Chapter 42 : Preparation

345 94 3
                                    

"Dia tidak punya banyak alasan untuk mati, seperti dia juga tidak punya alasan untuk hidup."

Ginger Elyse Shelley - My Name is Luca

< - - - - - >

Third POV

Tabung transparan memancarkan sinar biru metalik, memenuhi ruangan gelap itu dengan kemilau biru jernih. Menonjolkan setiap kabel besar yang tergeletak tak beraturan, terus menjalar hingga mencapai sebuah layar besar di ujung ruangan. Sosok bayi mengapung tenang di tengah-tengah tabung yang dipenuhi cairan bening. Dari hidung mungilnya, gelembung-gelembung kecil keluar malu-malu, menjadi satu-satunya bukti fisik bahwa bayi itu masih hidup.

"Ada perkembangan berarti, Dokter Ujiko?" Suara berat dan berwibawa itu berhasil membuat Ujiko terlonjak dari kursinya. Jas laboratorium putihnya yang kebesaran hampir membuatnya tersandung ketika tergesa-gesa menghampiri masternya. Pria dengan pakaian parlente itu berkunjung setiap hari, mendesaknya dengan pertanyaan serupa. Membuat perasaan Ujiko tidak karuan karena belum bisa memuaskan hasrat sang master.

Meski begitu, hari ini Ujiko mendapatkan kabar gembira yang bisa dia jadikan pijakan pertama untuk mendapatkan pujian sang master.

"Saya sudah melakukan penelitian selama bertahun-tahun, tentang gen yang membawa quirk atau keajaiban itu ke dunia ini. Setiap gen dengan materi genetik di dalamnya akan mewariskan sifat tertentu. Sifat ini akan melahirkan sel-sel untuk menciptakan sifat khusus pada tubuh manusia yang menjadi awal terbentuknya quirk. Awalnya, saya pikir hanya gen ini yang bisa di isolasi, kemudian dilakukan penyuntikan langsung pada janin sang Ibu. Sayangnya, gen ini tidak dapat mengikuti perkembangan janin dan membuat terlahirnya bayi-bayi cacat secara fisik. Gen ini menghambat pertumbuhan dan mengacaukan pembentukan sel dalam tubuh janin."

Dokter Ujiko tersenggal, semangat dalam dirinya membuat ia lupa akan bernafas selama memuntahkan semua bualan itu. Sangat disayangkan, karena bualan itu membuat suasana hati sang master memburuk.

"Apakah itu penting Ujiko?"

Suara dingin masternya membuat tubuh gempal Ujiko gemetar. Keringat membanjiri tengkuknya, rasa kantuk dan lelahnya hilang akibat tekanan dari sang master.

"Maafkan saya, tapi penjelasan saya tadi sangat berhubungan dengan laporan hari ini."

Masternya mulai tidak sabar, "aku datang untuk mengetahui keadaan monsterku, bukan mendengar presentasi ilmiah."

Ujiko menelan gumpalan saliva di ujung tenggorokannya dengan susah payah. "Saya tidak pernah berpikir untuk mengisolasi sel yang diciptakan oleh gen tersebut, dan memasukkannya pada bayi yang baru lahir. Bayi itu, adalah percobaan pertama saya."

"Apakah berhasil?"

"Selama beberapa jam ini, kondisinya masih stabil. Saya akan memantau perkembangan sel itu selama beberapa minggu ke depan."

Masternya mengangguk puas, sekarang paham kenapa Ujiko berani mempertaruhkan nyawa demi penjelasan singkat tadi. "Kau berusaha memasukkan quirk pada anak ini?"

Ujiko mengangguk, "ya master. Karena jika menggunakan kekuatan anda, anak itu akan meledak. Bahkan jika anda memberikannya saat berumur belasan tahun."

"Quirk apa yang kau masukkan?"

"Saya menemukan anak dengan quirk menarik di salah satu yayasan yang saya kelola. Ayahnya dapat mengendalikan berbagai cairan, sedangkan sang Ibu memiliki kemampuan menciptakan zat besi. Saat pertama kalinya quirk anak itu muncul, dia hampir membunuh temannya setelah bergandengan tangan. Temannya mengalami pembengkakan hebat di setiap jarinya dan harus mengalami amputasi. Sekarang an-"

A Tiny Light [BLIND DEKU AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang