Chapter 06 : Exam

812 166 3
                                    

"It was one of those moments when a great Don't Care wave hits you, and you float off on it, head back, looking at the sky."

The Screaming Staircase - Jonathan Stroud


< - - - - - >

"OI, gerakkan kaki pendekmu lebih cepat. Aku tidak ingin terlambat!" Gerutuan Kachan pagi itu tidak mengurangi semangat yang aku tunjukkan. Setelah berpamitan dengan All Might pagi-pagi buta, aku langsung mandi dan mempersiapkan pakaian SMP untuk mengikuti tes Yuei.

Aku melewati ruang makan dan mendapati Ibu masih duduk di meja makan sambil memandang sendu pada sisa makanan di meja. Aku memperlambat langkah sebelum mencapai pintu depan, kemudian berbalik menuju ruang makan. Teriakkan Kachan terdengar semakin keras dan mulai mengeluarkan makian kasar.

Aku berhenti di depan pintu yang terbuka lebar, menunjukkan senyum khas Izukun yang mulai jarang ku tunjukkan pada Ibu. "Ibu, aku berangkat."

Secepat itu senyumku jatuh dan berganti dengan tatapan dingin. "Aku pasti akan lulus, Ibu tidak usah khawatir."

Tapi itulah yang Ibu khawatirkan.

< - - - - - >

Aku mengikuti langkah Kachan dari belakang, berusaha fokus untuk memetakan daerah yang baru aku jelajahi. Aku dan Kachan tidak pernah membicarakan banyak hal, sehingga dalam waktu-waktu seperti ini kami lebih sering diam dan fokus pada pikiran masing-masing.

Hanya hari ini, Kachan mengajakku berbicara.

"Kau yakin, ingin melakukannya?" Ada keraguan dalam suaranya.

Aku mengangguk penuh semangat, "tentu saja. Semoga kita sama-sama lulus."

"Yah, semoga saja."

Aku mengerut ke arahnya, "kau tidak yakin aku lulus?"

Kachan mengumpat kasar untuk membersihkan tenggorokkannya. "Aku yakin kau lulus tes tulis. Yang aku tidak yakin adalah tes praktik."

"Ternyata kau benar-benar mengenalku." Kataku penuh haru.

"Diamlah! Sebaiknya kau benar-benar lulus dan tidak babak belur. Aku tidak ingin menggotong mayat saat pulang nanti!" Sergahnya kasar.

Aku tertawa, merasa lega dia benar-benar mengkhawatirkanku.

"Aku akan membantumu, seperti biasa."

"Aku tahu kau akan membantuku."

Kachan akan membantu membacakan soal dan pilihan jawaban untukku. Kami sudah melakukan kerja sama ini sejak SMP, seharusnya tidak akan banyak kendala. Aku juga sudah banyak berlatih untuk menulis dan menyilang jawaban dengan tepat di kotak jawaban, selain itu, tulisan di kertas ujian dapat teraba olehku meski hanya sedikit menimbulkan huruf. Ada banyak cara dalam mengerjakan ujian, aku tidak perlu khawatir.

Saat melewati gerbang Yuei, tiba-tiba saja suara teriakkan bergaung melewati gendang telingaku. Membuatku kehilangan keseimbangan dan konsentrasi. Aku tersandung kakiku sendiri dan terjatuh bebas ke arah depan. Sesaat aku tidak bisa merasakan apa pun, telingaku sangat sakit. Tetapi rasa sakit di wajahku akibat terjatuh ke aspal tidak kunjung muncul.

Perlahan sebuah suara mulai datang, aku kembali bisa mendengar meski sedikit samar. Suara lembut dan dipenuhi kekhawatiran. Aku tidak pernah menangkap suara seperti ini, selain suara Ibu ketika aku mulai bisa mencerna kegelapan di sekitarku. Siapa?

A Tiny Light [BLIND DEKU AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang