Bersama...

194 4 0
                                    

Aku berdiri di atas balkon kamarku mengingat kembali apa yang telah ku lakukan selama dua tahun ini. Melihat selebar kertas yang menyatakan kelulusanku. Waktu berjalan begitu cepat, bahkan aku tidak menyadari jika besok aku akan masuk Universitas ternama di Jerman.

Salah satu impianku bersama sahabat anehku itu, Aldi. Kebetulan atau tidak kebetulan aku sendiri tidak tau, sangat sulit memasuki fakultas yang sama dengan teman satu sekolah kita. Tapi aku dan Aldi beruntung bisa mendapatkannya.

Aldi Fadhilah, lelaki tampan, pintar, rajin menabung namun konyol di depanku ternyata memiliki cita-cita yang sama denganku. Memang seperti itu bukan? Ini semua sudah takdir.

Orang yang selalu ada untukku disaat senang maupun susah, lelaki pertama yang menjadi tempat menumpahkan semua kekesalanku selama ini. Dan akhirnya, aku luluh, luluh dengan apa yang selalu dia lakukan kepadaku.

Aku merapihkan pakaianku, bersiap-siap untuk..

“Sri, Aldi udah nunggu tuh?!” kata kak Andra.

Oh ya, kak Andra sekarang sudah punya pacar loh! Namanya kak Elle Riana Lubis, aku sering memanggilnya kak El. Saat pertama bertemu, jujur aku gak suka sama kak El, terlalu girly, cerewet, gak suka kalo kak Andra deket-deket sama aku. Dan yang lebih parahnya kak Andra lebih milih dia daripada aku. Sangat mengesalkan bukan?

Setiap hari kalo kak El datang ke rumah, aku selalu menjailin dia. Tapi, walaupun aku gak pernah akur sama dia, tapi dialah yang sangat tau perasaanku kepada Aldi. Apalagi kalau dia ngeliat Aldi cuekin aku karena teman ceweknya yang genit berusaha menjauhi Aldi dariku, kak El selalu sigap memberikan omelan kepada Aldi.

Kata kak El.

“Begitulah perasaanku saat kau selalu berprasangka jelek kepadaku dan selalu membuat Andra menjauhiku, begitu sakit bukan?”

Dari situ aku sadar, kak Andra gak selamanya berada disampingku.

Malam ini adalah malam dimana Aldi mengajakku jalan sebelum kita pergi ke Jerman besok. Secepat itu? Memang begitu bukan?

Persahabatan yang telah berjalan 2 tahun ini membuat kak Andra selalu mengira yang tidak benar terhadapku.

“Untuk anak remaja sepertimu, gak ada yang namanya persahabatan dengan laki-laki selain tanpa unsur ‘cinta’”

Huekk.... sudah cukup yang namanya ‘cinta’ untukku, apalagi dengan anak sekonyol Aldi itu? Aku bisa gila karenanya. Lagipula banyak wanita yang lebih cantik dariku yang rela mengejar-ngejar Aldi. Tapi aku gak rela Aldi di kejar-kejar kayak gitu.

Aku kembali merapihkan dandanan ku, dan memakai gelang yang menjadi tali persahabatanku dengannya selama dua tahun ini.

“Oh ya..” kata Aldi mengambil sesuatu di saku celananya.

“Tara!!!” katanya memamerkan sepasang gelang.

Aku hanya bingung dengan sikapnya kali ini, tapi tanpa dipungkiri aku suka dengan sikapnya ini.

Aldi memasangkan gelang itu ke tanganku, dan aku pun memasangkan gelang ke tangannya.

“Lucu kan?” katanya tersenyum, aku pun mengangguk kegirangan. Sumveh aku seneng banget hari ini!!!

“Ayo pulang!” Aldi pun menarik tangan ku dan kita pulang.

Aku tersenyum mengingat masa-masa itu, saat aku pergi ke karnaval dengannya, saat acara pesta topeng, acara ulang tahun Asti, bahkan acara perpisahan waktu lalu, aku selalu menjadi pasangannya.

Sun FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang