'Naberius? Peneliti dari Underworld? Dari wajahnya aku tidak tahu apakah dia memiliki dendam atau tidak kepada Kuroka. Merepotkan.' Fade turun dari gendongan Kuroka dengan hati-hati dan mundur kebelakang. 'Aku bisa meramalkan pertempuran akan terjadi di sini. Agak sedih memang, tetapi aku hanya akan menjadi beban bagi Kuroka saat ini. Lebih baik mundur dulu dan amati situasi.'
Kuroka lega ketika Fade mundur. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke pria berambut merah yang ada di depannya dan membuat senyum yang terlihat santai.
"Maaf saja tapi aku tidak mengenalmu -nya."
"Aku tak keberatan. Lagipula aku sudah menduga kau akan mengatakan itu." Xie Naberius menjawab dan melangkahkan kakinya, matanya menatap lurus kedepan. "Namun, apakah kau tidak ingat, bocah yang kau abaikan saat kau membunuh ayahku?"
Kuroka tetap diam dan tidak menjawab. Dalam hati dia sedikit mengerenyit. Sebenarnya saat dia dalam kondisi mengamuk waktu itu, dia tidak bisa mengingat banyak hal. Jika pria di depannya ini adalah anggota Naberius beneran, maka kemungkinan besar bahwa dirinya pernah membunuh ayah pria di depannya ini adalah kenyataan.
Meskipun itu mungkin kenangan indah karena bisa menyelamatkan adiknya dari para bajingan, dia tetap tidak nyaman jika dirinya menghancurkan keluarga orang lain. Namun, Kuroka juga tidak menyesal, karena dia membunuh bajingan yang pantas.
"Apakah itu tetap tidak menyembunyikan lonceng di kepalamu? Padahal itu adalah yang kenangan indah."
Xie membuang sniper di tangannya. Langkah kakinya berhenti beberapa meter dari Kuroka. Tangannya mengambil pistol yang ada dia simpan dan mengarahkan moncongnya ke Kuroka.
"Kalau begitu bagaimana jika aku memanggilmu begini, Onee-san?"
BANG!
Kuroka membelalakan matanya.
Dia akhirnya ingat. Dia akhirnya ingat apa yang dikatakan pria di depannya ini.
Ketika dia mengamuk untuk menyelamatkan adiknya saat itu, dia menemukan bocah dalam sebuah ruangan.
Bocah yang menyedihkan. Tubuh yang penuh luka. Rantai mengikat lehernya seperti peliharaan. Rambutnya yang dilumuri warna merah seperti telah dicuci menggunakan darahnya sendiri.
"Onee-san?"
Kuroka ingat yang dikatakan anak itu saat dia membunuh pria yang ingin meneliti adiknya didepan mata anak itu sendiri.
Diawali dengan kejutan, kemudian kebingungan dan kebingungan.
Rasanya, seperti anak itu tidak tahu apakah dia harus bahagia atau sedih saat melihat ayahnya terbunuh.
Kuroka menggertakkan giginya. Dia menggunakan Senjutsu untuk memperkuat tubuhnya dan mengambil keseimbangan lagi.
Menekuk lututnya, sebuah cakar muncul di jari-jarinya dan dia melesat menuju Xie Naberius sambil menghindari peluru yang terbang dengan cepat.
Dia mengangkat cakarnya.
"Seharusnya aku membunuhmu saat itu -nya."
Darah berhamburan.
Kepala dari seorang pria berambut merah dengan mata hitam kosong melayang.
Dan, ekspresinya tetap tidak berubah.
---
Angin sepoi-sepoi berhembus meniup rambut cokelat pendek seorang gadis yang duduk di salah satu bangku yang ada di kota Kuoh.
Pandangannya terus menatap kedepan namun pada saat yang sama juga tidak fokus dan agak goyah. Rasanya dia dilanda oleh sesuatu yang tidak dia mengerti dan mencoba untuk mengerti namun kesusahan.
Dia menggunakan kedua tangannya untuk menopang dagunya dan terus dalam keadaan seperti itu.
Terus terang, dia adalah Hyodo Isa.
Memang benar, sekarang dia telah dilanda oleh sesuatu yang tidak dia mengerti. Dan itu berhubungan dengan teman dekatnya, Shido Irina.
Sebenarnya, Isa baru menyadari bahwa dia memiliki sebuah perasaan "aneh" terhadap teman dekatnya ini. Saat melihat Shido Irina dari kejauhan, dia merasa harus mendekat dengannya; saat Shido Irina tersenyum padanya, Isa merasa hatinya berdegup kencang; saat berdekatan dengan Shido Irina, dia ingin sekali membelai tubuhnya.
Hyodo Isa, tidak mengerti perasaan "aneh" yang dia rasakan dalam hatinya ini. Namun itu tidak berhenti di sini saja. Setelah Isa menyadari bahwa Irina telah mencium dirinya diam-diam saat dirinya tidur, perasaan "aneh" yang dia rasakan itu semakin meluap.
Tidak hanya pada Shido Irina saja. Meskipun tidak terlalu kuat, saat dia melihat gadis-gadis cantik lain, perasaan "aneh" muncul lagi dalam dirinya.
Saat dia mencoba berkonsultasi kepada Ibunya, dia malah hanya tersenyum dan mengatakan "ara ara".
Isa mendesah. Dirinya yang sebenarnya hanyalah seorang gadis kecil, mulai terlihat seperti orang tua saat dia memandang langit biru yang luas.
"........Apa yang sebenarnya terjadi padaku...."
"Punya masalah tentang sesuatu, gadis kecil?"
"-!?"
Isa terkejut ketika suara memanggilnya. Dia kemudian menoleh kebelakang untuk melihat seorang pria berambut putih dengan penutup mata mendekat kearahnya lalu melompat dan duduk dibangku tepat disampingnya.
Matanya yang dari balik penutup mata menatap Isa.
"Panggil saja aku sebagai "The Traveler". Gadis kecil, siapa namamu?"
"...." Isa mundur sedikit dan agak ragu apakah dia harus mengatakannya. Orang tuanya mengatakan kalau dia tidak boleh berinteraksi dengan orang aneh dan kakak lekaki disampingnya ini sangat cocok untuk deskripsi orang aneh. Jadi dia agak ragu.
Namun kata-kata selanjutnya dari kakak lelaki itu membuat Isa tertarik.
"Kau tidak ingin menjawab? Kalau gitu bagaimana kalau aku menebaknya. Apakah kau punya masalah tentang perempuan?"
"-!? Kenapa bisa tau?"
Kakak lelaki yang memperkenalkan dirinya sebagai "The Traveler" tersenyum.
"Dari wajahmu saja semua orang tahu kalau kau punya masalah dengan perempuan."
Isa tanpa sadar menyentuh wajahnya sendiri dengan ragu setelah mendengar katanya.
The Traveler tertawa.
"Jangan selalu mengungkapkan apa yang kau pikirkan dari wajahmu, gadis kecil. Itu membuatmu mudah ditebak." The Traveler kemudian mengeluarkan sebuah buku dari setelan hitamnya dan menyerahkannya. "Ini, aku akan memberikannya padamu. Maaf karena membuat perkenalan aneh dalam hidupmu. Kalau gitu, sampai jumpa lagi, gadis kecil."
Isa merasakan kepalanya di tepuk dengan lembut yang membuatnya nyaman sejenak dan melihat kakak lelaki itu berdiri, lalu berjalan menjauh sampai siluet punggungnya tidak terlihat lagi.
"???"
Isa memiringkannya. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? Dia melihat buku yang diberikan kakak lelaki itu dan membaca judulnya.
"Citrus (Yuri)."
---
-London; Inggris; di dalam sebuah gedung.
"Jangan melawan, jangan bergerak, jangan menyerang; mengeluarkan sihir juga dilarang. Bom telah kupasang di seluruh tubuh suamimu, Vedea Orienette. Jika kau tidak ingin keluargamu berakhir, maka tetaplah tenang sampai misiku selesai."
Seorang pria berambut perah dengan mata hitam kosong dengan santai berbicara saat dia mengarahkan pistol kepada pria berambut hitam yang pingsan dibawahnya.
"-Apa tujuanmu!?" Vedea berteriak dengan tidak tenang dan menggertakkan gigi untuk menahan amarahnya. Dia juga tetap mematuhi perintah pria berambut merah di depannya dan tidak menggerakkan jarinya sedikitpun setelah menerobos gedung ini.
"Tidak ada yang istimewa," pria berambut merah itu menjawab dan tetap tanpa ekspresi. "Hanya ingin membunuh kucing hitam yang kau asuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fade: Exploring the Multiverse
ФанфикAku telah bertemu seorang dewi. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Dewi Reinkarnasi -Ryca. Tanpa pemberitahuan apapun, dia memberiku sebuah kekuatan untuk mengejek realitas dan logika - kekuatan imajinasi. Aku, Fade, dilemparkan ke alam semesta High...