FOREWORD: Penulis amatir. Bacaan ini diperuntukan kepada pembaca berumur 18+. Tulisan ini mengandung sexual content, strong language, dan violence. Jika ada kesamaan nama, tempat, atau jalan cerita itu hanya kebetulan semata. Apologize in advance jika terdapat typo, kesalahan pemilihan diksi, ejaan yang salah dan penulisan yang tak rapi. Bacaan ini dibuat untuk menghibur. And please do not copy my story without my permission.
Genre: Historical-Romance
Backsound: Annie Lennox - I Put A Spell On You (Fifty Shades of Grey version). Sia - Salted Wound. Fall Out Boy - Irresistible, My Songs Know What You Did In the Dark. Demi Lovato - Heart Attack. Pink ft Nate Ruess - Just Give Me A Reason.
Just read and enjoy~
CHAPTER TEN
Justin terdiam mendengar permintaan Grisell yang tidak lebih dari perasaan putus asa. Isak tangisnya terdengar, membuat Justin bingung mengapa perempuan itu menangis. Seumur hidup Justin, ia pikir ia adalah pakar wanita, tapi yang satu ini sepertinya jalan pikirannya sulit ditebak. Kepala Grisell terdongak sehingga lehernya yang jenjang terbuka bagi Justin, siap untuk dijilat, dihisap atau dicium. Grisell tidak ingin mengakui bahwa dirinya takut jatuh cinta untuk yang kedua kalinya dan fakta bahwa ia menyukai Justin. Terlebih lagi, Justin telah melamarnya dan jurang di antara mereka tidak cukup dalam untuk membuat Justin menjauh darinya. Grisell tidak bisa membiarkan Justin menggantung, menunggu jawabannya. Grisell takut ia tidak bisa menjadi Ibu yang baik karena latar belakangnya sebagai anak haram dan pelacur. Ia tidak mempunyai figur Ibu yang tepat dan bukan contoh yang baik untuk anaknya kelak. Ia memang pengecut.
Saat ia mendengar isak tangisnya sendiri, Grisell cepat-cepat berhenti menangis. Sekarang ia malah kelihatan lemah. Karena tak mendapat gerakan tambahan dari Justin, Grisell menegakkan kepalanya melihat Justin yang mematung melayang di atas tubuhnya. Pria itu mengamati Grisell, mencoba membaca pikiran Grisell dan mencaritahu alasan mengapa wanita itu menangis. Situasi ini menjadi begitu canggung hingga Grisell lebih memilih Justin mencium dan bercinta dengannya daripada harus saling diam seperti ini. Mata Grisell basah karena air mata yang tersisa, lalu berkedip.
"Ayo, bercintalah denganku," desaknya dengan suara serak. Justin dapat melihat kesedihan yang berdiam di matanya dan ketakutan yang transparan. Sebenarnya, siapa Nathaniel sialan itu hingga berhasil membuat Grisell takut padanya? Demi Tuhan, Justin tidak akan menyakiti Grisell seperti yang dilakukan Nathaniel padanya. Saat ini, Justin memang tidak mencintai Grisell. Perasaannya lebih mendekati rasa iba dibanding cinta.
"Aku tidak ingin bercinta dengan wanita yang sedang sedih," ucap Justin lembut. Ia menyingkirkan tubuhnya dari atas tubuh Grisell lalu jatuh di samping wanita itu. Sebelum Grisell sempat memikirkan bagaimana menyingkirkan Justin dari kamarnya, pria itu sudah memeluknya, menguncinya hingga Grisell tak dapat bergerak. Salah satu paha Justin menindih kedua paha Grisell dan tangan kiri pria itu menahan punggung Grisell sehingga tubuh Grisell miring menghadap Justin. "Aku tidak bermaksud menyakitimu, Grisell."
"Aku tahu," bisik Grisell mengangguk, namun ia tidak menatap Justin. Matanya terpaku pada dagu Justin yang mulai ditumbuhi bakal janggut. "Aku hanya butuh waktu sendiri, berpikir, mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan apa saja jika aku menikah denganmu,"
"Bukankah jika berpelukan seperti ini lebih baik daripada kau sendirian?" Tanya Justin membuat pipi Grisell bersemu merah. Apa yang dikatakan pria itu memang benar. Berada dalam pelukannya sangat nyaman dan hangat, lebih baik daripada hanya sendirian di kamar dan menangis. Justin berasumsi bahwa Grisell masih memiliki perasaan terhadap Nathaniel, siapa pun pria itu, yang jelas memiliki pengaruh begitu besar bagi Grisell. Dan sayangnya, Justin tidak ingin Grisell merasa seperti itu terus menerus. Telapak tangan Justin yang hangat mengelus lengan Grisell yang dingin, sore ini tampaknya Grisell lebih memilih memakai gaun berlengan pendek. Kulit putihnya tampak menggiurkan untuk dikecup namun Justin menahan diri. Tidak akan Justin lakukan sampai Grisell menyerahkan diri tanpa beban apa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky Slut
Historical Fiction[1st series of The Lucky series] Grisell Parnell tidak ingin menjadi Lady Moore seumur hidupnya. Ia tidak begitu menyukai gagasan menjadi seorang Lady yang harus membungkuk dan tersenyum setelah diperkenalkan dengan seseorang, memakan sayur menggun...