ˢᵒʳʳʸ ᶠᵒʳ ᵗʸᵖᵒ(ˢ)
SUNOO memejamkan mata saat merasakan tubuhnya melayang-layang, menikmati setiap detik rasa sakit—sebelum akhirnya jatuh tidak terelakan.
Tubuhnya tidak lagi bisa diajak bekerja sama, sakit itu menguar dari ujung kaki hingga kepala.
Sunoo tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi— ia hanya ingin menyebrang, bukan untuk menjadi korban.
Sebelum gelap menjemput, Sunoo dapat merasakan sesak melingkupi dada. Semua kenangan muncul kepermukaan, lalu rasa sakit akibat abainya sang teman membuat hatinya semakin tidak berbentuk lagi.
Sunoo tidak tahu, mungkin ia sudah banyak melakukan kesalahan—maka dengan ini ia mendapatkan sebuah balasan.
Bahkan di saat genting seperti ini, pikiran Sunoo hanya tertuju pada Sunghoon seorang.
Detik sebelum kesadarannya hilang, Sunoo mendengar suara nyaring ambulance. Jeritan riuh orang-orang, menjadi penuntun matanya untuk terpejam.
Mungkin jika ia diberi satu kesempatan lagi, maka Sunoo akan benar-benar mengejar jawaban. Jawaban karena untuk pertanyaan kenapa darinya. Sunoo harus mengetahui alasan itu, agar bisa memperbaiki diri pun memantaskan diri.
Jika selama ini Sunghoon selalu menyalahkan, mengapa tidak ada sebuah ucapan selamat tinggal—Sunoo benar-benar tidak paham.
Jauh hari sebelum ia dan keluarga memutuskan untuk pergi—Sunoo dengan enggan mulai menarikan jemari. Menulis sebuah surat di mana isinya adalah ucapan manis untuk perpisahan yang kini menjadi tragis.
Sunoo ingat dengan jelas di hari terakhirnya, ia menaruh surat khas anak kecil itu di dalam laci sang teman. Menaruhnya pelan-pelan agar tidak berantakan. Berupaya sebisa mungkin merangkai kata indah, agar Sunghoon terkesan dan tidak melupakannya.
Sunoo tidak tahu berapa banyak hal yang ia lewatkan sampai berada di titik paling rendah dalam hidupnya ini.
Jika bangun nanti, tolong ingatkan Kim Sunoo dengan apa yang baru saja dibahas tadi.
•••
Sunghoon memeluk diri, bersembunyi di pojok kamar yang sepi. Dirinya kalut sekali, bahkan tangannya tidak berhenti bergetar sejak tadi.
Sunoo..
Kim Sunoo..
Sunghoon terus melafalkan nama sang teman dengan bibir bergetar. Menggigiti jemarinya tanda ia sudah tidak bisa berpikir logis.
Sunghoon sama sekali tidak tahu jika akan terjadi hal seperti ini. Sunghoon hanya menginginkan Sunoo memiliki luka yang sama dengannya. Agar kelak nanti—entah kapan, mereka berdua sama-sama mengerti bagaimana sakitnya perpisahan dan diabaikan.
Ia tidak pernah membayangkan bagaimana tubuh sang teman terkapar, tidak pernah sama sekali. Maka di sini Sunghoon sendiri, mencoba memungut sisa-sisa nyali.
Setidaknya Sunghoon harus menemani, karena waktu tidak ada yang mengetahui.
Setelah lama mencoba menenangkan diri, Sunghoon mengais banyak udara dan mengebuskannya perlahan. Membenahi diri karena sangat berantakan, Sunghoon bergegas pergi.
Sunghoon tidak boleh egois kali ini, sebab tidak tahu apakah akan ada kali kedua atau hanya ada kali ini saja.
tbc
Lama ya? Nggak tau aku semakin males nulis astaga, huhu semangat biar secepatnya tamat.🤩Btw full narasi, nggak ada dialog baru sadar.
Semoga bisa dinikmati ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Go, Sunghoon, Sunoo
FanficSunghoon hanya ingin Sunoo menjauh dari kehidupannya. warning; gay themed. ; sunghoon x sunoo. ; short-story ft. i-land start; 14 07 20 end; -