Lisa turun dari mobil putih Jiyong. Berjalan perlahan menghampiri seorang petugas jaga di Galeria Foret. Saat ini jam 7 pagi dan Lisa masih mengantuk. Dia sengaja bangun sepagi ini demi mengembalikan mobil yang dia pinjam. Dengan pikiran mungkin saja mobil ini akan digunakan pemiliknya pagi pagi sekali. Belum sarapan, apalagi mandi. Hanya wajahnya yang sudah tersentuh air.
Lisa menyapa si petugas yang tentunya dibalas dengan ramah. "Ahjussi, bisa tolong berikan ini pada Kwon Jiyong-ssi. Katakan padanya juga kalau Lisa mengucapkan terimakasih," lanjut Lisa sambil menyerahkan kunci mobil yang di maksud pada si petugas. Lalu bergegas pergi setelahnya.
Lisa naik taksi untuk pulang. Mengabaikan supir taksi yang diam diam meliriknya penasaran. Lisa maklum, mungkin karena pakaiannya saat ini terlihat seperti baru saja kabur dari rumah. Hanya pakaian tidurnya semalam. Celana kulot pendek, kaos putih tanpa lengan yang hanya di tutupi sebauh outer panjang warna salem. Lisa tadi tidak terlalu memikirkan baju apa yang dipakaianya karena di pergi dengan mobil yang kacanya super gelap. Lupa kalau pulangnya dia akan naik kendaraan umum.
Ya, terserah saja. Sudah terlanjur. Yang Lisa inginkan sekarang hanya bergelung nyaman bersama bantal dan kasurnya seharian. Membayar utang tidurnya setelah semalaman terjaga demi membantu temannya bekerja.
Hari hari berikutnya berlalu tanpa sesuatu yang berarti bagi Lisa, berjalan seperti biasanya. Dia mengurus cafe tercintanya, berada di sana seharian melihat pegawainya bekerja, melihat pelanggannya datang dan pergi dengan perasaan senang. Lalu ikut pulang bersama seluruh karyawannya setelah memastikan semua jalan masuk cafe telah terkunci rapat.
Hidup Lisa tenang dan mengalir seperti biasa selama tiga hari ini, sampai hari ini, tepatnya pagi ini ponselnya berdering dengan nomor yang tidak dikenal tertera di layar ponselnya. Membuat sang empunya mengerang keras pada teknologi canggih masa depan itu.
"Masih terlalu pagi untuk mengganggu tidur seseorang." Keluhnya kesal seraya menempelkan ponselnya ke telinga. "Halo?"
"Saya perwakilan YG Entertainment. Benarkah saya bicara dengan Nona Lalisa Lee?"
Lisa mengeritkan alisnya. Apa dia tidak salah dengar? Untuk apa YG menghubunginya? Seingatnya dia tidak pernah mengirim demo lagu apapun apalagi mendaftar trainee. Lisa pun berdehem, memperbaiki suara dan duduknya di atas ranjang seolah seseorang di seberang sambungan bisa melihat penampakannya sekarang.
"Ya, saya sendiri," sahutnya kemudian.
"Bisakah anda datang hari ini? Ada yang ingin kami bicarakan."
"Ah, baik. Jam berapa aku harus kesana?"
"Pukul 11 nanti apa terlalu awal bagi anda?" Tanya si perwakilan YG yang di jawab tidak oleh Lisa. Dia pun melanjutkan, "Katakan nama anda pada pegawai yang bertugas di depan dan dia akan mengantar anda nantinya."
Lisa mengiyakan lalu si penelepon mengucapkan terimakasih dan sambungan terputus.
Mau tak mau Lisa harus pergi ke sana. Setelah mengunjungi cafenya sebentar, makan dulu di sana. Lisa lalu pergi ke YG. Tepat jam 11 dia baru saja memarkir mobilnya, dua mobil dari mobil putih yang di pinjamnya tempo hari.
Seperti yang di perintahkan, Lisa menghampiri pegawai pertama yang di lihatnya di depan. Dia menyebutkan namanya dan benar, Lisa diarahkan ke lantai 6 di mana dia langsung di giring ke salah satu ruang pertemuannya. Begitu masuk ke dalam, Lisa langsung membungkuk sopan. Sudah ada Teddy, Seungri, G-Dragon dan seorang staf wanita di sana. Lisa mengambil duduk di samping si staf wanita, yang artinya dirinya berhadapan dengan 3 orang pria yang ada.
Sedikit basa basi seperti menanyakan kabar dan hal remeh lainnya, staf itu akhirnya masuk pada inti pertemuannya kali ini. "Jadi beberapa hari lalu, Seungri-sii datang dan meminta kami menandatangani kontrak denganmu. Dia bilang anda sangat hebat men-dj. Mungkin anda sudah paham maksudku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Begin Again
FanfictionLove is silly. You want to let it go, but you couldn't do it.