Fade mendesah lega setelah melihat Kuroka yang telah menghabisi musuhnya. Dia agak merasa terkejut karena orang yang mengenalkan dirinya sebagai iblis keluarga Naberius itu sangat lemah dan hanya butuh satu tebasan dari Kuroka untuk membunuhnya.
Fade kemudian berdiri dan tiba-tiba merasakan tangannya terasa sedikit basah. Lalu saat melihatnya, dia menemukan gelang yang dia pakai mengeluarkan tetesan air bening, mengenai lengannya.
Ini membuat Fade sedikit bingung. Apakah ada serpihan es yang menempel di gelang?
Namun dia tidak terlalu memikirkannya dan pergi menuju Kuroka.
Kuroka mengangkat kepalanya dan membersihkan darah yang menempel di jari-jari tangannya. Dia menoleh kebelakang dan melihat Fade yang baik-baik saja, lalu menghela nafas lega.
Dia penasaran bagaimana Fade masih bisa memasang wajah tenang saat melirik kepala manusia yang baru saja terpotong. Kuroka hanya melhat sedikit rasa jijik pada diri Fade dan tak ada rasa takut, yang membuatnya tambah bingung.
Dia melihat Fade berhenti didepannya dan menatapnya.
"Apakah kau baik-baik saja, Kuroka?" (Fade)
"Tidak perlu menanyakan hal yang sudah jelas. Tentu saja aku baik-baik -nya." (Kuroka)
Kuroka menyeringai khas kucing dan menaruh kedua tangannya di pinggangnya, membuat pose sombong.
Fade tersenyum.
"ini membuatku lega. Kalau gitu ayo cepat pergi." (Fade)
Fade mengangkat kedua tangannya dan bersiap-siap untuk digendong oleh Kuroka. Dalam hatinya, dia merasa sedikit menyesal dan melirik pistol yang masih dipegang oleh mayat pria berambut merah itu. Dia ingin sekali mengambilnya sebagai alat perlindungan diri namun dia menarik kembali keputusan itu karena merasa harga dirinya akan turun jika mengambil sebuah senjata dari seorang mayat yang mati setelah berduel.
Selain itu, musuh pasti telah mendekat ke lokasinya. Jadi Fade memutuskan untuk tidak membuang waktu.
Kuroka mengangguk dan mengulurkan kedua tangannya untuk mengambil Fade—namun pada saat itu, tiba-tiba indranya merasakan bahaya melesat dengan cepat kearah keduanya.
Tidak, lebih tepatnya itu mengarah ke Fade!
Dia langsung melesat ke Fade dan mendorong dirinya.
"Awas Fade -nya!" (Kuroka)
"–Eh?" (Fade)
Fade terkejut. Otaknya langsung berpikir dengan cepat. Alasan Kuroka mendorongnya seperti ini pasti karena merasakan bahaya dan dia hampir bisa menebak bagaimana yang terjadi selanjutnya.
Klise seperti ini sudah sering dipasang dalam anime dan Fade tidak ingin mengalami klise ini padanya. Dia mengulurkan tangannya dan dengan cepat menarik tangan Kuroka saat dia masih berada di udara.
Namun karena tubuhnya masih anak-anak, ditambah dengan berat Kuroka yang tidak bisa Fade ukur, dia tidak bisa menarik Kuroka terlalu jauh.
BANG!
Sebuah ledakan terjadi, tepat mengenai salah satu kaki Kuroka.
Kuroka menggertakkan gigi kesakitan dan jatuh di pelukan Fade. Kaki kanannya terasa hancur dan rasa dingin melebur kesana.
Terlihat, saat uap dingin yang datang dari sana menyebar, sebuah kristal es yang menghancurkan betis kanan Kuroka menampakann dirinya. Tulang yang hancur terlihat dari sana dan banyak darah merah mengalir dari daging.
Kepala Fade terasa sangat pusing namun dia tetap berusaha mengangkat kepalanya dengan cepat dan menatap Kuroka dengan kekhawatiran penuh.
"–Kuroka! Apakah kau baik-baik saja!?" (Fade)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fade: Exploring the Multiverse
FanfictionAku telah bertemu seorang dewi. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Dewi Reinkarnasi -Ryca. Tanpa pemberitahuan apapun, dia memberiku sebuah kekuatan untuk mengejek realitas dan logika - kekuatan imajinasi. Aku, Fade, dilemparkan ke alam semesta High...