34. Maaf, aku atheis.

15.2K 2.5K 701
                                    

Warn! Chap ini diisi ketenangan dan ketentraman! (ɷ ꒪ཀ꒪)ɷ

Catatan Ar :
"Meski manusia cenderung egois, mereka tau apa yang harus tetap dipertahankan dan apa yang harus rela dilepaskan"

-Aleiarr, 1 April 2021

"Yang mulia putra mahkota, Sky ra Vagras, memasuki aula istana" suara penjaga terdengar dan pintu besar aula istana langsung terbuka.

Sky memasuki aula dengan Altedor mengikutinya di belakang. Sky terlihat tampan dengan seragam resminya yang didominasi warna putih dan emas.

Tapi wajahnya lebih dingin dari embun pagi yang menusuk kulit. Mata ungunya yang tajam mengabaikan setiap manusia yang dilewatinya, menolak untuk menaruh perhatian bahkan jika hanya untuk melirik.

"Saya memberi hormat kepada Yang mulia kaisar, semoga sang matahari Vagras selalu bersinar dan dijunjung tinggi" Sky menyilangkan tangannya didepan dada kemudian menunduk menghadap kaisar yang sedang duduk di singgasananya.

"Putra mahkota, akhirnya kau datang" kata kaisar Rolan sambil menghela nafas. Jujur saja, dia sangat sakit kepala karena ketidakhadiran putranya itu di tengah permasalahan ini.

"Ya, Yang mulia. Maafkan saya karena harus membuat anda menunggu" Sky harus mendongak untuk melihat ayahnya yang duduk di podium yang lebih tinggi.

"Tak apa, duduklah" kaisar Rolan memerintahkan.

Sky mengangguk. Dia melirik kearah ibu dan adiknya yang juga duduk di sebelah ayahnya sebelum menaiki tangga menuju podium dimana kursinya berada.

Dia duduk diantara Luna dan kaisar Rolan, sementara Altedor berdiri di belakang kursinya.

Setelah itu barulah Sky bisa melihat keadaan aula saat ini.

Orang orang di barisan depan bermayoritas berpakaian putih. Mereka jelas adalah para pendeta dari kuil suci.

Sedangkan para bangsawan hanya memperhatikan dari belakang sambil bergunjing. Jelas, mereka datang untuk meramaikan masalah dan membuat gosip.

Sky memicingkan matanya karena kesal.

Dia datang terburu buru kesini dan membuang kesempatan berharganya untuk bersama Alice, hanya untuk mengurus masalah para burung yang berkicau didalam sangkar.

Ini menyebalkan, batinnya.

Sementara itu, diluar sudut pandang Sky, Lilith mengepalkan tangannya diam diam dibalik lengan bajunya yang panjang.

Sejak awal masuk hingga pria itu duduk, Sky sama sekali tak menghiraukan dirinya. Dia bahkan tak meliriknya sama sekali.

Bukankah dia adalah orang penting sekarang?

Bukankah harusnya Sky memperhatikannya sekarang?

Lalu kenapa? Kenapa pria itu menolak untuk menaruh perhatian padanya?!
[You know what, bitch? That's bcs you are sooo bitch!(^_^)/]

Lilith menoleh kearah pendeta agung dengan matanya yang berair.

"Pendeta agung, sudah kubilang, mimpi itu pasti bukan pesan dari dewa. Saya baru saja menerima berkah darinya, tidak mungkin dewa langsung memberikan saya tugas" ujar Lilith lesu.

Pendeta agung menatap Lilith dengan mata penuh tekad.

"Tidak, saintess yang mulia. Ini merupakan pesan dari dewa. Dewa memberitahu anda kalau tugas anda adalah melayani kekaisaran ini dengan menjadi ibu dari rakyat Vagras. Jika Yang mulia Sky akan menjadi matahari kekaisaran, maka hanya anda yang pantas menjadi bulan untuk kekaisaran" ujar pendeta agung.

I'm the Villainess, So What? [S1 End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang