YABOTF-8

347 46 6
                                    

You Are Broken On The Floor
.
.
.
.
.
.

"Tuh kan si boncel itu lama banget, padahal gak sepuluh menit harusnya udah nyampe."

Kaki jenjangnya dengan rutin gelisah, mondar mandir dengan tempo acak. Dirinya sedikit khawatir.

"Si boncel gak apa-apa gitu ya? Hujan lebat banget sih, gak mungkin dia makin menciut kena air hujan kan?"

Menciut katanya, sudahlah dia memang sedikit tak realistis. Begitupun cerewet dan tak sabaran tapi ia menyayangi pemasok barangnya. Tanpa dia dunianya mendadak error dalam jangka panjang atau mungkin seumur hidup.

"Ayolah, udah dua puluh lima menit tapi dia belum nyampe. " akhirnya bokong itu beristirahat di sofa empuk. Kakinya pun turut beristirahat. Ada rasa lega setelah duduk. Hanya sedikit saja.

'Tuk tuk tuk'

Pintu kamarnya diketuk. Bernafas rasanya jadi lega. Oke tinggal hitung mundur saja bibirnya mengocehi pemuda tua namun lebih mungil itu.

"Akhirnya lo—

"Ssstt, Yun ini sepupu lo pingsan dibawah jadi gua bawa kesini sama bapak ini. "

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, pemuda yang dinanti sedari tadi memberondongnya. Badan mungilnya menggendong seseorang yang mungkin tertidur pulas alias pingsan diatas punggung kecil yang kokoh. Pemuda itu juga tak lupa memberi kode agar si bapak yang dimaksud tak curiga. Ntah apa yang dipikirkannya, pokoknya ia akan menagih cerita seusai keadaan aman.

"Ya ampun sepupu gua kok bisa pingsan gini, bawa masuk Joong cepetan." ia membuka pintu lebar-lebar, pemuda dengan surai biru juga si bapak ikut masuk. Si bapak menahan tubuh seseorang yang berada diatas gendongan si pemuda biru agar tak oleng ke belakang.

"Tidurin dulu di sofa aja, eum bapak makasih ya udah bantu temen saya buat nganterin sepupu saya."

Si bapak mengangguk, "Iya loh dek saya kaget masnya itu bawa-bawa orang pingsan. Saya kasihan jadi saya bantu. Ohh iya dek saya liat adek itu— si bapak nunjuk orang yang pingsan itu.

—duduk ditaman sebrang sana lama banget."

"Ohh iya pak dia itu lagi pundung ke mamahnya jadi gitu deh. Sekali lagi makasih ya pak."

"Iya gak masalah dek. " lalu mereka beriringan ke arah pintu, si jangkung menghantarkan kepergian si bapak dengan senyum teramat manis. Pintu ia tutup kembali lalu matanya memincing ke arah si biru.

"Anak siapa yang lo bawa Joong?" pemuda Joong dengan nama lengkap Kim Hongjoong menggeleng santai.

"Terus kenapa kepikiran lo bawa kesini begoooo!?" kerap disapa Yun, Yuni. Pemuda manis ini bernama Jeong Yunho.

"Mau suicide anaknya. Mau lompat ke sungai di taman sebrang, gua bejad gini juga ada hati ya. Gua tarik badannya."

Jadi apa yang pemuda itu lihat sampai kehilangan fokus karena memang anak ini akan melancarkan aksi bunuh diri. Mengapa Hongjoong tau? Dia akan lompat, kakinya sudah tak menapaki tanah, kakinya menapaki pagar pembatas. Jaraknya cukup jauh memang pada saat di sebrang. Semakin mendekat ke arah taman semakin jelas juga penglihatannya, kaki pendek tapi kuatnya berhasil tepat waktu mendatangi sebelum tubuh ringkih itu terjun bebas. Tangannya berjasa untuk menarik tubuh itu hingga jatuh kebelakang dan tak sadarkan diri. Hongjoong tak pernah setuju mengenai suicide. Seputus asa apapun diri mu mengakhiri hidup dengan percuma bukanlah jalan yang terbaik. Kamu harus percaya adanya dunia setelah kehidupan.

"Ya ampun! Joong sana lo ganti baju, baju gua ada deh yang kecil-kecil sekalian bawain buat ini anak. Gua mau keringin badan dia."

Hongjoong menurut, dibuka salah satu kamar yang sudah sangat hapal. Lalu mengambil beberapa helai pakaian untuk dirinya dan si pemuda yang tak diketahui itu.

"Nih Yun," maka dengan santai Hongjoong membuka baju beserta celananya menyisakan celana pendek berwarna hitam dengan tubuh topless. Menurut dia itu keren mungkin.

'bugh'
Wajah tampan Hongjoong telak dilempar bantal sofa. Yunho menatap ia dengan jengah.

"Joong lu mau perkosa ini anak. Kenapa lo gak sekalian ganti di kamar sih? Emosi gua!"

"Ya gua takut ini anak kedinginan Yun., lu yakin mau gantiin? Gua aja deh lu kan homo."

'dukk'

Kali ini kakinya ditendang keras Yunho, "Bibir lu gua cabein! Sembarangan, gua gak mesum macem lu ya!"

"Duh Yunn sakit blay!"

Yunho abai. Dengan telaten ia membuka seragam dan menggantikan dengan baju baru yang lebih nyaman tak lupa memindahkan tubuh itu ke bagian sisi sofa yang lain.

"Tuh kan cakep kalo gini, Joong gua bikinin teh lu jaga ini anak."

Dan melenggos pergi ke arah pantry. Hongjoong mengamati wajah anak itu. Manis, hidungnya bangir, bibirnya penuh sedikit pucat mungkin efek dari air hujan juga luka lecet diujungnya. Dahi sebelah kanannya ada luka, lebam juga robek tapi tak lebar. Diusap pelan alis rapi dan tebal itu. Pipinya gembil, sangat menggemaskan tapi ada beberapa lebam khususnya di tulang pipi. Wajah itu harusnya tak sakit,tak harusnya dipenuhi luka dan tak harusnya sedepresi itu sampai memutuskan bunuh diri.

"Joong. " Yunho memanggilnya pelan.

"Yun, ni anak depresi. Sayang banget padahal mukanya manis kek elu tapi lebih manis ni anak sih."

Yunho abai lagi, Hongjoong tipikal manusia yang mulutnya itu adil. Ketika memuji harus ada pertimbangan atau harus ada kritik. Baik buruk imbang layaknya yin dan yang. Sudah tak aneh lagi.

"Anaknya kek abis disiksa. Ada luka nih dahinya mencolok banget."
Perlahan Hongjoong mengusap dahi luka itu. Yunho mengangguk setuju.

"Barang gua? " Hongjoong melotot, "hehehe. " Yunho mendecih, dikeluarkannya bungkus kecil serbuk putih dalam saku celananya. "Pelupa, jorok lagi. Untung aman."

"Ya kan panik Yun." Yunho memberikan satu mug besar berisikan cairan hangat nikmat, teh.

"Gua disini dulu nyampe ni anak sadar."

"Yaiyalah gua gak mau ya disangka jadi penculik!"

Hongjoong menyeruput isinya. Hangat seketika memenuhi dirinya. Teh memang paling enak. "Penculik mana ada yang bego."

Yunho membelalakan matanya, Hongjoong ini ya benar-benar. Ingin rasanya ia menenggelamkan si boncel itu.

'eung' lenguhan seseorang yang bukan Hongjoong dan Yunho menarik atensi keduanya.

Seseorang yang sudah kita ketahui bernama Jongho dan tak mereka kenali itu melenguh, memegang pelipisnya. Mungkin sakit.

"Kamu sadar?" ucap Hongjoong, asing yang didengar, Jongho buru-buru bangkit. Matanya bergulir ketakutan memperhatikan dua orang tak dikenalnya.

"Duh kok bangun cepet-cepet? Pusing loh." Yunho menarik Jongho agar bersandar di sandaran sofa.

Badannya bergetar, suaranya tercekat.

"Kamu gak apa?" Yunho bertanya mengusap surai lembut Jongho.

"A-aku dima-mana?"

"Apartemen aku." Yunho tersenyum ramah sedangkan Hongjoong pergi ntah kemana.

Jongho menundukan kepalanya, tangis mulai menguasai dengan tak malu. Harus kah skenario hidupnya begini?



______________________________________

You Are Broken On The FloorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang