Bagian 7

1.6K 164 58
                                    

Jiyong berbalik, berniat meninggalkan tempat itu. Tapi di langkah ke empat, kakinya menolak melangkah lebih jauh. Membuat Jiyong menghela nafas dengan mata terpejam. Baik, bahkan tubuhnya tidak mengikuti perintah dari otaknya sekarang. Seperti punya pikiran sendiri yang menginginkan Lisa berada di sisinya.

Baiklah. Mungkin memang ini saatnya. Sepuluh tahun lebih, memang sudah sangat terlambat. Sebelum semuanya menjadi lebih buruk lagi, Jiyong tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Dirinya masih menyimpan rasa yang sama untuk Lisa selama ini dan dia akan berjuang mendapatkan wanita itu lagi. Mungkin kalimat sekarang atau tidak selamanya sedang di anut oleh Jiyong.

Maka dengan langkah pasti Kwon Jiyong menghampiri meja dimana Gray dan Lisa duduk. Kakak beradik itu menatap kedatangannya dengan dua macam ekspresi. Lisa dengan mata bulatnya sedang terkejut. Berbanding terbalik dengan Gray yang memasang wajah datar. Wajah hangat yang sempat dilihatnya tadi menghilang begitu saja. Bagi Jiyong itu terlihat seperti sedang menguji keberaniannya. Bukan masalah.

"Boleh aku duduk disini?" Tanya Jiyong akhirnya.

"Tentu, kenapa tidak?" Jawab Gray yang masih betah dengan ekspresi biasa-saja-nya dan Lisa yang masih diam seribu bahasa.

Lisa sedang menyerahkan semuanya pada sang kakak. Dia sendiri, bingung harus bersikap seperti apa. Terlalu canggung berhadapan dengan Jiyong hingga membuatnya tak bisa bersikap biasa saja.

"Kau ingin pesan sesuatu? Biar kupanggilkan seseorang," tawar Gray menoleh ke kiri untuk mencari pelayan yang bisa mengambil pesanannya.

"Sebenarnya hyung.." Jiyong menjeda, membuat Gray menatapnya serius bersamaan dengan Lisa yang mulai menggigit bibir bagian dalamnya cemas. Jiyong manggil Lee Seonghwa dengan embel-embel hyung untuk pertama kalinya membuat Lisa gelisah tanpa alasan yang jelas.

"Aku menginginkan satu hal," lanjut Jiyong. Matanya menemukan Gray masih mendengarkan, menunggunya menyelesaikan perkataannya dengan wajah datar yang sejujurnya sedikit mengintimidasi. Jiyong tidak akan berbohong kalau dirinya merasa sedikit takut. Tapi dia tidak akan mundur. Tugas seorang kakak memang seperti ini. Menakuti pria pria yang mencoba dekat dengan adik kesayangannya.

"Aku ingin mengajak Lisa ke suatu tempat."

Lisa menoleh cepat. Mata bulatnya memandang Jiyong dengan tidak percaya. Pria ini, Lisa lupa seberapa bernyalinya Kwon Jiyong. Mengajaknya pergi langsung di depan kakaknya tentu bukan masalah bagi Jiyong. Dia tak punya pilihan selain ikut kemana Jiyong mengajaknya karena di sampingnya, Gray tengah tersenyum puas. Bukan senyum lebar yang sampai membuat pipinya sakit melainkan hanya sebuah senyum tipis saja. Tapi Lisa tahu, sudah hafal luar kepala bagaimana tingkah kakaknya saat mendapatkan apa yang dia mau. Dalam kasus ini, tekad Jiyong untuk Lisa.

"Jadi?"

Lisa memberengut pada Gray yang bertanya padanya. Sengaja menelengkan kepala dengan senyum tertahan. Terlihat manis bagi para wanita di luar sana tapi bagi Lisa justru terlihat menjengkelkan. Lisa tahu kakaknya sedang mengejeknya melalui senyum manis memuakan itu. Kakak kurang ajar!

Lisa memalingkan wajah dari Gray. Melirik dramatis untuk menunjukkan seberapa kesal dirinya pada kakak lelakinya. Membuat Gray tak bisa menahan tawa puasnya saat itu juga. Lagipula wajah datarnya sudah tidak di perlukan lagi. Lisa mencibir. Sudah menduganya. Diapun beralih pada Jiyong yang masih setia menunggu jawaban Lisa.

"Oppa janji tidak akan berkata sinis apapun padaku?"

"Aku tidak akan melakukannya." Jawab Jiyong langsung tanpa berpikir.

Lisa menatap Jiyong sesaat lalu mengangguk. "Baiklah. Tapi ayo makan siang dulu. Aku yakin oppa belum makan siang."

"Lihat? Apa yang kau ragukan darinya selama ini? Dia bahkan masih hafal kebiasaanmu saat sibuk; mengabaikan makan." Gray berucap. Menahan tawanya dengan wajah mengadu pada Jiyong.

Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang