Bagian 1

2.8K 200 49
                                    

Lisa menyedot milk shake di gelas tingginya untuk kesekian kalinya. Matanya masih fokus pada berlembar-lembar laporan bulanan dari cafe miliknya yang terletak di daerah Gangnam. Dirinya benar-benar membaca setiap lembar laporannya, mancocokkannya dengan hasil bulan lalu. Menghitung jumlahnya. Mencermati daftar stok yang tersimpan di laptop di depannya, dan semuanya.

Sesekali mengeluh karena seharusnya dia tidak perlu melakukan ini kalau saja penanggung jawab yang dia tunjuk tidak mengundurkan diri seminggu lalu. Tepat sebelum laporan akhir bulan dibuat. Membuatnya pusing.

Lisa melepas kacamatanya. Sedikit memijat diantara matanya yang lelah setelah hampir 2 jam menatapi angka dan huruf. Dia memakai kembali kacamatanya lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling dan menemukan hampir semua mejanya terisi. Cafenya sedang memasuki jam sibuk sekarang. Bahkan di lantai dua juga sepertinya penuh. Pelayannya sibuk kesana-kemari dengan nampan berisi pesanan setiap pelanggan.

Dia mendesah lelah kemudian memperbaiki ekspresinya. Menerbitkan sebuah senyum kecil untuk menyemangati diri sendiri sebelum akhirnya kembali fokus pada pekerjaannya. Tinggal sedikit lagi lalu dia bisa pulang dan tidur.

"Permisi, boleh aku duduk disini?" Tanya seseorang setelah mengetuk meja kayu yang ditempati Lisa. Dari suaranya sih seorang pria.

"Hm, ya." Jawab Lisa singkat. Tidak begitu perduli untuk sekedar mendongak pada orang yang menyapanya. Dia hanya ingin segera menyelesaikan pekerjaannya. Lagipula cafe memang sedang penuh dan dia hanya duduk sendiri. Lisa tidak keberatan kalau ada yang ingin duduk semeja dengannya. Karena kondisi saat ini.

"Hyung!" Seseorang lagi, yang juga laki-laki, menghampiri orang pertama dan langsung duduk di antara Lisa dan orang pertama. "Astaga, kenapa ramai sekali? Tapi bukan itu masalahnya. Ayolah, Hyung harus kesana."

"Aku tidak akan ke Jepang. Kalau kau ingin sekali, pergilah sendiri. Urusanku sudah selesai." Ucap pria pertama yang mau tak mau terdengar oleh Lisa. Tapi setelahnya, Lisa memilih mengabaikan mereka.

Sampai 20 menit kemudian pekerjaannya selesai. Lisa menghembuskan nafas dengan lega. Punggungnya bersandar dengan nyaman di tempat duduknya seraya melepaskan kacamata. Dan untuk pertama kalinya melihat teman semejanya pada malam itu.

Mungkin sedang kena flu.. batin Lisa saat melihat penampilan pria pria di depannya. Pakaiannya sih normal, hanya sebagian besar wajah mereka di tutupi masker. Hitam untuk pria pertama, putih untuk yang kedua. Dan jangan lupakan topi di kepala masing-masing yang membuat mata mereka hampir tidak terlihat.

Sekali lagi Lisa tidak ambil pusing. Dia justru menegakkan duduknya untuk memanggil seorang pelayan yang paling dekat dengannya saat itu.

"Nona Jung," panggil Lisa, membuat si pemilik nama menghampirinya. "Katakan pada semuanya tidak akan ada briefing setelah cafe tutup. Semuanya baik, laporannya baik. Aku sangat lelah dan tambah lelah karena seseorang. Apa dia masih di sana?"

Nona Jung menoleh ke arah pintu masuk. Pada seorang laki-laki yang berdiri disana sejak dua jam lalu. Nona Jung kemudian menjawab, "Masih. Dan masih ingin menunggu kurasa."

"Augh.. yang benar saja!" Keluh Lisa dengan kesal. Membuat teman sebangkunya memperhatikan apa yang terjadi. "Suruh dia pergi. Kenapa malah menunggu disana sampai selama ini? Kubilang aku sedang bekerja dan tidak ingin di ganggu dua jam lalu, kupikir dia mengerti maksudku. Augh! Dasar bocah! Katakan padanya untuk pergi Nona Jung!"

"Ehh, itu.. sepertinya akan sulit. Dia baru saja bilang tidak akan pergi sebelum menemuimu."

"Ahh..  apa aku harus benar-benar punya pacar sekarang agar dia berhenti mengejarku? Katakan, Nona Jung! Bukankah aku akan terlihat seperti tante mesum jika berkencan dengan anak SMA? Aku sudah bilang berkali-kali kalau aku tidak berkencan dengan anak SMA tapi dia malah jadi begini. Astaga, kepalaku sakit memikirkannya."

Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang