Chapter 4

4 2 0
                                    

Kosakata Bahasa France :

1. Mademoiselle : Nona
2. Manquer : Mbak

~¤~

Bandung, 29 Desember 2020.

"Bagaimana sekarang perasaanmu? apakah masih ada rasa bosan, setelah kau membunuh remaja laki-laki lagi? apakah sekarang kau mau aku mencarikanmu remaja laki-laki lagi? "

Irene menatap kesal pada Edith yang tengah membuang kantung keresek hitam besar yang berisikan potongan-potongan tubuh Adict pada saluran air utama kota Paris. Edith hanya menyeringai pelan sambil menepuk kedua tangannya lalu berlari kecil ke arah Irene di dekat tangga sana.

Edith menepuk bahu Irene pelan, "Jika kau mau, ya, boleh saja. Ahaha, " dia menaiki tangga besi bercat hitam itu dengan tawa kecil yang masih terdengar menggema. "Tapi, sekarang aku sudah tak merasa bosan. Jadi kau bebas mau melakukan apapun sesukamu, " sambungnya lalu menjauh dan menghilang.

Irene hanya geleng-geleng kepala, dalam hatinya ia terus menerus merapalkan do'a supaya perbuatan Edith dan dirinya tak tercium oleh pihak kepolisian. Beberapa menit berlalu tapi Irene masih terdiam di dalam saluran air utama kota Paris, suara derasnya air dipadukan dengan suara tikus yang bercicit terdengar seperti konser kecil, dia tersenyum simpul lalu mulai menaikan kakinya pada besi tangga dan naik ke permukaan.

Irene menutup pintu bundar rahasia menuju saluran air utama kota Paris perlahan, dia menatap Edith yang sedang memainkan ponselnya dengan punggung yang bersandar pada dinding apartemen. Edith berdecak beberapa kali, matanya menyorot tak suka pada Irene yang baru saja naik dan sedang membenarkan posisi pakaiannya agar terlihat rapi kembali.

"Kenapa kau lama sekali? " tanya Edith dengan pandangan mata yang tak lepas dari layar ponsel yang masih menyala. "Aku sudah lama menunggu! " ketusnya lalu pergi begitu saja meninggalkan Irene yang masih tak mengerti apa-apa.


~¤~

Semakin malam maka keramaian akan semakin terlihat. Trotoar kota seakan-akan menjadi anak sungai para manusia, di tambah lagi dengan suasana khas kota Paris yang menyejuk kan membuat para penduduk atau pelancong banyak menghabiskan waktu malamnya dengan berdiam diri di dalam bar atau kafe. Seperti yang di lakukan Edith sekarang, berdiam diri di sebuah kafe dengan segelas kecil wine di depannya.

Dia tersenyum simpul menatap lalu lalang orang di depannya tanpa menoleh ke arah manapun. Sudah 2 gelas kecil wine telah ia tenggak habis dan kini adalah gelas ketiga, Edith ingin malam ini ia mengadakan acara di sebuah bar bersama Irene tapi dia menolak karena alasan takut keluar malam.

"Aku rasa, malam ini aku akan berbelanja beberapa barang! " sebuah ide terbesit, sudah dari beberapa hari kemarin ia akan membeli beberapa barang di apartemen karena barang yang lama sudah mulai tak berfungsi dengan baik.

Edith merubah posisi tubuhnya, kini pandangan matanya dapat melihat luas deretan bangunan putih khas design eropa. "Sepertinya, aku berbelanja gaun dan... " Edith tersenyum senang. "...Pisau! " gumamnya lalu berlari kecil menuju kasir dan keluar dari kafe.

Gadis berambut sebahu dengan baret merah pada puncak kepalanya berjalan dengan semangat di atas panjangnya trotoar kota yang padat oleh para pejalan kaki. Di hadapannya kini banyak sekali butik dari berbagai merek terkenal, kafe dan restoran mewah terjajar rapi di kanan sana. Edith menatap gedung-gedung itu dengan tatapan bersinar, karena ini adalah kesempatan yang sangat jarang ia dapatkan, karena jika ia ingin keluar dari apartemen ia harus mendapat izin dari Irene terlebih dahulu, katanya takut bahwa pembunuhan yang di lakukan Edith itu akan tercium oleh pihak kepolisian kota.

Langkah kakinya terhenti di sebuah butik lumayan besar, butik itu bernama Adicts Fashion. Ia berjalan masuk dan langsung di sambut halus oleh para pelayan butik yang berjaga di area dekat pintu.

Para pelayan berwajah khas orang-orang eropa itu tersenyum simpul dengan tangan yang tersimpan di depan dada dan berseragam serupa. "Selamat datang, Mademoiselle. Ada yang bisa kami bantu? " ucap salah satu pelayan lalu berjalan mendekati Edith dan berdiri di sebelahnya.

Edith tersenyum ringan lalu berjalan menuju lemari-lemari kaca besar yang tersender pada dinding butik, dia membuka pintu lemari kaca yang berisikan gaun berwarna peach dengan rok selutut yang terlihat sangat indah. "Aku, ambil yang ini saja ya, manquer. " Edith kembali berjalan karena sudah melihat anggukan kecil dari pelayan itu.

Sekarang langkah kakinya terhenti di sebuah rak penuh sepatu beragam jenis, ada pumps, stiletto, kitten Heels, ankle boots, wedges, cone heels, gladiator sandal, sling Back Heels dan masih banyak lagi, tidak mungkin bisa di sebutkan semuanya. Matanya terpejam sejenak lalu menatap ke arah sepatu yang tengah ia kenakan, flate shoes.

Ting!

Saat Edith mulai menatap jejeran sepatu yang ingin ia pilih, ponselnya berbunyi keras membuat aktifitasnya terganggu. Edith menggapai ponselnya lalu melihat siapa yang mengganggu aktifitasnya, Irene.

Jacquelin Irene : Edith, cepatlah pulang. Aku takut sendirian!

Pesan dari Irene membuat Edith terkekeh pelan, jari tangannya dengan cepat langsung menari di atas keyboard layar ponsel.

Edith Adeline : Kau sudah besar!

Edith Adeline : Kau ingat aku selalu diam sendirian di dalam apartemen dan aku tak merasa takut, dasar penakut!

Edith menyembunyikan ponselnya ke dalam kantung saku pada celana jeans yang ia kenakan, ia kembali berjalan dan matanya menangkap sepasang flate shoes berwarna peach dengan pita kecil di atasnya, sangat serasi jika di pakai bersamaan dengan gaun yang sudah ia pilih tadi.

Akhirnya Edith membeli sebuah gaun dan sepasang flate shoes dan rencananya ia akan memakainya jika sudah mendapatkan korban baru. Edith berjalan pelan dengan dua kantung di tangan kanan dan kirinya, ia berjalan menuju sebuah toko peralatan dapur.

Penjaga toko peralatan dapur itu sudah sangat mengenal Edith, dia tersenyum simpul lalu menatap Edith yang sedang berdiri di depannya. "Mau ambil pisau tertajam yang sudahku buat, Edith? " Edith menangguk pelan dan penjaga toko itu berjalan menjauh mengambil barang yang Edith pesan. Penjaga toko itu mulai merasa aneh, banyak sekali pertanyaan yang sulit ia jawab.

Untuk apa gadis itu memesan pisau banyak sekali dalam beberapa minggu terakhir?

Apakah ia adalah juru masak?

Atau dia adalah pembunuh?!

Penjaga toko itu membuang semua pertanyaan itu lalu bergegas mengambil barang yang Edith pesan. Jelang beberapa menit akhirnya penjaga toko itu datang kembali dengan sebuah kotak berisikan pisau-pisau tajam yang Edith pesan, ia menaruhnya di atas meja kasir.

Edith tersenyum senang lalu meraih kotak itu dan baru saja ia akan melangkahkan kakinya, lengan kanannya tercekal. "Tunggu! " seru sipenjaga toko. "Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan, " lanjutnya dengan nada ragu.

Pertanyaan-pertanyaan itu kembali hadir dan membuat penjaga toko itu harus mendapatkan jawaban langsung dari sumbernya, Edith. "Apa? " tanya Edith dengan sebelah tangan yang menepis kasar tangan sipenjaga toko.

"Untuk apa kau membeli banyak sekali pisau dalam waktu dekat? "

~¤~

Kira-kira apa jawaban Edith ya?

Dia mau jujur atau mau bohong?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EDITH : GADIS PEMBUNUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang