3. Datang dari masa depan juga suatu kemampuan

39.5K 5.3K 93
                                    

Alice menatap wajahnya di cermin. Saat ini ia sedang di dandani oleh para pelayannya.

Setelah sibuk seharian, semalam ia hanya bisa tidur sebentar. Oleh karena itu kantung matanya membengkak di pagi hari.

"Jangan lupa pakaikan krim mata padaku" Alice berkata.

Tetapi para pelayang justru bingung. "Krim mata... apa duchess?" Tanya Paula.

"Tentu saja krim mata yang-" Alice berhenti bicara dan teringat sesuatu. Ini masa lalu, belum ada obat dan alat perawatan seperti di masa depan. Hal hal seperti itu mungkin baru akan muncul sekitar 2 tahunan lagi.

Alice menghela napas. "Tidak, aku salah bicara, jangan dipikirkan. Biarkan rambutku terurai saja" dia berdiri dari meja riasnya dan meminta baret fishnet dari pelayannya.

Karena kebiasaannya dulu saat menjadi permaisuri, ia selalu tampil sempurna tanpa celah. Oleh karena itu, bahkan jika ada sedikit saja kantung matanya membengkak, ia akan berusaha mati matian menutupinya.

"Paula, ayo pergi" ajak Alice.

Di sepanjang perjalanan dengan kereta, Alice terus menyentuh wajahnya. Dia merasa agak canggung sebab tidak memakai riasan ataupun melakukan perawatan wajah.

Tentu saja, karena saat ini ia masih remaja, jelas Alice tak ingin berdandan tebal layaknya orang dewasa. Tetapi dia benar benar merasa harus melakukan perawatan wajah rutinnya.

Bagaimana caranya mendapatkan barang barang masa depan itu?

Alice berfikir sejenak ketika kereta berhenti di alun alun ibukota.

"Duchess, kita sudah sampai" Paula turun lebih dulu dari kereta dan menyodorkan tangannya.

Alice akhirnya berhenti berfikir dan turun juga dari kereta. Ia menoleh pada supir keretanya. "Tunggu disini, kami akan segera kembali"

Supir itu mengangguk. "Baik Duchess"

Alice memimpin jalan. Dia dan Paula berkeliling di alun alun, memasuki setiap toko yang menjual apa yang mereka perlukan.

Mulai dari toko roti, toko furnitur, toko lukisan dan patung, ataupun toko baju.

Namun ketika Alice sampai di toko baju, ia agak merinding.

Dewa menyuruhnya memakai pakaian seperti ini?

Fashion sepuluh tahun kedepan sudah akan membuang baju baju norak seperti ini.

"Paula, pilihkan beberapa baju untuk pelayan setia kita. Aku ingin memberikan hadiah" kata Alice.

"Apakah Duchess tidak ingin membeli juga?"

Alice tersenyum. "Aku ingin mencoba membuat bajuku sendiri nanti"

Paula termenung mendengar keinginan nona mudanya itu. Buat... sendiri?

Sungguh, berubah dari gadis berperilaku kekanak kanakan dan manja menjadi wanita elegan yang sopan saja sudah mengejutkan Paula sampai ingin mati.

Dan sekarang apa kata nonanya? Buat baju sendiri? Apakah ini pertanda bahwa ia ingin memecat kami semua dan hidup mandiri?

Paula merinding dan melirik gaun yang sedang ia pegang. Tersadar, ia segera melemparnya dan meraih kaki Alice.

"Duchess, kumohon. Kami akan melakukan apapun untuk anda, anda jangan memecat kami dan meninggalkan sehelai kain sebagai tanda perpisahan seperti ini" Paula memohon, hampir menangis.

Alice terkejut dan spontan menarik kakinya menjauh. Ini mungkin Alice sendiri tidak menyadarinya, bahwa sejak kebangkitannya, ia paling takut disentuh terlalu banyak.

I'm the Villainess, So What? [S1 End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang