[15]

27K 3.2K 367
                                    

cutting!


Terhitung sudah hampir sebulan berlalu semenjak Haechan meninggalkan kehidupannya di Kota kelahirannya, termasuk matenya. Dan selama itu pula Mark Lee merasakan penderitaan yang benar-benar seperti menjeratnya hingga kehidupan alpha itu benar-benar berubah. Lalu bagaimana dengan Haechan? tentu saja omega itu juga mengalami hal yang sama. Tetapi bedanya tidak ada yang mengetahui kondisinya kecuali Mingyu, sepupunya yang selalu siap sedia merawatnya dan tetap menghargai keputusan Haechan setelah mendengar cerita dari omega itu. Walau awalnya Mingyu tidak habis pikir kenapa sepupu kecilnya itu terkesan menyiksa diri dengan mengambil tindakan gegabah seperti ini dan jelas saja dia sangat marah pada Mark. Merasa sangat kasihan mengetahui jalan hidup Haechan begitu sulit dan mendapati mate seperti itu. Tetapi kemudian dia pun mengalah dan memilih bungkam,
tidak ingin ikut campur ke dalam masalah hubungan mereka selagi Haechan tidak mengizinkan.

"Hyuck, kau di dalam?" Mingyu mengetuk pintu kamar omega itu pelan, hendak meminta izin untuk masuk.

"Ya, hyung. Masuk saja" Jawab Haechan kemudian. Mendapat anggukan dari Mingyu walaupun tidak dapat ia lihat. Sepupunya itu membuka pintu perlahan dan masuk ke dalam kamar Haechan. Masih dengan posisi berdiri di depan pintu, ia menampilkan senyum simpul kearah Haechan yang memandangnya dari atas ranjang, kemudian menunjukan sesuatu yang ia sembunyikan dari balik punggungnya sedari tadi.

"Ingin minum bersama?" Tawarnya, mendapat kekehan ringan dari omega di seberang sana.

"Tentu"

Haechan hampir menghabiskan kaleng kedua beernya untuk malam ini. Omega itu memang memiliki toleransi alkohol yang cukup baik sehingga dengan hanya dua kaleng beer saja yang kandungan alkoholnya tidak seberapa juga belum mampu membuatnya merasa mabuk. Ia dan Mingyu sedang duduk di gazebo dekat kolam kecil rumah mereka. Rumah ini memang cukup sederhana karena letaknya juga jauh dari hiruk piruk kehidupan Kota. Benar-benar menenangkan, pikir Haechan. Ia sempat heran kenapa dulu sepupunya memutuskan untuk hidup sendiri di tempat seperti ini dan meninggalkan segala gelimangan harta yang dilimpahkan orang tuanya sama seperti dirinya. Namun, sekarang ia cukup paham, ternyata memang benar yang dibutuhkan disini hanya ketenangan dan tempat ini memang sangat cocok untuk itu.

"Hyuck... paman dan bibi tidak mencarimu?" Pertanyaan tiba-tiba dari Mingyu setelah mereka terdiam cukup lama mampu merenggut atensi Haechan. Ia menoleh sekilas pada alpha disampinya kemudian terkekeh pelan.

"Menanyakan kabarku saja mereka tidak. Yahh.. hanya menelpon untuk menanyakan apakah uangku sudah habis atau belum, atau apakah aku membutuhkan uang tambahan. Selalu seperti itu, keadaan dompetku lebih penting rupanya, berpikir seolah kebahagiaan hanya seputar uang-uang itu saja. Cih" jawabnya acuh masih disertai kekehan samar di bibirnya. Ingin tertawa dengan tingkah kedua orang tuanya yang bahkan tidak terlihat peduli dengan segala kondisi yang dialaminya, tentang beratnya cerita yang coba ia lewatkan dan tentang betapa berat hidupnya selama ini.

"Hahaha ya, aku mengerti. Keluarga kita memang workaholic, kan? aku juga sudah muak dengan keadaan seperti itu, makanya memilih untuk lari kesini. Yahh setidaknya aku mendapatkan ketenangan"

"Kau benar..."

Mingyu tersenyum, memandang kearah Haechan disampingnya kemudian lanjut bertanya "Lalu bagaimana tentang teman-temanmu, apakah kau tidak merindukan mereka?"

"Bohong jika aku bilang tidak. Tapi aku belum ada niat untuk kembali" ujarnya dengan helaan nafas di akhir. Menyesap kembali kaleng beernya hingga tandas kemudian meletakkan sampah itu di sampingnya. Hendak meraih kaleng ketiga untuk ia buka lagi sebelum Mingyu kembali bersuara "Tapi Hyuck, kurasa kau memang harus kembali"

Oh, Mate ! [ Markhyuck ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang