Sesuatu yang relatif. Banyak manusia menginginkannya, padahal dia mampu menciptakan bahagia dari hal paling sederhana. Yaitu, bersyukur. Atas nafas yang masih bisa dengan lancar menghirup udara, mata yang masih melihat jelas, dan seluruh hal kecil yang sebenarnya sangat berarti. Sehat itu nikmat yang tiada tertandingi, seringkali baru diingat nikmatnya sehat saat sakit datang.
Sementara itu, begitu banyak hal dilewati dengan berbagai rasa yang emosional. Manusiawi, kan? Manusia memang perasa, terutama terhadap hal yang memenuhi ruang hati. Bukan berarti tidak bahagia, hanya saja belum siap bahagia dengan apa yang terjadi. Nanti, jika sudah tepat waktu akan ada sesuatu yang meyakinkan. Meyakinkan betapa luar biasa apa yang telah Dia gariskan, melalui beberapa rasa dan peristiwa naik turun roda kehidupan sehingga bahagia yang tepat waktu itu membuat seseorang lebih bersyukur.
Bahagia itu sederhana, tidak perlu kriteria apalagi alasan. Hanya perlu bersyukur atas apa yang terjadi dan siapa yang hadir. Entah hadir dengan pelajaran atau dengan membawa kabar. Sesederhana itu, namun jika beberapa rasa membuat diri belum siap berbahagia, dimaklumi. Manusia diciptakan bervariasi, jalan hidup apalagi.
Bicara mengenai bahagia, saya bahagia dengan kehidupan saya yang sementara ini. Hanya ingin bermanfaat bagi keluarga, lingkungan, dan orang sekitar. Apapun yang terjadi nantinya, tetap menjadi contoh yang baik untuk lingkungan. Bahagia versi saya sangat sederhana, dengan bersyukur dan melihat keluarga bahagia. Walau terkadang saat berusaha membahagiakan orang lain mengorbankan perasaan sendiri, saya bahagia melihat orang lain bahagia. Ada yang sama? Saya yakin ada. Ada manusia yang memrioritaskan kebahagiaan orang lain diatas kebahagiaan diri sendiri. Apa tujuannya? Tentu saja melihat orang lain bahagia sudah membuat bahagia.
Selalu ada waktu sendiri bagi saya untuk melakukan hal yang menyenangkan untuk diri sendiri. Membahagiakan diri sendiri dengan cara saya sendiri. Menggambar, misalnya. Atau sekadar berbaring dan merenung tentang diri ini. Begitu mudah membahagiakan diri sendiri dengan hal sederhana. Saya lebih rela sakit daripada melihat orang lain tersakiti. Kalau saya sakit, saya diam. Nanti juga pulih sendiri, bisa tertawa haha hihi lagi.
Banyak kebahagiaan yang tidak bisa dinilai lewat mata, ataupun hati. Bahagia dapat tercipta lewat rasa syukur memang hal paling sederhana. Yang rumit itu kriteria bahagia. Untuk itulah mengapa saya sampaikan bahwa bahagia itu tidak perlu kriteria.
***
Halo pembacaku yang terhormat :)
Semoga sedikit kisah dan cerita ini menginspirasi, ya.
Semangat membaca, selamat membaca.
Tunggu bab selanjutnya, segera.
❤
Temui penulis di : haloletterrached@gmail.com
KAMU SEDANG MEMBACA
PEMBUKTIAN
Non-FictionBila rasa percaya belum tumbuh, jawaban terbaik adalah bukti nyata. Begitu pula kepercayaan yang tumbuh dengan proses, dapat hilang dengan mudah, dan tidak mudah kembali. Saya ingin sampaikan, bahwa penolong terbaik untuk diri sendiri adalah diri se...