YABOTF-3

324 53 11
                                    

You Are Broken On The Floor
.
.
.
.
.
.

Dilalui dengan buruk untuk hari ini. Sekolah bubar sejak jam 3 sore tadi. Sekarang pukul 3.35, tak ada niatan untuk kembali ke rumah. Lihat dirinya, begitu berantakan. Kakaknya yang cuek itu pasti akan bertanya walau hanya sekedar percakapan satu kalimat satu hari. Dengan ending tak akan peduli.

Berdiam diri di taman agak lebih bagus, dia lebih leluasa berpikir ketimbang di sekolah, dia tak akan aman. Si tuan muda setan itu pasti akan terus menyiksanya.

"Ini bagaimana aku menghilangkannya? "

"Yeosang bodoh itu meninggalkan terlalu banyak jejak di muka."

Tanganya sedikit meraba lebam-lebam di wajah. Sakit, ia meringis pelan. Kalau dipikir-pikir ini tak akan hilang dalam seminggu. Wajah mulusnya ternodai, sekarang tak akan bisa bersanding dengan wajah mulus Seonghwa.

"Kak Seonghwa. Apa aku pinjam make up dia ya? Dia mulus gitu kan pake make up!"

Ponsel di tasnya segera dilacak lalu mengirimi pesan untuk orang disana.

'Kak aku ke toko ya? '

Belum ada balasan dari orang disana tapi dengan mandiri Jongho sudah berlari kearah toko tempat Seonghwa bekerja.

.
.

Tempat kerja Seonghwa adalah toko bunga yang buka dari jam 7 pagi hingga 5 sore. Seonghwa mencintai bunga, bercita-cita menjadi seorang florist semenjak lulus sekolah menengah atas, lebih tepatnya bukan bercita-cita nyatanya Seonghwa tak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Alasannya 'ingin jajan pake duit sendiri' lalu yang paling kolot adalah 'aku kan pihak bawah, jadi setelah menikah hanya mengurus suami dan rumah. Tak usah pintar-pintar toh balik lagi ke dapur.' padahal orangtuanya di kampung lebih dari mampu untuk menyekolahkan Seonghwa dengan biaya persemester 30juta. Lagi-lagi karena alasan itu. Orangtua Seonghwa itu kolot tapi menghargai perbedaan, apalagi anaknya yang dari awal sudah punya pikiran begitu. Tak jadi masalah, anak satu-satunya apalagi. Kesimpulannya sih Seonghwa ingin menikah muda. Umurnya baru 21 tahun tapi belum ada yang mau sama dia.

Seonghwa di kota ini menyewa tempat tinggal. Kenal Jongho saat umurnya 19 tahun, Seonghwa itu satu-satunya orang terdekat atau mungkin teman Jongho. Kata siapa Jongho punya teman? Tak seorang pun bahkan di lingkungan sekolah. Kalau di lingkungan sekolah berterimakasih berkat gertakan Yeosang, menyebar announcement yang siapa saja mau atau ada niat berteman dengan Jongho yang pasti harus berhadapan dengan dia. Itulah alasan mengapa tak ada yang mau membantu Jongho saat atau sesudah dibully Yeosang. Takut dilabeli teman Jongho. Sangat jahat.

Sesampainya di toko Jongho masih menunggu di luar. Tak masuk, buat apa dia masuk, dia tak akan sudi menjadi konsumen untuk sebuah hand bouquet mini seharga 85 ribu, sayang sekali setara dengan uang saku Jongho untuk 3 hari itu. Seonghwa sejak 5 menit yang lalu sudah membalas. Katanya silahkan sekalian pulang bareng. Jadi sekitar total 10 menit Jongho menunggu, Seonghwa siap dengan 2 helm seperti biasa.

Seonghwa sedikit tersentak ketika bertemu Jongho, namun abai terlebih dahulu. Yang muda tak akan suka jika kalau yang tua sedikit ekstra.

"Ho ke kostan aku dulu lah. Biar nanti pulang jam 5 aja. Sekarang baru jam 4 kurang kan? "

"Terserah kakak aja sih, Hoho cuma mau pinjem make up kakak."

"Halah kecil itu mah. Kamu pegangan aja ya soalnya kakak gak akan ngebut." Jongho tak suka ide Seonghwa, mau bagaimana pun si kurus itu pasti ngebut.

"Kak serius deh."

"Yaudah hayuk ntar gak keburu loh. "

Sampai rumah sewa pukul 03.59 kurang satu menit untuk jam 4.00
Lagi-lagi dan tak aneh lagi Seonghwa ngebut. Jongho masih belum terbiasa saja, tapi badannya tak bergetar lagi.

"Ho langsung masuk aja nih kuncinya,  kakak mau beli minum dulu. " Jongho mengangguk lalu mengambil kunci rumah sewa Seonghwa.

Begitu rapi bersih dan wangi sesaat pintu terbuka. Seonghwa harus cepat menikah kalau begini. Betul-betul calon suami idaman. Jongho sangat sering bertandang ke kediamannya kalau mereka sama-sama luang. Seperti ini. Tapi yang ini karena keadaan Jongho. Tak lama Seonghwa datang dengan seplastik penuh minuman dan makanan lalu satu plastik kecil yang isinya alkohol, obat merah, juga perban. Jongho dapat mengetahui isi kedua plastik itu dikarenakan plastiknya tipis dan menerawan. Plastik putih.

"Minum dulu lah Ho nanti aku ambil seperangkat aku yahhh. " Jongho mengiyakan dengan isyarat. Sementara itu Seonghwa meneteng satu box serba serbi make up.

Tanpa rasa cape Seonghwa menarik Jongho mendekat. Plastik kecil itu di rampas isiannya.

"Pake alkohol dulu nih buat bersihin yang lecet. Buat luka lebamnya ini gak bengkak mungkin udah sempet kamu obatin ya nanti aku timpa aja sama make up ya." ujar Seonghwa.

"Iya kak. "

Seonghwa menatap Jongho penuh arti. Jongho peka sekali tak perlu Seonghwa yang meminta.

"Ulah Yeosang kak aku lupa gak buat PR dia. Ribet banget nyampe tadinya pak Min minta aku undang mama." tegar sekali ceritanya. Tapi intonasinya lemah.

Seonghwa mengangguk. Seonghwa untuk Jongho adalah action. Dia tak perlu berbicara panjang lebar dan memberi kata-kata positif mendukung. Jongho tak akan suka itu. Kata hanya sekedar kata tak lebih berarti dari aksi. Dianggap remeh dan di kasihani terkesannya kalau berkata. Ya jelasnya Seonghwa sudah hatam mengenai sifat dan tabiat pemuda oktober itu.

"Nih kamu sekalian berlajar.. Jadi biasanya sih buat nutupin mata panda aku suka pake consealer, tapi lagi keracunin life hack gitu. Jadi pake lipstik merah gitu Ho. Aku cocok banget sama life hacknya! Lebam kayanya bisa juga kita coba ya?" panjang lebar Seonghwa, Jongho sedikit paham kenapa Seonghwa selalu cantik. Dia pandai bersolek diri.

"Eh tapi sama kamu aja deh takut sakit kalau sama aku."

Jongho mengambil alih semua serba serbi make up Seonghwa, mulai memoles hati-hati dipandu oleh inatrupsi Seonghwa. Tak berangsur lama rupanya. Kini wajah Jongho terlihat lebih bagus. Seonghwa sangat pandai. Make up dengan ending natural look, cocok sekali. Tak menor, cantik sekali Jongho walau tak memakai make up mata dan bibir secara berlebih. Ia hanya memoles tipis kelopak matanya. Bibir Jongho pada dasarnya sudah merona, ia hanya perlu memoles lipbalm saja.

"Ya ampun cantik banget sih.." celetuk Seonghwa.

"Makasih loh buat yang lebih cantik hehe."

'drrtt drrtt'

Satu pesan masuk dari San. Jongho memegang ponselnya sedari tadi. Tak perlu dibuka dan dibaca Jongho hapal betul apa yang ia inginkan. Pulang. Masak untuk mama.

Ya ya ya mana sudi kan si anak emas itu menyiapkan makanan.

"Kak, San udah ngebacot pasti. Hoho pulang dulu. Makasih buat semuanya loh."

"Oh yaudah hati-hati sih walau sampingan rumah kita. Nih bawa ya camilan sama make up aku bawa dulu deh aku mau coba make up baru, kemaren beli woee." sebaik itu Seonghwa, Jongho tersenyum teduh.

"Bye kak!"

"Bye Ho!"

Setelah kepergian Jongho baru lah air matanya berlomba-lomba untuk keluar. Mati-matian dia menahan, alasan 'sama kamu aja kalo sama kakak takut sakit' itu sebetulnya Seonghwa tak yakin kuat menahan tangis. Seonghwa pahami Jongho, Seonghwa merasakan sakit juga.

"Sabar Ho nanti kakak pasti bawa kamu pergi dari sini secepatnya."





______________________________________

You Are Broken On The FloorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang