1.7: Merah Muda

11 6 5
                                    

Radit

Kak

Toko toko apa yang

Rembulan meletakkan sendok sejajar arah jarum jam lima dengan posisi menelungkup. Tandanya ia sudah selesai makan. Kantin selalu ramai memasuki jam makan siang, beruntung Junior sudah menguasai salah satu meja sehingga Rembulan dan Naya kebagian tempat duduk.

Rembulan

Yang?

Radit

Iya sayang

Tumben manggil sayang :D

"Apa, sih, nyebelin!"

Kontradiktif dengan ucapannya barusan, Rembulan justru tidak bisa menyembunyikan senyum. Tubuhnya berjengit sedikit lantaran sesuatu menekan puncak kepala.

"Siapa yang nyebelin?"

Bukan hanya Rembulan ternyata yang terkejut akan perlakuan Radit, tetapi sepasang kekasih—Junior dan Naya—juga ikut membelalak.

Naya menepis tangan Radit yang masih bercokol di atas ubun-ubun Rembulan. "Minggir, tangan lo kotor!" Ia menggertak.

"Bapak lo kotor."

"Anying, bokap gue bersih!" Naya mengangkat sendoknya tinggi-tinggi hendak memukul Radit, namun Radit lekas bersembunyi di samping tubuh Rembulan. Ia memasang wajah ketakutan yang dramatis.

"Temen kamu jahat banget, masa aku mau digebuk pake sendok bekas dia nyiduk sambel!" adu Radit.

Rembulan terkekeh. "Makanya kamu jangan asal nyeplos."

"Kan, dia duluan yang ngatain tangan aku kotor?!"

"Kamu makanya jangan iseng!"

Radit menyangga kepalanya dengan kedua siku bertumpu di atas meja. "Kalo gak iseng bukan Radit namanya."

"Terus apa?" tanya Rembulan sembari menggeser piring makanannya sedikit lebih ke depan.

"Kebalikan dari Radit, berarti Tidar." Satu pukulan gemas sukses mendarat di pundak. "Loh, emang aku salah?"

Naya dan Junior saling lirik. Merasa aneh dengan atmosfer yang dibangun oleh Naya dan Radit. Rasanya seperti mereka adalah ... nyamuk.

"Dit, lo ngapain, sih, ke sini? Sono main sama geng lo, jangan gangguin Kak Bulan!"

Radit cemberut. Melirik Rembulan yang sedang menikmati minuman dingin berwarna oranye. Ia menyipit. "Kamu jangan-jangan belom cerita ke Naya?"

Rembulan segera duduk tegak. "Cerita ... apa?" Jawabannya membuat Radit menghela napas. "Yaudah, kalo kamu gak mau cerita, biar aku aja. Nay, jadi—" Sebuah tangan membekap sempurna mulut Radit.

"Iya, nanti aku cerita. Kemarin-kemarin belom ketemu Naya," jelas Rembulan. Ia lalu bangkit berdiri. "Aku udah selesai. Yuk, pergi!" Tangan kurus Rembulan mendorong-dorong tubuh Radit supaya cepat menjauh dari meja.

"Dah Naya, dah Juniooooor." Radit melambaikan satu tangan dengan gembira pada keduanya, sedangkan satu tangan lain ditarik Rembulan.

Naya dan Junior kembali bertatapan.

"Mereka ... pacaran?" tanya Junior.

Naya mengangguk. "Kayaknya."

Mengukir senyum simpul, Naya tak habis pikir mengapa si kakak tingkat bisa-bisanya jatuh pada pesona Radit. Namun, dalam hati ia bersyukur.

Berarti udah beneran move on, ya.

Sementara itu, berbeda tiga baris meja, sepasang mata ikutan mengamati gelagat Rembulan dan Radit. Perempuan itu mencondongkan badan ke depan.

Orenda✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang