-macam kalau ketahuan melangkah ke sana, tetapi di sisi lain, tidak ada orang yang bisa membantunya. Tidak ada orang yang melintas karena bel masuk sudah berbunyi.

"Punten, itu yang di dalem, lo gak apa-apa?"

Haechan akhirnya memilih untuk berteriak dari luar toilet. Ia menambahkan, "Teriak, 'oiiii' kalo lo baik-baik aja!"

Tidak ada jawaban, tetapi suara tadi belum berhenti. Bulu kuduk Haechan mendadak meremang, khawatir suara tadi itu dibuat oleh "teman-teman" Nakyung.

"Duh, merinding pisan, mana gak ada yang lewat pula," monolog Haechan. Pemuda itu enggan berlama-lama di depan toilet, tetapi rasa ingin tahunya seakan memaksanya untuk bertahan sedikit lagi.

"Cuy, asli ini mah, di dalem ada orang, kagak? Masa gue denger suara-suara tapi gak ada orangnya?" tanya Haechan lagi.

Ah, masa bodoh. Firasat Haechan kembali bermain kali ini, meminta empunya untuk mengecek ke dalam. Tak peduli meskipun besok wajah Haechan terpasang di mading sekolah dengan headline macam-macam, ia punya argumen mengapa ia sampai nekat masuk ke toilet perempuan.

"Nakyung??"

Langkah Haechan disambut oleh seorang gadis di deretan wastafel, di depan bilik-bilik toilet. Lee Nakyung, satu-satunya orang di dalam toilet, juga merupakan sumber suara yang tadi Haechan dengar. Gadis itu sedikit membungkukkan badan dengan kedua tangan menyangga di wastafel. Rona wajahnya begitu pucat, terlihat dari balik surai hitamnya yang berantakan.

"Sini, gue gendong belakang. Lo gak boleh kelamaan di sini,"

Haechan pun berjongkok, memberi tumpangan bagi Nakyung di punggungnya. Pemuda itu tahu pasti apa yang terjadi pada Nakyung, sebuah "percobaan" yang selama ini selalu gadis itu lakukan dengan bantuan pemuda itu. Masalahnya, hal itu membuat Nakyung semakin "rentan" terhadap ia yang tidak terlihat.

Semenjak kasus lalu di ruang musik, Nakyung selalu ingin untuk mengetes sejauh mana ia bisa menguasai kemampuannya. Puncaknya ketika ia memaksakan diri "membaca" kisah Blueish, si biola tua milik Soojung. Gadis itu mungkin berhasil membaca Blueish, tetapi bayarannya lebih dari itu. Energi Nakyung pasti terkuras banyak setelah ia "membaca".

"Lo abis 'ngebaca' sesuatu, kan?" tanya Haechan sembari mereka berjalan, "Gak usah dijawab deh."

Ck, dasar Haechan, untuk apa ia bertanya jika tidak mau dijawab?

Pemuda itu melangkah turun melalui tangga di gedung A, di sebelah kelas 11 IPA 5. Nakyung, gadis itu barangkali merasa sedikit "trauma". Alih-alih membawa Nakyung kembali ke kelasnya, Haechan justru membawa Nakyung ke UKS. Gadis itu harus ditenangkan, setidaknya sampai ia benar-benar "sehat" untuk kembali ke kelas.

Di depan UKS, Haechan mengulurkan tangan kanannya, membuka pintu secara perlahan. Melihat kedatangan kedua remaja itu, Bu Ireneㅡpetugas UKSㅡlantas bangkit dari bangkunya dan membantu Haechan menyiapkan ranjang.

"Haechan?? Nakyung kenapa?" tanya Bu Irene.

"Gak tau, Bu, sejenis panic attack," jawab Haechan, lantas membaringkan Nakyung ke salah satu ranjang, dibantu oleh Bu Irene.

ALEGORI: The LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang