10. Ada Hitam Untuk Putih

541 103 9
                                    

Saat ini adalah pengadilan terbuka. Tapi aku tertegun, ah....itu terlalu berlebihan untuk dikatakan, sih. Tapi...ratu...

"Kamu pikir untuk apa aku ingin menggulingkan anakku sendiri?! Memangnya semua pemerintahan selalu bersih?! Ada harga yang harus dibayar untuk setiap kesenangan kalian!"

Aku menatap ratu dengan sedih, dia sedari tadi terus berteriak. Tapi tatapannya terus menunjukkan bahwa dia kesepian dan menyesal. Penjahat ini...bukanlah penjahat.

Pangeran tampak frustasi, dia memiliki perasaan kuat sebagai seorang anak, tapi dia juga memiliki perasaan seorang pemimpin. "Ashlan! Apakah ada yang ingin kamu sampaikan?"

Ashlan kembali maju kedepan, dia menunduk singkat untuk mmenghormati Pangeran. "Ya, Pangeran."

"Tunjukkan!"

Ashlan membuka kancing bajunya, terlihat luka besar berbentuk 'X' yang memenuhi punggungnya. Semua orang terkejut.

"Luka ini dari suruhan yang mulia ratu, saya memiliki bukti berupa seseorang yang menyelamatkan saya dan orang yang menggoreskan luka ini."

Aku sedikit terkejut, orangnya sudah ketemu? Tapi Ashlan hanya di rumahku saja. Mungkinkah...

"Arsya."

Aku memandang Ashlan saat namaku di sebut. Aku menghampirinya dengan kepala yang tertunduk.

"Ceritakan bagaimana kamu menemukanku."

Aku memulai kisahku yang menyelamatkannya, aku menjelaskan sama seperti yang ada di novel. Aku tidak berniat mengubah apapun, apalagi plot ceritanya. Aku kembali ke tempat semula setelah selesai bercerita dan duduk dengan tenang hingga sang ratu di hukum mati.

Terdengar kejam, tapi aku tidak terkejut sama sekali saat melihat kepala ratu yang terlepas. Bahkan, kalau boleh jujur, kepalanya menggelinding dan berhenti tepat sepuluh langkah dari tempatku duduk.

Seharusnya tidak menggelinding begitu, karena ada pembatasnya. Tapi ternyata kepala itu lompat karena hantaman kapak yang kuat, sehingga dia harus menggelinding seperti bola dengan darah dimana - mana.

Upacara pemenggalan yang di rencanakan, berkedok pengadilan terbuka berjalan begitu singkat. Benar, tidak ada putih yang sempurna, begitupun pemerintahan. Aku menyadarinya saat seseorang yang dikatakan sebagai orang yang hampir membunuh Ashlan dibebaskan dari hukuman mati sebagai imbalan membocorkan rahasia ratu. Belum lagi, dia mendapatkan koin emas yang cukup banyak.

Aku memandang satu - persatu orang yang bersaksi. Mereka diberikan hadiah karena bersaksi di pengadilan terbuka. Sejujurnya bukan hanya mereka, tapi aku juga.

Di dalam novel, telah di jelaskan adegan seperti ini. Tapi hanya secara rinci pada saat giliran Ashlan yang meminta haknya sebagai tangan kanan yang setia.

Kini giliranku, aku berpikir sejenak. "Aku menginginkan lahan kebun dan modal." Kataku dengan lantang. Sebenarnya bisa saja aku menginginkan status sebagai bangsawan. Tapi, aku ingin uang untuk Paman dan Bibiku.

"Permintaan di penuhi."

Aku memandang Pangeran yang menjawabnya dengan mudah, "Terima kasih, Pangeran."

Dia mengangguk dan mempersilahkan aku untuk pergi dan memberi kesempatan pada orang lain untuk memilih permintaannya.

"Hanya itu yang kamu inginkan?"

Aku memandang Ashlan, "Memangnya apa lagi?"

"Aku pikir kamu akan meminta di nikahkan denganku."

Yah, sebenarnya aku juga ingin begitu. Tapi karena cerita ini belum selesai, aku tidak bisa meminta lebih atau ceritanya akan berubah!

"Aku akan meminta itu saat mereka telah mempunyai anak."

Arsya : The Second Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang