08

143 14 2
                                    

"Kau...Risa kan?" seketika mata Hirate berbinar. "Risa kau sangat keren. Aku..aku sangat ingin bertemu denganmu" Hirate masih menatap Risa kagum.

"Ah. Hm. Terimakasih" balas Risa canggung.

"Aku ingin berfoto denganmu"

"Eh" Hirate langsung mengambil fotonya dengan Risa.

"Yey" sorak Hirate girang.

Hirate pun menjauh dari Risa dan melihat hasil fotonya. Perasaan senang terpancar di wajah Hirate. Seisi ruangan dilanda kebingungan akan sikap aneh Hirate.

"Jadi sebenarnya Techi terinfeksi" seru Yone tiba-tiba.

"Tunggu dulu. Eh. Apa. Tidak mungkin. Tidak mungkin Yurina terinfeksi. Dia baik-baik saja. Hanya sifatnya saja yang aneh" ucap Neru tidak percaya dan dibenarkan oleh yang lain.

"Awalnya aku juga berpikir begitu. Tapi begitu kenyataannya. Sikap Techi yang berubah drastis membuatku berpikir virus itu menyatu dengan Techi. Dan tidak hanya sikapnya saja yang aneh. Virus itu menyebabkan tubuh Techi bisa melakukan penyembuhan sendiri" Yone menatap Hirate yang masih tersenyum senang.

"Awalnya kami kira itu buruk untuk Techi. Tapi melihat dia tersenyum senang dan tidak memiliki beban seperti anak kecil entah kenapa seperti suatu keajaiban" tambah Habu.

"Aku tidak peduli apapun yang terjadi pada Techi. Aku tetap akan menerimanya" ujar Shida tegas. Shida berjalan tertatih kearah Hirate, namun baru beberapa langkah ia meringis kesakitan. Hirate langsung mendatangi Shida dengan perasaan cemas begitu juga dengan yang lainnya.

"Pipi kakimu masih sakit. Kau harus diobati" seru Hirate setelah memeriksa kaki Shida.

"Tidak perlu. Sebentar lagi kakiku akan sembuh"

"Aku akan membawakan mu kotak obat" Hirate langsung berlari keluar ruang olahraga. Panggilan dari Neru atau teman-teman lainnya tidak ia dengar.

"Aku akan menyusulnya" ujar Risa tiba-tiba. Risa pun mengejar Hirate. Karena ia lebih cepat dalam berlari dari Hirate, ia pun dapat mengejarnya.

"Hei Hirate" panggil Risa. Hirate berbalik dan tersenyum ke Risa.

"Kenapa kau mengikuti ku?" tanya Hirate.

"Aku tidak mengikutimu. Terlalu bahaya diluar. Apalagi hari mulai gelap" elak Risa. Sebenarnya Risa pun tidak tahu. Kenapa ia mau repot-repot menyusul Hirate, padahal mereka biasanya saling memberikan tatapan datar.

Hening. Tidak ada percakapan antara Hirate dan Risa. Risa yang enggan membuka pembicaraan dan Hirate yang hanya menatap lurus ke depan. Entah kenapa suasana semakin canggung. Sampailah mereka diruang kesehatan. Keberuntungan berada di pihak mereka, tidak ada satupun zombie di ruang kesehatan.

Berhubung mereka sudah pernah bersembunyi di ruang kesehatan jadi tidak sulit mencari kotak obat. Setelah dapat, mereka pun kembali ke ruang olahraga.

"Risa" panggil Hirate.

Risa berdehem membalas panggilan Hirate.

"Apa kau membenciku?" tanya Hirate.

"Ya" balas Risa seadanya.

"Kenapa?"

Langkah Risa terhenti "Aku tidak tahu" balas Risa. Risa juga bertanya-tanya kepada dirinya. Kenapa ia membenci Hirate namun tidak tahu apa alasannya.

"Bagaimana denganmu apa kau membenciku?" Risa memberanikan dirinya untuk bertanya. Entah kenapa ini rasanya tiba-tiba.

"Tidak. Aku tidak membencimu. Tidak ada alasanku membencimu" balas Hirate diiringi senyum khasnya. Jujur saja Risa terpana dengan senyum Hirate sesaat tapi ia menepisnya.

Z-VIRUS ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang