Keesokan paginya Lisa benar-benar pergi ke lantai 7. Gadis itu mengetuk pintu ruang kerja Yang Hyunsuk lalu masuk saat sudah mendapatkan persetujuan. Lisa duduk di salah satu sofa berhadapan dengan Yang Sajjangnim. Hanya ada meja kaca rendah yang memisahkan mereka.
Yang Sajjangnim berbasa basi sebentar dengan Lisa, menanyakan tidurnya semalam dan progres lagunya dengan Seungri. Kemudian masuk ke alasan kenapa Lisa berada di kantornya saat ini.
"Kau tahu kenapa kau ada di sini sekarang kan?" Yang Sajjang memulai sementara Lisa hanya menunggu pria bertopi itu melanjutkan. "Aku akan terus terang saja. Aku tidak menyesal."
Lisa menatap Yang Hyunsuk dengan tatapan yang sulit di tebak. Sebaliknya pemilik YG Entertainment itu menatap Lisa serius.
"Walau seandainya waktu bisa di putar kembali pun, aku akan tetap menemui kakakmu," sambung Yang Hyunsuk. "Semua orang tahu seberapa kritisnya masa awal debut. Sedikit saja cacat maka semuanya selesai. Dan kau pasti sangat tahu seberapa besar keinginan Jiyong untuk berdiri di atas panggung. Apa saja yang sudah dia korbankan dan pertaruhan untuk sampai pada impian terbesarnya. Aku hanya tidak ingin perjuangannya sia sia. Bukankah tugas orang sepertiku memang seperti itu? Memastikan karir artisnya berjalan lancar sampai puncaknya. Bahkan sampai artisnya pensiun. Muak?"
Lisa tersenyum. Bukan senyum mencemooh atau senyum sinis. Melainkan sebuah senyum pengertian. Dan Lisa pun menjawab dengan mantap. "Ne, Sajjangnim. Tugas anda memang seperti itu. Saya, walaupun sempat sangat sedih, saya juga tidak menyesali apapun. Saya juga akan mengambil keputusan yang sama jika waktu bisa diulang. Itu semua demi kebaikannya. Saya sedih dan terluka tapi saya tidak bisa egois. Saya tidak bisa mengabaikan seberapa besar rasa cintanya terhadap musik. Dan saya bersyukur dia menjadi bintang paling terang di industri ini. Dengan itu saja, saya sudah merasa terobati."
Yang Hyunsuk sedikit menarik ujung bibirnya. Menoleh ke samping untuk mengambil secarik kertas dari dalam sebuah map hitam yang sejak tadi sudah berada di samping pria itu. Menunjukkannya pada Lisa dan berkata, "Ambil obatmu."
Lisa mengerutkan alis tak mengerti dengan kalimat Yang Hyunsuk. Tapi mengenali yang di pegang pria bertopi itu adalah surat perjanjiannya untuk meninggalkan Kwon Jiyong sepuluh tahun lalu. Apalagi saat Yang Hyunsuk merobeknya di depan Lisa, barulah gadis itu paham maksud Si Pendiri YG itu.
"Dia bukan lagi rookie yang harus manaati peraturan tak boleh pacaran. Anak kecil yang waktu itu sudah berubah jadi ahjussi sekarang. Sudah jadi orang yang komentarnya kadang lebih di penting di banding pendapatku. Setidaknya dia harus punya seseorang yang bisa membuat moodnya selalu baik. Aku tak ingin di cap sebagai penyebab G-Dragon membanting ponselnya di kafetaria."
Lisa terkekeh kikuk. Sedikit terkejut dan malu karena kejadian di kafetaria tempo hari terdengar sampai ke telinga Papa YG.
Sementara di tempat lain, di salah satu dari sekian banyak studio yang ada di gedung itu, Jiyong tengah duduk di kursi putarnya. Kedua tangan terlipat di atas meja, menggunakannya sebagai tempat bertumpu dagunya. Hanya ada dirinya di sana, yang lain belum datang karena jadwal masing-masing.
Karena itu pikirannya melayang pada kejadian semalam di halaman parkir YG. Mengulang kembali percakapan antara Gray, Lisa, dan Yang Hyunsuk di tempat parkir. Sebenarnya malam tadi dirinya sudah akan pulang, tapi sabuah mobil yang memasuki pekarangan parkir membuatnya terpaksa menunggu. Lalu tetap di tempatnya saat melihat sesosok pria yang tak di sukanya selama 10 tahun terakhir keluar dari dalam mobil mahal itu.
Lamborghini-nya semalam ada di sebelah mobil Yang Hyunsuk. Bersyukur karena kaca mobilnya benar-benar gelap hingga tak ada yang sadar ada Jiyong di kabinnya. Menguping pembicaraan mereka bertiga dari celah jendela mobil yang di turunkan sedikit dengan sengaja oleh sang empunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Begin Again
FanfictionLove is silly. You want to let it go, but you couldn't do it.