"Banyak hal yang terjadi di bumi. Tapi tak semuanya bisa dirasakan."
📄📄📄📄
Bab ini masih FULL FLASHBACK, harap di simak, siapa tahu nanti berguna.
Sudah berbulan - bulan semenjak kejadian kebakaran dan keluargaku yang hangus terbakar. Tidak ada satu pun aktivitas yang berubah padaku, kecuali tinggal di rumah Bibi Juliet. Sekolah dan bullying adalah kegiatan rutinku.
Aku menatap cermin besar yang ada di kamarku, meneliti setiap jengkal penampilanku. Tidak ada yang salah, aku cantik. Hanya saja, aku obesitas. Sebagaian besar orang menganggap bahwa perempuan obesitas adalah aib dan harus di sembunyikan. Maka dari itu, beberapa temanku sering kali mengejek, menghina, dan melakukan pukulan fisik karena menganggapku jelek.
Aku menghela napas, hidupku terlalu berati untuk mengasihani nasib, jadi aku harus kuat untuk semuanya.
"Bibi, aku lapar!"
Aku menuruni anak tangga dengan santai, namun ternyata suara turun tangga tetap terdengar nyaring. Mungkin karena bobotku yang besar.
"Baiklah, duduk dan aku akan siapkan," Bibi Juliet berkata sembari membawa nampan berisi roti bakar dengan selai. Terlihat menggoda, namun tidak mengenyangkan.
"Bukankah itu lebih baik jika pasta?" Aku mencoba bernegosiasi. Pasta tidak buruk, itu bisa membuatku kenyang.
Bibi Juliet menggeleng, "Tidak hari ini, Arsya. Ku pikir, kemarin kamu sudah banyak makan."
"Yap! Benar itu, Ibu! Sebaiknya kamu simpan bahan - bahan makanan berat di gudang, agar Aci tahu diri," John menyahut dengan wajah menyebalkan. Laki - laki konyol itu tahu persis cara membuatku marah, "Diam kamu, sialan!"
"Lihat! Dia mengumpat padaku, Ibu!"
Si konyol ini--
"Tidak, Bibi. Aku tidak bermaksud, hanya saja...John membuatku kesal," Aku memasang ekspresi se-sedih mungkin, jangan salahkan aku jika membuat drama, karena aku hanya membela diri.
Sudut mataku berkedut kala melihat raut pongah dari John, dia terlihat kalah di mataku, "Maafkan aku karena berkata kasar, John," Ujarku menambahkan api diantara permusuhan kami.
"Diam kamu, ratu drama!"
"John, Arsya meminta maaf padamu. Kenapa kamu begitu marah?"
"Dia hanya bersandiwara, ibu!" John membela diri, tapi nadanya seperti merengek.
Bibi Juliet memberi John tatapan tajam dan dia berkacak pinggang, "Kamu berani berburuk sangka?! Lihat wajah menyedihkan Arsya itu! Apakah kamu pikir gadis semanis dia bisa bersandiwara?!"
Aku memasang wajah menyedihkan lagi saat Bibi Juliet menunjukku. Hah! Rasakan itu, laki - laki konyol!
"Ibu, tapi--"
"KAMU MASIH MAU MEMBANTAH, JOHN?!"
John mendengkus, "Maaf, Ibu. Maafkan sikapku juga, Aci."
"Minta maaf lah yang tulus sedikit, wajah pongah mu itu terlalu kentara," Sahut Bibi Juliet dengan wajah garang.
Aku menurunkan pandangan, menautkan jari seolah - olah yang paling tersakiti, " Tidak apa - apa, Bibi. Aku baik - baik saja."
"Lihat?! Lihat! Dia bersedih! Oh, ya ampun sayang....jangan bersedih, oke?"
John menghentakkan kakinya, "Aku terlambat bekerja, Ibu. Aku pergi dulu," Lalu dia pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata apapun lagi.
Bibi Juliet melotot, ku pikir matanya hampir keluar karena saking besarnya bola mata. Bibi Juliet menggeleng frustasi, "Anak itu sepertinya ku muntahkan, bukan ku lahirkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsya : The Second Life
FantasyApa...ini? ***** Jika bertransmigrasi ke masa lalu atau masa depan, mungkin aku percaya. Tapi...kenapa harus di dalam buku?! Perkenalkan, namaku adalah Arsya Sherlin, tadinya. Namun, semenjak ku berpindah dimensi hanya karena suatu insiden kecil...