Chapter 29 : No More

446 109 31
                                    

"Dia tidak punya banyak alasan untuk mati, seperti dia juga tidak punya banyak alasan untuk hidup. Dia tidak peduli pada dirinya maupun orangtuanya. Ia tidak punya teman maupun kekasih. Ia tidak punya cita-cita maupun hal untuk diinginkan. Tidak ada yang penting di dunia ini baginya"

My Name is Luca - Ginger Elyse Shelley


< - - - - - >

Aku terus-terusan memegangi telingaku selama perjalanan pulang. Meski sudah keluar dari kereta dan sudah satu jam lalu aku meninggalkan rumah sakit, gema suara si kakek bau tanah itu masih segar di telingaku. Aku tahu, sebenarnya para pahlawan yang bertanggung jawab membimbing kami mendapatkan sanksi karena lengah dalam mengawasi siswa magang. Sehingga wajar baginya untuk memarahiku habis-habisan. Tapi siapa yang akan tahan jika dimarahi selama 2 hari berturut-turut.

Kakek itu – dengan kebaikan hatinya untuk tabungan diakhir hidupnya – menawarkan diri menjagaku selama 2 hari sisa perawatan. Sementara Iida dan Todoroki sudah pulang lebih awal. Aku harus mendengarkan ceramah masa muda darinya dengan setengah hati, selama ia mengupas apel. Meski begitu, beberapa perkataannya menarik perhatianku.

"Kau benar-benar mirip dengan Toshinori. Dia tidak pernah mendengarkanku, dan menerobos bahaya demi orang-orang. Terkadang aku pikir dia akan mati dengan cepat. Tapi lihatlah, dia masih hidup sampai sekarang dan mengajarimu prinsip yang sama. Benar-benar, aku harus memukul kepalanya lagi."

Kakek itu hanya mengatakan sesuatu seenaknya. Sejak awal ucapan terima kasih dan tangis Iida kembali pecah, aku masih merasa tidak pantas menerimanya.

Aku tidak membantu Iida, aku hanya ingin bertarung dengan Stain.

Dan aku membunuhnya...

Aku menggelengkan kepala untuk menjernihkan pikiran. Selama perjalanan, ponselku berbunyi beberapa kali, salah satu nadanya berasal dari Kachan. Dengan kesal, setelah beberapa menit pesan itu masuk, aku membukanya setengah hati.

[Hei, si gadis bulat mau datang ke rumahmu. Sebaiknya kau sambut dengan baik.]

Mataku terbelalak, setelah suara 'datang ke rumah' akulangsung berlari sekuat tenaga, mengacuhkan lanjutan pesan tersebut.

< - - - - - >

Saat mencapai jarak di mana aku bisa mengawasi keadaan apartemenku, aku langsung mendengar percakapan antara Kachan dan Ibuku.

"Apa Mitsuki-San menyuruhmu kemari? Mengawasiku?"

"Tidak, aku datang ke sini untuk bertemu Deku."

"Oh, anjing kesayangan anakku benar-benar setia."

Sialan! Si bodoh sok berani itu mencari mati saja.

Aku mendengar Uraraka menggerutu di dalam toilet sambil membersihkan bajunya. Dalam hati aku terus-terusan memaki kebodohan Kachan.

Aku terus berlari, meghindari lift dan menggunakan tangga darurat. Menggunakan All for One untuk mempercepat gerakanku. Melompati setiap anak tangga dengan cepat. Saat berbelok di lantai 5, seorang wanita turun dengan belanjaan berat. Tidak sempat menghindar, aku melompati wanita itu yang langsung menunduk panik dan menjatuhkan barang-barangnya. Aku mendapat makian panjang lebar setelahnya. Aku mengabaikannya dan kembali melompati 4 anak tangga.

A Tiny Light [BLIND DEKU AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang