Aku memandang Ashlan yang pagi ini telah bangun. Ya, dia ku bangunkan karena perintah Bibi Helena.
Kata Bibi Helena, karena ini sudah hampir dua hari lagi genap dua minggu Ashlan terbaring, jadi luka-nya sudah di pastikan mulai mengering. Jadi, kunyit yang menumpuk bersama kotoran kulit itu harus segera di angkat!
Ashlan kini terduduk di kursi dengan menghadap ke arah sandaran kursi dan memegang kepala kursinya.
"Kenapa harus kamu yang menggosok punggungku?"
Aku mendelik, "Bersyukurlah sedikit. Pamanku sibuk berdagang pagi - pagi buta, Bibiku berkebun dan beternak di tempat orang untuk memberi makanmu. Kenapa kamu terus saja protes?"
"Aku hanya takut kamu tergoda melihatku-- AW!"
Dia berteriak saat ku memukul lukanya dengan kain hangat yang basah, "Jaga bicaramu. Aku tidak tergoda dengan orang sakit - sakitan."
"Ku pikir kamu benar - benar jatuh cinta, ternyata hanya omong kosong."
Aku mengumpat dalam hati, MEMANGNYA ORANG JATUH CINTA HARUS MEMIKIRKAN URUSAN RANJANG?!
"Jaga bicaramu atau rasakan akibatnya."
"Akibat? Memangnya kamu bisa aPAA!! KAU GILA?!" Dia berteriak lagi saat ku menggosokkan kain dengan sedikit kuat. Ya, lukanya agak terbuka lagi sedikit. Hanya sedikit.
"Ku bilang, jaga bicaramu, bodoh!"
"Apa yang salah dengan ucapanku?"
Oh ya ampun, aku mencintai orang terbodoh di negri dongeng. Aku menepuk kepalanya, "Bodoh! Apa kamu ini sejenis manusia bodoh?!"
"A..pa?! Kamu memukul kepalaku? Apakah kamu sejenis manusia algojo?!"
Aku mendengkus, "Kenapa kamu sangat menyebalkan? Sudah ku bilang jaga bicaramu."
"Bagaimana aku bisa menjaga ucapan, kalau kamu sendiri menyebalkan dan tukang memukuli. Apakah kamu tidak tahu bahwa aku ini bisa memenggal kepalamu?"
"Apa katamu? Memenggal kepalaku?! Apakah kamu sejenis makhluk tidak berbalas budi, hah?!"
"Astaga, kenapa kalian bertengkar?"
Aku menatap Bibi Helena yang bola matanya membesar menatapku. "Kenapa kamu cepat kembali, Bibi?" Aku bertanya dengan raut khawatir. Ya, aku khawatir akan di marahi Bibi.
"Aku khawatir kepada Tuan Ashlan," Bibi Helena menghampiri Ashlan, "Sudah, biar aku yang teruskan. Kamu hanya membuat sekarat orang yang sakit."
"Astaga, Bibi. Aku tidak buruk, Ash-- maksudku, Tuan Ashlan yang menyebalkan."
"Apa katamu?!"
Bibi Helena tersenyum canggung, "Sudahla Tuan Ashlan, anak muda memang sangat kurang ajar."
"Ya, setidaknya kamu menyebut Tuan Ashlan sebagai tua bangka secara tidak langsung, Bibi!" Aku berkata dengan nada cepat, lalu segera pergi menjauh.
"ANAK INI--"
"Bibi aku akan kembali sore nanti!"
Aku tertawa keras saat sampai di luar. Perutku sampai terasa keram karena terus - menerus tertawa.
"Heh? Apa kamu baik - baik saja?"
"Oh? HAHAHAHA Itu..." Aku menutup mulutku dan menggeleng, agak malu sebenarnya karena berbeda dengan gadis dongeng yang anggun.
"Kamu baik - baik saja?"
Aku menghela napas panjang saat tawa-ku berhenti, "Tidak apa - apa, hanya ada hal lucu. Kamu mau kemana, Delta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsya : The Second Life
FantasyApa...ini? ***** Jika bertransmigrasi ke masa lalu atau masa depan, mungkin aku percaya. Tapi...kenapa harus di dalam buku?! Perkenalkan, namaku adalah Arsya Sherlin, tadinya. Namun, semenjak ku berpindah dimensi hanya karena suatu insiden kecil...