Bab 4: Kuroka?

2.2K 242 66
                                    

Oke, ini aku, Fade yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Aku bangkit dari kursiku sendiri dan merapikan tas saat pelajaran telah selesai. Meskipun pelajaran dari sekolah dasar tidak memberiku banyak kegunaan, aku masih manusia biasa disini dan harus mematuhi aturan. Apalagi dengan ibuku yang telah membayar uang untuk sekolahku, aku menjadi merasa tidak tega untuk membolos begitu saja.

Aku keluar dari halaman sekolah dan melihat banyak anak seumuranku juga pulang. Aku tidak lupa untuk menangkap siluet anak berambut cokelat dan memutuskan untuk pulang juga.

Rumahku dekat, tidak perlu menggunakan kendaraan untuk bolak-balik.

"Nya~"

Suara kucing mengeong terdengar dari sampingku dan aku melihat kucing berbulu hitam disana. Bagus, meskipun baru kenalan, kau dengan setia menungguku ya.

Dia adalah Kuroka.

Aku berjongkok dan tersenyum lembut saat membelai bulunya. Aku tidak ingin dicakar, jadi menghindari area perutnya.

Meskipun aku penasaran apakah jumlah payudaranya akan sama seperti bentuk kucingnya saat dia bertransformasi menjadi bentuk humanoid, aku tidak akan serendah itu untuk melewati batas. Tidak akan pernah.

Aku mendongak dan melihat matahari yang masih dengan santainya berada diatas langit. Aku masih sekolah dasar, jadi pulang sebelum sore itu wajar.

Aku membawa Kuroka di pundakku dan pergi ke komplek perumahan yang saat ini sepi.

Aku melihat sekeliling dan sedikit bingung. Kemana kardus yang kusiapkan tadi pagi? Apakah seseorang membuangnya?

"Nya?"

Kuroka mengeong lagi saat melihatku terhenti. Dari nadanya saja aku tahu dia sedang menyuarakan kebingungannya.

"Aku sedang mencari rumahmu, Kuroka." Aku menjawabnya.

Oh benar, kemarin, setelah memutuskan untuk mengadopsi Kuroka, ibuku memanggil Kuroka ini sebagai Kuroka juga.

Meskipun aku tidak tahu apakah ibuku menggunakan faktor keberuntungan atau tidak saat dia memberi nama kepada kucing hitam ini karena itu sama persis seperti nama aslinya; Kuroka.

"Nya?"

Kuroka menyuarakan kebingungannya lagi.

Apakah aku perlu mengambil kardus lagi? Aku menyentuh daguku dan berpikir.

Namun, saat aku ingin memutuskan, tiba-tiba aku merasakan seseorang mengetuk pundakku yang satunya lagi.

"Nak, apakah kau butuh kardus bekas yang tidak digunakan?"

Suara magnetis datang dari belakangku dan aku tidak bisa menahan untuk tidak menoleh kebelakang.

Aku mengangkat alisku saat melihat penampilan seseorang yang memanggilku.

Itu adalah seorang pria. Tidak, mungkin kurang cocok jika disebut pria karena usianya yang masih muda.

Wajahnya tampan, dia mengenakan pakaian setelan hitam pajang, rambut putihnya yang memiliki model disisir keatas tetap rapi saat mempertahankannya menggunakan penutup mata hitam yang dipakainya.

Aku melihatnya dari keatas dan kebawah lagi dan tiba-tiba lelaki ini memberikanku perasaan yang sangat akrab denganku. Aku merasa aku tahu siapa lelaki ini tetapi saat itu sampai di ujung lidahku, aku tidak bisa mengucapkannya.

Tetapi, entah bagaimana, aku merasakan kalau aku dan dia itu bisa akrab.

Lelaki ini tersenyum dan gigi putihnya bersinar dibawah matahari saat dia membawa sekotak kardus kosong di salah satu tangannya.

Fade: Exploring the Multiverse Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang