Pagi itu, matahari bersinar dengan cerah. Hangatnya sinar keemasan itu menerobos masuk melalui jendela kamar Lisa yang tirainya memang tidak tertutup rapat. Terusik karenanya, perlahan kelopak mata Lisa terbuka. Tangannya naik seluruhnya, meregangkan otot-ototnya sejenak sebelum mengusap wajah cantik alaminya.
Lisa berkedip, memandang ke langit-langit kamar sejenak. Mengingat apa yang terjadi kemarin. Tidak banyak, hanya hari terakhirnya mengerjakan lagu Seungri. Sudah rampung sempurna, tinggal menunggu tanggal comeback. Mengingat agendanya hari ini, hanya berkunjung ke cafenya seperti sebelumnya. Yang entah mengapa membuatnya mengingat Kwon Jiyong juga.
Lisa terduduk di atas ranjangnya, menghembuskan nafasnya berat dan kembali mengusap wajahnya asal. Memikirkan Jiyong di pagi itu menyebalkan. Apalagi fakta bahwa tak ada apapun yang berarti terjadi pada hubungan keduanya. Bahkan setelah kejadian Junghwan menemuinya, sampai Lisa tidak akan berkunjung ke gedung YG lagi karena pekerjaannya sudah selesai.
Kaduanya masih saling dingin. Tidak ada banyak percakapan yang terjadi setelah aksi kekasih pura-pura tempo hari. Keduanya tetap menjalankan aksi saling diam. Hanya bicara jika benar-benar di perlukan. Meski setiap Lisa melihat kedalam mata coklat jernih Kwon Jiyong, ada banyak sekali hal yang ingin di sampaikan pria itu padanya. Lisa bisa melihatnya, selalu bisa melihatnya. Jiyong sejak dulu tidak bisa menyembunyikan sesuatu seperti itu dari Lisa.
Berdecak, Lisa memilih masuk ke kamar mandi guna menyelesaikan aktivitas paginya. Setelah semuanya beres, termasuk merapikan apartemen dan sarapan, barulah pada pukul 11 dengan mobilnya Lisa meluncur ke cafenya.
Cafenya mulai terisi saat Lisa masuk ke dalam. Di iringi sapaan akrab dari pegawainya, Lisa langsung mengarah ke dapur. Mendorong pintunya, lalu di hadiahi sapaan ramah kepala kokinya. Sedikit berjalan ke arah kiri dari pintu masuk dapur untuk sampai di ruang kerjanya.
Lisa mendesah begitu duduk di kursi putarnya. Dia benci laporan bulanan. Rasanya ingin menangis setiap kali harus memeriksanya. Dia sibuk bekerja membuat musik sampai lupa memilih penanggungjawab baru untuk cafenya. Hingga sebelum mulai bertempur dengan laporan bulanannya, Lisa memilih memasang iklan lowongan pekerjaan di internet. Tak ingin membiarkan posisi itu kosong terlalu lama. Barulah setelah itu Lisa dengan berat hati mulai mengecek semua kertas kertas yang menumpuk di meja kerjanya.
Dua jam setengah, Lisa selesai dengan laporannya. Dia menemukan penurunan di jumlah total penjualan dan jika dibandingkan dengan pengeluaran hasilnya menjadi minus beberapa digit. Mendesah lagi, Lisa tak bisa berbuat banyak. Usaha begini memang kalau tidak di awasi langsung selalu saja timbul masalah. Karenanya Lisa tak ingin membuka cabang lain meskipun dirinya sanggup membuka 2 atau 3 cabang lagi.
Cuma satu cafe, tak di awasi langsung kurang lebih hampir 3 bulan saja merugi. Apalagi kalau Lisa punya 3 dan semuanya bernasib sama. Bisa bisa Lisa menjual apartemennya untuk menutup gaji karyawan dan biaya operasionalnya. Atau datang merengek pada kakak laki-lakinya meminta sumbangan dana segar.
Lisa terkekeh sendiri membayangkan wajah malas sang kakak di suguhi wajah mewek Lisa saat merengek.
Tok tok..
"Kakakmu datang, dia menunggu di luar," ucap Nona Jung tepat setelah Lisa mengalihkan atensinya padanya. Nona Jung kembali ke depan setelah Lisa mengangguk.
Pas sekali. Lisa rasa kakaknya akan memiliki umur yang panjang. Tanpa buang waktu, Lisa menemui Lee Seonghwa yang sudah duduk di tempat biasa Lisa duduk.
"Tebar pesona!" Omel Lisa seketika saat bokongnya menyentuh bangku di seberang Gray duduk. Bukan tanpa alasan, Gray AOMG datang dengan pakaian casual tanpa masker atau apapun yang menutupi wajahnya. Duduk di salah satu bangku tidak peduli mempesona beberapa wanita yang jadi pengunjung cafe siang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Begin Again
FanfictionLove is silly. You want to let it go, but you couldn't do it.