04. Kesadaran Ashlan

628 126 2
                                    

Mulai dari sini BUKAN PART FLASHBACK!

Setelah hampir seminggu, akhirnya Ashlan membuka matanya. Aku hampir berteriak jika saja tidak ingat bahwa aku harus sedikit menjaga sikap.

Aku buru - buru menyodorkannya segelas air putih, "Silahkan di minum, Tuan," Kataku dengan ramah, membantunya meminum air dengan posisi telungkup. Ya, luka di punggungnya tidak boleh tertutup. Jadi, selama seminggu dia tidak sadar dengan posisi telungkup.

"Siapa kamu?" Dia bertanya lirih seolah tenaganya terkuras selama bertahun - tahun.

"Aku? Hanya orang yang menggantikan Bibi Helena untuk menjagamu."

Dia mengawasi pergerakkanku, "Kamu menolongku?"

"Eum...itu agak sulit di jelaskan, tapi secara singkatnya, iya," Jawabku dengan santai, menyandarkan punggungku pada kursi kayu.

Aku bisa melihat Ashlan mengernyit tidak suka, "Untuk ukuran orang biasa, kamu cukup angkuh."

Aku mendekatkan diri kepada Ashlan, wajah kami cukup dekat, "Angkuh bagaimana?"

"Sikapmu itu, tidak mencerminkan seorang gadis."

Aku mendengkus, "Kalau menurutmu aku angkuh, maka aku tidak akan sudi menyodorkanmu segelas air." 

"Itu tidak membuktikan bahwa kamu tidak angkuh."

"Dan perkataanmu bahwa aku angkuh hanya dari melihat sikapku yang santai, juga tidak bisa di anggap benar, Tuan," Kata terakhir ku tekan dengan intonasi kuat. Biar saja, supaya dia sadar!

Ashlan menggeletukkan giginya, "Kamu gadis yang berani."

"Ya, tentu. Jika tidak begitu, aku tidak bisa bertahan disini."

"Dan gadis yang suka menyahut," Katanya lagi, merujuk pada sikapku yang dianggapnya tidak sopan.

Aku tidak menyahut, lebih memilih meraih mangkuk berisi kunyit halus yang telah di parut. Aku mendekati Ashlan, menatap luka dengan baluran kunyit yang sudah meresap.

"Tahan rasa sakitnya jika kamu memang lelaki."

Setelah mengucapkan kata tersebut, akhirnya aku membalur kunyit halus itu di punggungnya, ringisan sakit terdengar di telingaku, "Ini hanya luka kecil, dasar laki - laki cengeng!" Hardikku pada Ashlan.

"Jika memang begitu, maka rasakan sendiri, gadis!"

Aku tidak menyahut, itu hanya buang - buang waktu. Aku jadi berpikir, apakah seharusnya aku menyukai Ashlan atau tidak. Mengingat, ternyata Ashlan lelaki yang curigaan dan selalu waspada.

"Tetap diam dan jangan coba bangkit. Percuma," Kataku saat melihat Ashlan menggerakkan tubuhnya, mencoba bangkit. "....Dan aku akan pergi sebentar, ingin memanggil Bibi Helena. Sebaiknya kamu menjadi anak baik."

Ashlan tidak menyahut, tapi aku yakin dia sedang mendengarkanku dengan patuh. Jadi, aku memutuskan untuk pergi ke kebun untuk menyusul Bibi Helena dan memberitahunya bahwa Ashlan telah sadar.

Aku mengangkat gaun panjangku sedikit, tidak ingin gaun baru pemberian Bibi Helena terkena tanah basah di kebun.

"Bibi Helena!" Aku melambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum dan bergegas ke arahnya.

Arsya : The Second Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang